Sebelas

607 114 15
                                    

Tubuh Haruto terguncang di tempat tidur. Sejenak dia berusaha membangun kesadaran. Apakah sedang gempa?

Berusaha mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya matahari yang mulai nampak masuk ke jendela kamarnya. Dan guncangan itu masih saja terjadi. Diikuti oleh tarikan di pergelangan kakinya.

Apa-apaan ini? Sejak kapan kamarnya jadi berhantu?

"Bangun, Har! Udah siang tauk!"

Hah? Suara siapa itu? Haruto mencoba menajamkan matanya melihat sekeliling kamar dan kembali gagal ketika seseorang yang bersuara tadi malah sudah menyibak gordennya lebar.

"Haruto, bangun! Anak muda gak boleh malas-malasan."

Oh? Makasih atas nasehatnya. Hampir seminggu ini sekolah padat ulangan, tugas, ditambah jadwal latihan sepakbola. Terima kasih sudah mengingatkan betapa berharganya waktu tidur.

Kembali berusaha, kali ini Haruto mendapati sosok seorang gadis yang sudah dua bulan ini menjadi pacarnya. Tapi, untuk apa Lisa datang ke rumahnya di hari Minggu dan sepagi ini?

"Udah siang, Har. Dan aku datang ke sini juga kan karena kita udah janjian."

Apakah barusan Lisa bisa membaca pikirannya?

Haruto tidak peduli. Hari minggu adalah hari bersantai, hari tidur wajib untuknya. Bukannya bangun, pemuda itu malah menarik selimutnya hingga menutupi kepala agar terhalangi dari sinar yang menganggu.

Sreet! Sial. Selimutnya ditarik Lisa dengan paksa. Haruto tidak kehabisan akal, masih ada bantal, Bro!

Tapi sayangnya, bukan Lisa namanya jika tidak bisa menggalangi Haruto untuk tidur kembali. Haruto terboasa bangun pagi pada hari-hari sekolah, sayangnya ketika libur, pemuda itu sangat hobi bermalas-malasan. Jangankan mandi dan sarapan, dia akan bangun tidur jika matahari sudah terik di luar sana.

"Kamu kan udah janji mau jogging bareng."

Kening Haruto mengernyit. Kapan dia bilang begitu.

"Lo jangan fitnah." suaranya tertahan karena posisi tidurnya tengkurap dan wajahnya menempel di kasur dengan rapat.

"Minggu lalu aku nanya kegiatan pengisi waktu luang selama kedai Papa tutup setiap akhir pekan, kamu jawabnya jogging."

Ya kan itu buat lo Lis, bukan gue. Dan bukan berarti gue nawarin apalagi niat nemenin. Kita ngomongin hari Minggu loh ini. Hari yang cuma ada sekali dalam seminggu.

"Ayo dong, Har. Aku udah siap dari tadi nih."

Haruto menyampingkan wajahnya, menatap Lisa yang berdiri di samping tempat tidurnya.

Pemandangan itu membuatnya membalik posisi tidurnya dan menggunakan satu tangannya sebagai bantal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemandangan itu membuatnya membalik posisi tidurnya dan menggunakan satu tangannya sebagai bantal. Tangan yang satunya terulur ke Lisa.

"Lis, peluk dong."

Lisa menatap Haruto datar. Bukannya gemas, Lisa malah kesal melihatnya. Serasa ingin melakukan kekerasan.

"Kamu mandi, Har, cepet. Ganti baju, aku siapin bajunya."

Lisa bergerak ke arah lemari baju dan menyiapkan baju Haruto.

"Sini dulu, Lis. Bentar. Inget deh, kapan terakhir lo meluk gue, hah?"

Lisa pastikan nanti akan mengecek kewarasan Haruto ke Mamanya atau teman-temannya. Otaknya sudah kelewat rusak menurut Lisa.

"Gak tertarik."

"Apa?" Haruto perlahan bangkit dari pembaringannya. Dia menatap Lisa tajam. "Lo gak tertarik lagi ama gue?"

"I never say I did."

Haruto geleng-geleng kepala tidak percaya. "Jahat lo, Lis."

Lisa berubah kesal sekarang. "Hubungan kita memang diawali dengan pemaksaan. Kamu inget kan? Tapi, setidaknya aku menghargai hubungan ini. Jadi tolong sekarang, kamu mandi dan kita jogging."

"Kok lo maksa sih?"

"Kita jogging, atau--,"

"Apa? Lo mo ngancem putus?" Haruto menatap Lisa sengit. Sedangkan Lisa terlalu malas untuk berdebat.

Setelah mengatakan itu, Haruto malah panik sendiri. Kenapa juga dia harus mengatakan hal seperti itu? Padahal Lisa kan hanya ingin jogging. Tidak ada menyinggung soal putus.

Haruto menelan ludah berat. Kalau sampai Lisa mengiyakan, tamat riwayatnya.

Baru saja Lisa ingin membuka suara, Haruto sudah mendahului bicara.

"Iya-iya, gue mandi nih. Lagian juga sebenarnya emang gue mau jogging. Jogging is my life, asal lo tau aja." ujar Haruto tanpa henti hingga menghilang di balik pintu kamar mandi.

Lisa hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Sejenak waktu Haruto mengatakan akan putus dengannya, jantung Lisa langsung berkedut gitu seperti panik. Padahal tadi Lisa hanya ingin mengancam akan melaporkan ke Mama Haruto, bukan ingin putus darinya. Syukurlah, Haruto tidak serius.

***

Nafas Haruto tersengal-sengal mengimbangi Lisa berlari. Ketika mereka sampai di taman kompleks, Haruto mengajak untuk istirahat.

"Kasihan liat kamu kayaknya capek banget." ujar Haruto dengan nafas yang sudah hampir habis.

Selagi beristirahat, tatapan mereka tertuju pada lapangan basket di seberang jalan. Lisa terlihat tertarik dengan pertandingan itu.

"Lo suka basket? Kenapa gak gabung di ekskul basket aja?"

Lisa mengendikkan bahu acuh. "Kemarin aku diajak ama Kak Hanbin buat gabung."

Kepala Haruto mendadak pening mendengar itu. "Kak Hanbin sepupu gue? Ngapain dia ngajakin lo?" semburnya agak panas merasa tidak terima pacarnya didekati cowok lain.

"Katanya tim cewek kekurangan pemain gitu."

Haruto mencebik tidak percaya. "Modus. Jangan diterima. Lo ada bilang udah punya pacar kan?"

Lisa menatap Haruto aneh. "Untuk? Menurut kamu etis gitu, dia ngajakin masuk tim basket, aku malah jawab 'aku udah punya pacar, Kak'."

Haruto semakin frustrasi mendengar itu. "Ya maksud aku--"

"Aku bukan cewek kayak gitu, Har. Pacaran aja masih menyesuaikan diri apalagi mo selingkuh."

Benar juga, benak Haruto. Lisa kayaknya masih tidak terbiasa untuk menyisihkan waktu memperhatikannya atau membiasakan diri mendapat perhatian darinya.

"Maaf."

Lisa menatap Haruto di sampingnya. Gadis itu tersenyum singkat dan menggenggam tangan Haruto.

"Lari lagi, yuk. Entar keburu terlalu siang."

Haruto ikut tersenyum dan mengangguk. Sepanjang perjalanan, mereka ngobrol lagi.

"Jadi kamu ekskul apa?"

"Dance."

Haruto juga baru tahu kalau Lisa sangat jago dance ketika melihatnya secara langsung. Nanti Haruto ingin meminta dikasih lap dance, ah.

"Kak Taeyong yang ngajarin ganteng banget sumpah. Kok bisa ada cowok se-anime itu."

Angan Haruto terhenti. Dibanding meminta macam-macam ke Lisa. Sekarang dia rasanya hanya ingin memberikan ceramah panjang padanya tentang menjaga perasaan pasangan dan bagaimana untuk terhindar dari gangguan laki-laki lain.

***

jadi bucin memang berat gaes...

My Treasure [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang