Tujuh

810 136 9
                                    

Lisa tidak bisa tidur malam ini. Setelah ditembak Haruto dan setelah menyadari Lisa tidak mampu memberikan jawaban saat itu juga, Haruto memilih beranjak dan memberikan waktu padanya.

Tidak lupa dengan usapan lembut yang diberikannya pada pucuk kepala Lisa dan kedipan mata tengil andalannya juga senyuman menyebalkan itu yang terus terngiang di kepala Lisa hingga saat ini dan membuatnya sulit untuk tertidur.

Lisa bingung kenapa Haruto tertarik padanya? Memangnya apa bagusnya Lisa? Apa kelebihan di dirinya sampai pemuda itu mengajaknya pacaran, Lisa tidak tahu.

Apa mungkin supaya bisa gratis makan di kedai?

Atau supaya bebas jajan di toko Lisa?

Lisa membuang pikiran itu cepat. Dari cerita teman-temannya, Haruto itu anak paling kaya di kelas dan sering mentraktir teman-temannya meski sebagian besar karena dijebak oleh taruhan, tapi tetap saja Haruto tidak pernah keberatan melakukannya.

Jadi, sebenarnya apa alasan yang paling masuk akal sampai Haruto melakukan ini? Tidak mungkin pemuda itu naksir pada Lisa hanya dalam waktu singkat. Pemuda sedingin Haruto jelas-jelas bukan tipe yang gampang jatuh cinta. Lisa berdecih, jatuh cinta apanya, suka saja belum tentu Haruto menyukainya. Tadi dia hanya mengatakan, lo mau gak jadi pacar gue, dan bukannya gue suka sama lo. Jadi, kemungkinan besar Haruto hanya ingin main-main.

***

Menjadi karakter pendiam sepanjang hari benar-benar bukan diri Lisa. Berangkat diam-diam pagi buta lirik sana-sini khawatir bertemu dengan satu sosok. Memarkir sepeda diam-diam dan melangkah menuju kelas dengan penuh hati-hati. Meletakkan tas dan keluar lagi hanya untuk bersembunyi di perpustakaan hingga bel masuk kelas berbunyi.

Entah Lisa harus senang atau kecewa ketika masuk kelas mendapati bangku Haruto lagi-lagi kosong seperti dua pekan belakang ini. Katanya sedang latihan sepak bola. Hampir seluruh penghuni siswa di kelas ini menghilang dengan alasan yang sama.

Lisa lega karena tidak harus menghadapi Haruto setelah pemuda itu menembaknya semalam. Namun, dia juga kecewa karena berharap Haruto ada di kelas di samping tempat duduknya. Dengan tidak adanya Haruto selama ini jujur saja Lisa merasa kesepian. Tidak peduli dengan kenyataan bahwa Haruto selalu menganggunya, Lisa merasa aneh saja tanpa kehadiran pemuda itu. Rasanya ada yang hilang, ada yang tidak lengkap dalam hari-hari Lisa.

Rosé menghampiri Lisa bersama Somi, mengisi tempat duduk yang sejak tadi menarik perhatian Lisa karena kangen.

"Lis, kita mau nonton pertandingan sepak bola siang nanti. Temen kelas kita bakal tanding."

Hah? Lisa mengangkat wajahnya menatap Rosé tertarik.

"Kamu ikut gak? Yah, itung-itung mendukung temen lah."

Memang sebagian besar tim sepak bola perwakilan sekolah ada di kelas mereka.

Somi menepuk pundak Rosé gemas. "Dukung pacar kalee."

Dan itu membuat Rosé tersadar kemudian tertawa-tawa bersama Somi. Seakan baru tersadar akan kenyataan itu.

"Sori lupa, abisnya mereka tuh low profile banget, gak keliatan kalo lagi pacaran. Tapi, menurutku gaya pacaran mereka bagus, sih."

Somi mengangguk setuju. "Lihat Lisa kasian tiap hari kerjanya liatin kursi Haruto melulu karena kangen."

Eh? Lisa buru-buru menggeleng kencang.

My Treasure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang