Manik mata Seokjin menatap sendu, ketika melihat Jimin membereskan seluruh barang-barangnya. Jimin benar-benar ingin menyudahi ini semua.
Jimin membereskan semua dengan nafas tersengal-sengal, usai berpamitan dengan hyungdeul nya.
Hari itu menjadi hari paling haru untuk mereka, kecuali Yoongi.
Ingin rasanya Seokjin mencegah kepergian Jimin waktu itu, tapi kalau dirinya memaksa Jimin untuk bertahan juga tidak mungkin.
Usai membereskan barangnya, Jimin keluar dengan menjalankan kursi roda nya menghampiri para hyungnya yang berkumpul di ruang tengah.
Mata sayup Jimin membuat Seokjin tak tega.
"Hyung.." Jimin menggandeng tangan Seokjin.
Anak itu masih bisa tersenyum di hadapannya.
"Jimin pamit ya hyung-ie. Seokjin hyung jaga bangtan untuk ku, jaga army juga untuk Jimin. Hyung harus bertahan di bangtan, bangtan masih perlu orang seperti Seokjin hyung, army masih menginginkan kehadiran Seokjin di hadapannya. Mereka masih butuh orang seperti hyung semua." Jimin menatap Seokjin dan juga mereka yang duduk disana secara bergantian.
"Orang seperti ku, tidak dibutuhkan di antara kalian lagi."
"Terimakasih sudah berbaik hati pada Jimin selama ini, Jimin pamit ya, Jimin bakal ingat kalian semua, Jimin mengikuti kalian dari belakang saja,"
Jimin mengambil nafas. "See you again ya hyung."
Dengan refleks aku membawa Jimin kedalam pelukan ku. Aku yang menangis tetapi dia sangat tegar.
"Sudah ya hyung aku tidak bisa berlama-lama disini, ada orang yang tidak menginginkan kehadiran ku. Aku akan sering mengabari hyung." Jimin melepaskan pelukannya, dia tidak mau aku terlarut dalam kesedihan ini.
Ternyata itu semua sudah terjadi. Seokjin tidak bisa apa-apa.
"Mana janjimu untuk selalu mengabari ku?" Desis Seokjin ketika dia sendirian di kamar.
"Hyung, Hyung, saengil chuka!!" Jimin berdiri di depan pintu kamar Seokjin tepat di jam 00.00 dini hari.
"Aku membawakan boneka ini sebagai hadiah ulang tahun mu hehe, dia hari ulang tahun ku juga kau menahan dan membawa ku pulang ke dunia ini, selain Hoseok Hyung kau juga Hyung yang sangat aku sayangi. simpan ini baik-baik ya hyung, jika aku tidak ada disamping kalian lagi Hyung bisa memeluk boneka ini."
Seokjin mengambil boneka pemberian Jimin yang masih dia simpan rapi.
"Dirimu membiarkan hyung hanya memeluk boneka mu, bukan dirimu." Seokjin tersenyum getir ketika menatap boneka itu.
"Aku harus apa Jim agar dirimu bisa kembali bersama kita?"
Ekor mata Seokjin tak sengaja melihat bingkai kecil disana.
Matanya berkaca-kaca, hingga tersadar bahwa kedua adik yang dia sayangi sudah tak lagi disini. Lebih tepatnya pergi meninggalkan dirinya.
"Jimin... Jungkook..."
>>>>
"Sudah ku bilang hyung bukan seperti itu gerakannya."
"Aku tidak tahu bagaimana gerakan yang benar,''
"Begini."
"Satu..dua..tiga..depan.. belakang..tuk tuk.."Seokjin memperhatikan Jimin saat mencoba mengajari gerakan yang di nilai Jimin bukan seperti itu.
"Kau paham hyung?"
"Em maaf kalau aku harus mengajarkan mu dengan kondisi seperti ini." Jimin tertunduk."Tidak masalah Jim, keadaan seperti ini saja dirimu masih bisa mengajarkan ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Promise || PARK JIMIN [TAMAT] ✔️
Fiksi UmumAku, mereka dan kita tidak akan pernah tau kalau jalan cerita kita berakhir seperti ini, bahkan rasanya sangat jauh dari kata nyata. Tetapi aku sadar bahwa selama ini kita telah berperang dengan ego masing- masing serta belajar lebih dari kesalahan...