"Jika pernikahan itu sulit, bersyukurlah, karena ada kenikmatan hidup bersama pasangan yang tidak bisa dirasakan orang lain."
• • •
Seminggu kemudian..
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Ari Alfatih bin Vino Agastha Verrel dengan anak saya yang bernama Aileen Aimara dengan maskawinnya berupa tujuh gram emas dan seperangkat alat sholat, Tunai." ucap Ian pada Ari. Dengan keringat dingin yang bercucuran, Ari mengucapkan kabulnya.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Aileen Aimara binti Alian Hanafi dengan maskawinnya tersebut, tunai!" dengan lega Ari menganggukkan tangannya dengan tangan Ian.
"Para saksi sah?"
"SAH!" jawab seluruh tamu yang hadir menyaksikan pernikahan tersebut. Sorak sorai mulai terdengar dari sahabat dan teman - teman Ari dan Aileen. Mereka mengucapkan selamat dan ikut gembira melihat mereka berdua. Termasuk Jihan yang sangat senang melihat Ari dan Aileen menikah.
"Udah aku duga kalian bakalan nikah, dan aku orang pertama yang bilang gitu." ucap Jihan dengan bangga.
"Iya - iya, yang penting kamu seneng." jawab Aileen kemudian tertawa.
Pesta berlangsung dengan meriah. Semua tamu undangan menikmati makanan yang ada. Senyuman terus terpampang pada setiap orang yang datang. Aileen dan Ari kini tengah duduk di kursi pengantin. Menyalami para tamu yang datang atau pun hendak pulang.
"Lo capek?" tanya Ari setelah bersalaman dan kembali duduk.
Aileen melirik Ari. "Enggak kok, biasa aja."
"Muka lo pucat banget, lo beneran gak apa - apa?" tanya Ari khawatir.
"Enggak, gak apa - apa."
"Kalo lo capek, kita ke belakang dulu istirahat sebentar."
Aileen hanya menggeleng dan tersenyum kecut. Karena kesal, Ari langsung menarik tangan Aileen menuju kebelakang.
"Kan aku udah bilang aku enggak apa - apa, kan jadi gak enak sama tamu yang lain." ucap Aileen saat tiba di belakang.
"Gua tau lo gak enakan orangnya, tapi lo harus mikirin diri lo juga." ujar Ari. Aileen hanya terdiam.
"Kita makan dulu, habis itu kita balik." sambung Ari. Ari kemudian pergi mengambilkan makanan untuk Aileen.
"Nih, dimakan, jangan bandel." titah Ari seraya memberikan sepiring nasi berisi lauk pauk.
"Banyak banget, aku gak bakalan abis." ujar Aileen.
"Gak usah sok diet, gua suka lo apa adanya."
"Bukan gitu, masalahnya kalo gak abis nanti jadi mubazir."
"Makan!" ucap Ari tegas.
Aileen menatap Ari kesal. "Belum sehari jadi suami udah marah - marah gitu." gerutu Aileen.
"Maaf, makanya jangan ngeyel!" tegur Ari menoyor kepala Aileen. Aileen menatap Ari. Kenangan mereka saat remaja hinggap di kepala Aileen. Ia teringat bahwa dulu Ari sering menoyor kepalanya saat mereka bercanda. Aileen terkekeh mengingat masa - masa itu.
"Kok ketawa? Biasanya ngamuk kalo gua noyor kepala lu." ujar Ari heran. Senyum Aileen makin melebar.
"Wah, stres ni anak."
• • •
"Kita langsung pindah ke rumah baru atau nginep di rumah Papa dulu?" tanya Ari.
"Terserah kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! 2 (second generation) [END]
Teen FictionDisarankan membaca 'Muslimah Bobrok!' terlebih dahulu. . . . Ari dan Aileen tengah membincangkan suatu pendapat dari seseorang yang katanya: "Persahabatan antara cewek dan cowok gak akan bertahan lama, ujung - ujungnya pasti jadi cinta." Mereka se...