15 Februari 2026. Los Angeles, California
Kala itu, Aku sedang duduk di sebuah kursi roda, sesekali mencoba merasakan hembusan angin di pagi hari ditambah dengan secangkir teh spesial buatan Jihyun, adek laki laki satu satu nya yang aku punya.
Tak jarang aku mencoba aktivitas baru dengan alasan aku sudah terlalu nyaman dengan semua aktivitas yang sudah aku punya, jadi untuk apa mencoba aktivitas baru lainnya? Itu dulu, sekarang keadaannya sudah berbeda. Nyatanya, kejadian tempo hari itu dengan sekejap bisa merubah segalanya. Aku sadar dalam kondisi fisik saat ini, aku tidak bisa menuntut banyak aktivitas apapun selain mengerjakan beberapa pekerjaan kantor yang aku lakukan di rumah atau hanya sekedar turun ke lapangan untuk mengontrol proyek yang sedang berlangsung.
Kejadian beberapa tahun silam, seakan merubah segalanya.
Tidak merenggut, tidak pula merubah hanya saja semuanya nampak berbeda. Itu yang sedang aku rasakan.
Semua nampak berbeda. Aku tak bisa merasakan gerakkan kaki ku disaat pertama kali aku terbangun dan menyadari bahwa saat itu aku sedang berada di dalam rumah sakit, dengan selang infus yang jelas nyata menjalar di punggung tanganku.
Pertama yang ku ingat, pihak rumah sakit pernah menyarankan diriku untuk melakukan pengambilan racun yang sudah menjalar menggerogoti tubuh ku pada pertama kali aku kembali membuka mataku dan terbangun dari alam bawah sadar ku, karena seseorang yang menyuruh ku untuk bertahan dan kembali ke dunia asal ku untuk yang kedua kalinya.
Tetapi waktu itu dokter banyak memperdebatkan persoalan racunnya katanya di ambil atau tidaknya racun itu akan sama saja, karena masa itu aku telat di larikan ke rumah sakit, coba saja aku dengan cepat di bawa kesana mungkin racun itu segera di tangani dan aku tidak akan menjadi seperti ini.
Tapi kenyataan inilah yang aku dapat, dan aku harus menjalaninya tanpa mengeluh.
Kalau dikatakan lelah? Iya aku memang lelah. Aku lelah saat itu
Aku menyerah, bukan hampir lagi, tapi aku sudah menyerah dan tidak pernah mengharapkan diriku untuk kembali ke dunia.
Tapi untungnya Tuhan masih memberikan kesempatan kedua untukku.
Tuhan masih mengizinkan diriku untuk hidup kembali.
Ya walaupun harus hidup dengan keterbatasan seperti ini, dan aku banyak belajar dari semua nya.
Awalnya, aku masih tidak terima jika aku harus di vonis lumpuh permanen, dimana selama ini kaki ku yang menjadi caraku untuk bisa mencukupi kebutuhan ku, dengan kedua kaki ku aku bisa menari di hadapan kalian, aku bisa berjalan, aku bisa melakukannya semua disaat keadaan kaki ku masih sehat.
Tapi, lagi-lagi itu hanya dulu, aku sekarang harus sadar diri kalau aku bukanlah orang yang dulu kalian kenal. Aku banyak mengalami perubahan, entah dari kondisi fisik, mental ataupun emosional.
"Hyung aku membawakan sarapan untukmu."
Ohiya orang itu adalah Jihyun.
Jihyun sudah tumbuh besar sekarang. Bahkan sebentar lagi dia akan melanjutkan kuliah nya di Inggris.
Jihyun tersenyum di depanku. "Hyung, kau tumben keluar kamar di pagi hari?" Tanya nya, memang benar aku jarang keluar kamar, selain untuk melihat keseharian Jihyun, atau hal lain yang membuat ku harus keluar kamar.
"Sengaja, aku sudah jenuh di dalam kamar." Sahut ku.
"Oh begitu rupanya, baiklah sekarang waktunya hyung makan, Jihyun suapi hyung, 'ya?" Tanya nya lembut.
Aku jadi teringat sesuatu.
Teringat dulu saat dirinya masih kecil, aku meminta Eomma agar aku yang menyuapi Jihyun. Aku merebut sendok itu dan nekat menyuapinya.
Kedua anak yang berebut sendok itu sudah tumbuh dewasa.
"Bagaimana dengan kuliah mu?" Tanya ku di sela-sela Jihyun menyendok kan makanan.
"Entahlah hyung.."
"Aku ingin melanjutkan nya hyung, tapi.." Dia menghentikan ucapannya dan menatap ku sendu.
"Tapi kenapa? Jihyun-ah?"
"Jika aku kuliah disana, maka aku harus meninggalkanmu sendirian di negara sebesar ini. Dan aku tidak mau!"
"Memang nya kenapa? Aku ini sudah dewasa dan bisa menjaga diri. Kau tak perlu risau lagi.''
Jihyun menatapku, dia menggeleng. "Hyung kau tau kan siapa yang selama ini selalu ada bersama mu? Siapa yang selalu merawat mu? Jika aku mengambil keputusan untuk berkuliah disana siapa yang akan menggantikan peranku bersama dan merawat mu disini? Aku sudah tidak bisa percaya lagi pada orang asing."
Pernyataan nya membuatku merasa sakit. Sudah tidak ada lagi rasa kepercayaan kepada orang lain pada diri jihyun semenjak kejadian itu.
Aku menangkup wajahnya. "Jangan hiraukan hyung mu ini, hyung bukan anak kecil lagi yang selalu kau awasi setiap hari, hyung berjanji akan lebih mandiri lagi."
Aku berbohong. Aku sudah berbohong dengan diriku dan juga Jihyun.
Kalian tahu kan di keadaan seperti ini, rasanya untuk melakukan semuanya terasa terhambat, dan Jihyun yang selalu membantu semuanya, aku juga terkadang merasa membebani Jihyun, aku selalu mengganggunya disaat dirinya belajar tetapi harus mengurus ku terlebih dahulu.
Aku selalu mencegah Jihyun untuk membantu ku jika dirinya sedang sibuk, tetapi dia selalu menolaknya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa.
"Inggris adalah negara impian mu sejak dulu kan?"
"Pergilah, kejar impian mu, dan raih mimpi besar itu." Aku menepuk pundaknya guna memberi semangat agar tidak mengurungkan niatnya pergi melanjutkan kuliahnya.
Jihyun bernafas gusar terlihat di manik matanya dia masih tak bisa melepaskan ku jauh.
Tapi aku juga tidak mau menjadi alasannya untuk tidak melanjutkan studi nya, karena Jihyun sangat pandai, dia pantas untuk kesana. Dia memang adikku yang tak akan tergantikan.
Biar menjadi urusan terakhir tentang diriku.
Setelah kami berdiam cukup lama, Jihyun membuka suara.
"Tapi hyung janji ya ke Jihyun, hyung selalu rutin check up ke rumah sakit, hyung tidak boleh telat makan, hyung tidak boleh melupakan meminum obat, hyung tidak boleh terlalu capek, hyung tidak boleh banyak gerak, hyung-mpphhh."
Aku membekap mulut Jihyun yang terus mengoceh tanpa jeda.
"Tiba-tiba kau menjadi cerewet seperti ini? Kenapa?"
"Wajar saja aku cerewet, karena aku tidak mau saat aku pergi, hyung menjadi keteteran. Apalagi hyung harus tinggal disini sendirian."
Tatapan mata Jihyun mengarah pada kursi rodaku. Dia pasti memikirkan apa yang aku fikirkan saat ini.
"Iya hyung tahu, hyung bakal jaga diri kok disini, kau tak perlu khawatir."
Aku membawa Jihyun kedalam pelukan ku, dia seperti nya menangis disana, aku membiarkan nya, karena aku merasa tidak menggangu ku.
"Baiklah hyung aku akan melanjutkan kuliahku." Dia tersenyum dengan menghapus sisa air matanya.
"Kau memang adik hyung yang paling pandai."
- Batas Suci -
Halo cielahh hihi ketemu lagi di lapak baru;))
Ini reader lama dari lapak The King My Life atau baru?
Yang baru cung ✋
Yang lama juga cung✋Segini dulu yaa prolog nya semoga menjadi awal yang baik hihi.
See you 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Promise || PARK JIMIN [TAMAT] ✔️
General FictionAku, mereka dan kita tidak akan pernah tau kalau jalan cerita kita berakhir seperti ini, bahkan rasanya sangat jauh dari kata nyata. Tetapi aku sadar bahwa selama ini kita telah berperang dengan ego masing- masing serta belajar lebih dari kesalahan...