"Mampukah cinta mengatasi masalalu?"
Diegy Abian Devra, seorang CEO dari salah satu perusahaan ilegal yang bergerak dibidang industri narkoba sekaligus pewaris tunggal Abian group salah satu perusahaan terbaik se asia yang bergerak di bidang penerb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TARA mempercepat langkahnya, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Ia mulai berlarian kecil ketika mendengar derap langkah seseorang di belakang seperti tengah mendekatinya. Hingga beberapa saat kemudian Tara mendengar suara tembakan pistol diiringi dengan teriakan seseorang.
Tara memejamkan kedua matanya. Ia merasa sesuatu yang dingin dan amis mengalir di pipinya.
Darah!!!
Sedetik kemudian Tara ambruk bersamaan dengan seseorang yang kini menumpukan kepalanya di bahunya. Tara melirik. Ia menganga. Tak percaya dengan apa yang telah terjadi.
"Mas Diegy?!" Air mata mengalir di pipinya bercampur dengan darah Diegy yang kini juga menghiasi wajahnya.
Perih menjalar di seluruh tubuh Diegy, namun pria itu berusaha berdiri walau Tara sudah melarangnya.
Diegy mendekati kedua penjahat itu dengan langkah tertatih. Lalu memukulnya dengan tangan kosong.
"Dasar brengsek!!"
Bug
Bug
Diegy mengamuk. Ia tak memberi ampun kedua penjahat yang tadi berusaha menyakiti Tara. Jangan ditanya seberapa besar kekuatan Diegy walau ia sedang dalam keadaan lemah karena tertembak. Emosi telah membuatnya kuat.
"Siapa yang menyuruh kalian?!" Tanya Diegy tajam sambil menarik rambut kedua penjahat tersebut.
Kedua penjahat itu bungkam.
"SIAPA!!" Diegy berteriak dan memperkuat jambakannya.
Akh
"Ampuni kami pak" ucap salah satu penjahat berjaket hitam, memohon.
"Katakan siapa yang menyuruh kalian" ucap Diegy lagi, seiring dengan jambakannya yang semakin melemah.
"Pak Redo"
Diegy terkekeh "sudah kuduga, berani-beraninya dia bermain denganku"
"Pergi!" Perintah Diegy.
Kedua penjahat itu pun langsung lari ketakutan, karena mereka sangat paham sedang berhadapan dengan siapa.
Tubuh Diegy pun ambruk, terlalu banyak darah yang keluar hingga membuat tenaganya semakin terkuras. Tara menghampirinya, memangku kepalanya.
"Mas Diegy" air mata kembali mengalir di pipi Tara. Diegy mengusap air mata itu lembut.
Dengan tangan bergetar Tara menyentuh bahu kanan Diegy yang sudah penuh darah. Beberapa detik kemudian Diegy terpejam dan kehilangan kesadaran.
