28. EPILOG

205 21 30
                                    

Kakinya berjalan di sepanjang trotoar. Terkadang kepalanya mendongak menatap langit. Hal yang selalu di lakukan setiap saat. Setiap kali dia ingin. Baginya, menatap langit adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Langit yang selalu berubah penampilan, tapi tetap sama fungsinya. Melindungi bumi.

Dia memilih untuk keluar setelah memastikan bahwa kedua adiknya sudah tertidur akibat biusan dari rumah sakit Yoongi keluar dari bangunan Kramat yang begitu amat menyeramkan dimatanya dan berjalan keluar sembari sesekali suara bising itu terdengar dari kendaraan disana yang masih berlalu lalang di malam hari seperti ini.

Yoongi menghela nafasnya. Rasa gugupnya ini mulai meresahkan keadaan hatinya dia seperti cemas tetapi dia juga tidak tahu apa maksud dari rasa cemasnya yang tak beralasan?

Alisnya berkerut. Dia mencoba mengingat-ingat tapi yang ada di pikiran nya saat ini adalah kepergian sang Ibu rasa kehilangan begitu terasa pekat di benaknya, kilatan memori di hari itu kembali berputar di kepala Yoongi. Hari dimana dia harus di tugaskan untuk membalaskan dendam nya kepada sosok yang begitu tulus, bahkan saat tahu semua ini ulahnya orang itu pun tak berniat menjebloskan Yoongi kedalam sel tahanan.

Harapan yang dia harapan selama ini tak berkunjung menjadi harapan yang baik malahan harapan itu pupus bersama kenyataan yang dia temui.

Sebagai konsekwensinya, hubungan antara dirinya dan sang Ibu tak kunjung membaik hingga ajal menjemput wanita renta tersebut. Akan tetapi kini dia tidak lagi memiliki harapan seperti dulu, seperti pada saat sang Ibu terus saja mencuci otaknya dengan dendam, dendam, dan dendam harus nya Yoongi saat ini bisa menghirup udara segar dan bisa bebas tanpa kekangan lagi dari Ibunya.

Haruskah dia menyatakan pada Tuhan bahwa apa yang terjadi dalam hidup nya adalah sebuah ketidakadilan? Haruskah dia memprotes karena terlahir ke dunia dan di takdir kan berada di tengah-tengah keluarga berantakan seperti ini?

Ah, tapi itu sama saja dengan menyalahkan takdir yang telah ditorehkan untuknya. Dan, mungkin saja saat ini Tuhan tengah menertawakan tingkah Yoongi yang menyalahkan jalan yang Dia berikan. Jika di renungkan lagi bukankah semua itu telah menjadikannya seperti sosok yang sekarang ini? Yoongi tumbuh berubah menjadi laki-laki yang kuat dan bertanggung jawab. Selalu penuh semangat meski kehidupan nya sulit karena harapan yang terus membuatnya merasa bersalah.

Tanpa bergeming sekalipun Yoongi masih menikmati indahnya langit dan suasana malam hari meskipun berada di rumah sakit setidaknya dia bisa bernafas lega setelah semuanya terungkapkan.

********

Kembali Jimin mendatangi area ini, dulu dia juga pernah kemari saat mengantarkan Jihyun untuk terbang menuju Inggris bersama Sejin, manager sekaligus orang yang membantunya.

Kali ini tidak seperti kemarin, dia tidak hanya mengantarkan satu orang saja tetapi kali ini ada dua. Yakni Seokjin dan Jungkook. Alasan mengapa Seokjin juga ikut terbang pulang bersama Jungkook ke Korea adalah selain ingin menemani Jungkook selagi Hoseok tidak bisa menemani nya, Seokjin pula di izinkan untuk mengecek keadaan restoran nya yang katanya Yoongi sudah menambah kan beberapa karyawan dan restoran nya semakin lebih terkenal saat ini.

Suara langkah kaki berat itu memecahkan konsentrasi seseorang yang tengah duduk di kursi roda, sebenarnya Sejin sudah melarang Jimin untuk tidak ikut kemari karena dia juga perlu istirahat yang cukup tetapi mau bagaimana pun argument Jimin sangatlah kuat hingga membuat sang pengasuh, ah lebih tepatnya sang mantan pengasuh hanya geleng-geleng kepala.

"Jim...aku dan Jungkook pergi dulu ya. Doakan hyung dan adikmu ini terbang dengan selamat sampai tujuan."

Jimin meraih tangan Seokjin dan Jungkook yang sama hal nya dengannya yakni duduk di kursi roda. Dia menggenggamnya begitu erat.

2. Promise || PARK JIMIN [TAMAT] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang