Sepuluh

639 116 17
                                    

Lisa sepertinya berangkat sekolah pagi-pagi buta. Sewaktu Haruto datang ke rumahnya kembali berniat sarapan bersama, gadis itu katanya sudah berangkat. Buru-buru pamit pada Mama Lisa, Haruto berlari ke halte bus berharap Lisa masih di sana menunggunya, tetapi hasilnya nihil. Tidak ada Lisa di sana. Padahal Haruto sudah hafal betul kebiasaan jam berangkat Lisa ke sekolah. Dia yakin dirinya tidak terlambat. Ini memang Lisa-nya yang kelewat cepat.

Ketika sampai di sekolah, sudah banyak siswa yang datang. Yedam dan Jihoon yang siswa teladan juga katanya sudah datang sejak tadi. Haruto berusaha mencari Lisa dan malah menemukan kekasihnya itu sedang sibuk belajar, menekuni buku pelajaran dengan pensil di tangan dan kening penuh konsentrasi.

Haruto mencolek lengan Yoshinori sambil berbisik, "Ada ulangan?" Yoshinori terkenal dengan keahliannya mengerjakan soal matematika. Pemuda ini juga termasuk siswa teladan di sekolah. Langganan peringkat umum se-angkatannya.

Yoshi menggeleng yakin. "Enggak tuh."

Terus ngapain Lisa mendadak jadi serius belajar begitu? Bukannya Haruto gak suka, atau bukannya itu bukan hal baik, cuma aneh aja gitu.

Sial, jangan bilang itu cuma upaya untuk menjauh darinya?

Duh, mendadak jantung Haruto nyut-nyutan. Tidak siap menerima kenyataan Lisa menjauhinya setelah akhirnya benar-benar sayang.

Buru-buru Haruto menghampiri bangku Lisa dan berjongkok di samping mejanya, menumpu kedua tangan dan dagunya di atas meja Lisa. "Lis."

Lisa terkejut dengan kemunculan Haruto tiba-tiba, juga tingkahnya yang aneh. Meski begitu, senyum Lisa terkembang dan tangannya bergerak mengusap rambut Haruto sayang.

Lah? Haruto bingung sendiri di tempatnya. Sejak kapan Lisa jadi senang menyentuhnya begini? Biasanya itu Haruto yang agresif, kenapa hari ini Lisa aneh banget sih? Ini Lisa kan, bukan alien?

"Kok ninggalin gue sih?"

Lisa terlihat cemberut dan merasa bersalah atas dirinya. "Maaf, hari ini aku piket jadi mesti duluan."

"Gak bisa ngabarin?"

Lisa tersenyum dan mencubit pipi Haruto. Kan aneh banget. Gak pernah Haruto ngebayangin Lisa demen nyubit-nyubit pipi.

"Maaf, aku gak mau ganggu kamu. Takut kamu kecapekan latihan."

Meski alasannya masuk akal, Haruto tetap tidak suka Lisa meninggalkannya ke sekolah. Pokoknya mereka harus berangkat bersama setiap hari.

Tiba-tiba seorang siswi dari kelas lain muncul di samping Haruto dan menyentuh bahunya untuk meminta perhatian. Lisa yang pertama kali melihat langsung menyentakkan tangan siswi itu kemudian berdiri dan menatapnya tajam.

"Jangan sembarangan nyentuh pacar orang dong!"

Haruto terkejut bukan main. Semakin yakin Lisa sedang kesurupan. Pemuda itu berdiri dan menghalangi Lisa dari menyakiti orang lain.

Semua penghuni kelas menatap adegan itu tak kalah terkejutnya. Mereka semua juga mengenal Lisa adalah sosok gadis ramah dan tenang. Bukan gadis posesif dan bar-bar seperti hari ini.

Lisa bergerak memeluk pinggang Haruto erat yang langsung mendapat pekikan kaget dari Haruto.

Jangan tanya penghuni kelas yang lain, semua tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Siswi yang tadi bermaksud menegur Haruto menghela nafas berat.

"Maaf, Lis. Cuma mo bilang, Ruto dipanggil wali kelas."

"Harus banget nyentuh pacarku?"

"Saya udah negur kalian dari tadi gak didengerin, sibuk pacaran."

Haruto merasa bersalah mendengar itu. Dia akhirnya berterima kasih pada siswi itu dan memintanya kembali ke kelasnya, tidak ingin keributan ini semakin diperpanjang. Lisa sepertinya sedang tidak bisa diajak kompromi.

My Treasure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang