Chapther 11

303 55 0
                                    

“Sahabat itu seperti bintang, ia memang tidak selalu terlihat, namun selalu ada untukmu."
• • •

"Besok kan hari minggu, lo ke rumah gue dong." pinta Aileen.

"Ngapain?" tanya Ari.

"Temenin gua."

"Ngapain?"

"Ck, udah dateng aja ngapa, banyak tanya." ujar Aileen.

"Oke. Gua cabut ya, Assalamualaikum." ucap Ari.

"Wa'alaikumsalam."

• • •

Keesokkan harinya..

"Assalamualaikum." ucap  Ari mengetuk gerbang rumah Aileen.

"Wa'alaikumsalam, masuk, Ri." jawab Aileen seraya membukakan gerbang.

Ari pun masuk ke dalam dan kembali mengunci gerbangnya.

"Kita mau ngapain hari ini?" tanya Ari.

"Kita ke atas dulu." jawab Aileen sambil mengambil beberapa camilan di lemari makanan.

"Yuk!" ajak Aileen menuju balkon atas rumahnya.

Sesampainya di atas, Ari melihat ke sekeliling. Tempat ini sudah banyak berubah semenjak terakhir kali Ari kesini. Banyak boneka Aileen yang berserakan, dan bantal duduk yang terletak di pinggir balkon.

"Kamar lo kan punya balkon sendiri, kenapa gak di sana aja?" tanya Ari.

Aileen yang tengah sibuk menyusun bonekanya menghentikan kegiatannya sejenak. "Kata Mama kita gak boleh main berduaan di kamar lagi, jadi gua pindahin bonekanya kemari supaya nyaman. Kan kalo di sini kita gak berduaan, siapa aja bisa lewat kalo disini, jadi orang bisa tau kita lagi ngapain." jelas Aileen.

Ari mengangguk.

"Gitu aja gak tau." cibir Aileen.

"Eh bentar, ada yang ketinggalan di kamar, lo tunggu sini, jangan di abisin snacknya!" ujar Aileen.

"Iya iya." jawab Ari seraya mengambil snack yang berada di sampingnya.

Lima menit kemudian, Aileen kembali sambil membawa gitar di tangannya dan kemudian duduk di depan Ari.

"Lo beneran bisa main gitar?" tanya Ari.

"Bisa dong, gua latihan sendiri setiap hari." ujar Aileen.

"Yaudah, main." titah Ari.

"Jangan kaget ya."

"Gak bakalan."

Jrengg..

Aileen mulai memetik cord gitar yang selama ini ia latih. Ia pun menyanyikan lirik lagunya.

"Loving can hurt, loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know
When it gets hard, you know it can get hard sometimes
It is the only thing makes us feel alive."

Ari terdiam mendengar suara Aileen. Aileen melirik Ari.

"Muka lo kok gitu? Gak enak ya?" tanya Aileen tak percaya diri.

"Gua enjoy kok, lanjut aja." titah Ari.

"Gua gak pede ah, kalo ngeliatinnya sampe kek gitu."

"Ck, udah lanjut, gua pingin denger sampe abis." ujar Ari.

Aileen melanjutkan lagunya, tapi ia berhenti di tengah - tengah.

"Kok berhenti lagi?" tanya Ari.

"Gua lupa liriknya." ujar Aileen.

Ari melirik Aileen jengkel.

"Sini, biar gua yang main."

"Lo bisa?"

"Gampang ini mah."

Petikan demi petikan terdengar merdu saat Ari memainkannya. Mereka bernyanyi bersama hingga senja tiba.

"Udah mau maghrib, gua balik ya?" ujar Ari.
"Sebentar banget, ntar lagi lah."

"Sebentar gundulmu, gua udah tujuh jam disini, lo bilang itu sebentar?"

"Yaudah deh, gua juga mau mandi." ujar Aileen seraya bangkit dari duduknya. Ari pun mengikutinya.

"Gua heran sama orang yang suka sama senja, mereka apa gak sholat maghrib ya?" tanya Aileen di sela - sela keheningan mereka.

"Ya gak gitu, abis liat matahari terbenam baru mereka sholat." jelas Ari.

"Berarti mereka menunda - nunda sholat dong?" tanya Aileen lagi.

"Bodo ah, terserah mereka mau sholat apa enggak, itu urusan mereka sama Allah. Lagian, kan belum tentu mereka semua Islam." jawab Ari kesal.

"Iya juga ya." Aileen mengangguk.

• • •

"Assalamualaikum." ucap Ari seraya membuka pintu rumahnya.

Ari menghela nafas melihat rumahnya yang sepi seperti rumah hantu. Ia masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya untuk melaksanakan sholat maghrib.

Setelah selesai sholat, ia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur.

"Ari, kamu udah pulang? Kita makan malam yuk." ajak Vino yang baru menyadari kepulangan Ari dan menghampirinya. Ari mengangguk dan duduk di kursi meja makan.

"Papa masak capcay, Papa liat tutorial masak di youtube, Insya Allah enak." ucap Vino.

Vino mengambilkan piring untuk anaknya dan menaruh beberapa sayur di piringnya.

"Coba rasain." titah Vino.

Ari menyicipi masakan Papanya.

"Enak?" tanya Vino.

"Enak, enak banget malah." ujar Ari kemudian tersenyum. Vino kemudian ikut mencicipi masakannya, dan ternyata benar, rasanya enak.

"Alhamdulillah kalo kamu suka, yaudah, makan yang banyak ya." titah Vino. Ari tersenyum dan menambah lauk ke piringnya. Mereka makan bersama dengan lahap.

"Papa gak ada rencana buat nikah lagi?" tanya Ari.

• • •

Tbc,

Dukung cerita ini dengan vote dan coment, ya!! ❤

Muslimah Bobrok! 2  (second generation) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang