Rindu yang Bertegah (4)

8 2 0
                                    



Biarlah sudah semua tersimpan menjadi kenangan. Boleh kan kalau kita membuka kenangan hanya sejenak? Toh, kita juga tak bisa mengulangnya lagi.

Hai, Kau. Sudah berapa lama aku tak berkomunikasi denganmu? Tapi itu tak akan ku lakukan. Tak akan ku lakukan. Sebab apa, jika aku terlalu berani untuk menyapamu. Ku sudah melanggar aturan dalam merindu dalam diam. Boleh kan jika aku merinduimu meskipun kau sudah jadi milik orang? Toh juga tak kuungkapkan. Ku tahu itu adalah larangan yang sakral. Ya. Aku tak boleh melakukannya. Biarlah kau bahagia dengannya sampai jannahNya.

Ku pikir kau tak akan menyelipkan sedikit tentangku lagi di hidupmu. Buat apa? Ha ha. Aku menertawakan diriku sendiri. Benar bukan? Aku hanya yang bisa melukaimu tanpa membuatmu bahagia. Bodoh ya tapi faktanya begitu. Maaf.

Oya, sayangilah isterimu seperti kau menyayangi bungabunga yang kau idamkan dulu. Tapi tanpa kusuruh pun kau sudah melakukannya. Aku yakin itu. Sebab permata hatimu kian bersinar berkemilau mematri membungkam lukamu yang terlalu menganga sebab akan diriku.

Maaf ya dulu aku telah merobek hatimu sekian lebar bahkan menganga dan mengucurkan darah yang tak henti-hentinya. Aku menyadari bahwa aku telah berbuat melanggar etika. Ya, salahku berbuat silap padamu.
Tapi ku yakin kau baik hati dan bijak. Kau tak akan membiarkanku dalam jeruji kesalahan yang tiada jalan.

Terima kasih ya. Kau masih tersimpan dan terkenang sampai esok nanti.

BUIH (Kumpulan Puisi Segala Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang