06. PARK JIMIN

157 26 61
                                    

"Aku terlalu payah untuk kalian anggap sebagai mantan bangtan. Maaf jika akhirnya aku belum bisa menyelamatkan hidupku."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku sedang berdiam di hadapan cermin besar yang sedang ku tatap.

Aku meraba seluruh tubuhku, mulai dari wajahku, tangan ku sampai ke..bagian kaki ku.

Pantulan cermin ini seakan berbicara padaku kalau aku sudah tidak bisa apa-apa saat ini.

"Kita sebagai pihak rumah sakit minta maaf sebesar-besarnya, kami belum bisa mengambil racun yang ada di dalam tubuh pasien, dan kemungkinan besar racun itu akan semakin menjalar lebih dalam, dan mengakibatkan sel yang ada di dalam nya tidak bisa berfungsi lagi."

Hari itu, menjadi hari terberat untukku aku tidak bisa menyangka kalau akhirnya aku menjadi sosok Jimin yang lain.

Banyak hal yang hilang, banyak yang berubah dan banyak juga orang yang membenciku.

Hehe semesta sangat baik padaku sehingga menaruh semua masalahnya di diriku.

Semua orang menjadi membenciku disaat mengetahui kondisi fisik ku yang sangat buruk.

Terlalu buruk untuk kalian sebut diriku sebagai idol.

Aku tersenyum getir pada saat pantulan yang terasa nyata di bola mataku.

Tidak salah lagi kalau mereka di luaran sana memanggil ku sebagai pembawa sial, bukan seorang Park Jimin yang selalu di nantikan kehadirannya karena itu benar, aku pun tidak bisa menyangkal nya.

"Eoh Pd-Nim, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Aku memberanikan diri untuk speak up di hari itu.

"Aku menyadari dengan keterbatasan ku sekarang, aku tidak bisa jika menuntut diriku untuk terus bertahan disini."

"Maksud mu?"

"Ini, aku memberikan ini padamu, semoga bisa mengerti apa yang aku bicarakan." Aku menyodorkan amplop coklat padanya, seseorang yang sudah kami anggap sebagai ayah disini, sudah membesarkan kita mulai dari awal kami debut hingga saat ini, entah dengan cara apa aku bisa berterimakasih dan membalas Budi padanya.

Orang berbadan gembul itu hanya bisa menghela nafas gusar.

Dengan membuka amplop pemberian ku, aku takut jika dirinya memarahi ku atas semua itu, tapi aku tahu dia bukan orang yang kejam kepada anak didiknya Pd-Nim pasti tahu keadaan ku.

Aku menatap nya dengan gugup.

"Jadi kesimpulannya kau menyerah sampai disini?''

Aku mengangguk takut.

"Aku tidak bisa menahan mu Jim, karena aku tahu ini sangat berat untukmu memulainya dari awal dengan kondisi mu yang seperti ini, tapi aku juga tidak akan membiarkan mu pergi dari sini begitu saja, kau bisa menjalankan solois mu dan tetap bekerja pada agensi ini."

Aku tidak tahu harus berbuat apa, aku harus senang atau sedih?

Menjalankan sebagai solois? Berarti tanpa mereka?

Apa aku akan bisa? Sedangkan seluruh waktu ku hampir bersama nya.

Tapi bukan kah seorang idol itu harus sempurna? Sedangkan aku?

Aku tidak yakin kalau kehidupan solois ku akan berjalan mulus.

Lalu tentang army?

Siapa yang tidak rindu dengan mereka, lautan ungu yang membuat ku menangis ketika melihat nya, tentang seru nya mereka menyoraki nama kami disaat konser, tentang seluruh orang yang berbondong-bondong datang hanya untuk melihat kami, tentang kami yang menjadi alasan seseorang untuk bertahan, namun diriku saja tidak tahu apa yang membuat ku bertahan sejauh ini.

2. Promise || PARK JIMIN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang