Chapter 25

256 53 6
                                    

"Perihal rasa, kadang kita tak tau bagaimana cara merubahnya menjadi kata per kata."

• • •

"Kalo iya gimana?" tanya Ari antusias.
Aileen menunduk. "Sejak kapan?"

"Sejak kita ketemu lagi." jawab Ari. Aileen melirik Ari yang masih fokus ke jalanan.

"Kok bisa?" tanya Aileen penasaran.

"Gua juga gak tau, gua juga gak ngerti sama perasaan gua." ujar Ari.

"Perasaan itu cuma rasa suka?"

"Awalnya cuma rasa rindu kepada sahabat, terus pas gua ngeliat lo lagi, perasaan aneh tiba - tiba muncul dan saat gua tau lo deket sama cowok lain gua cemburu, itu namanya apa coba?"

"Cinta." jawab Aileen pelan.

"Nah, tuh tau."

"Yaudah, nanti kalo udah sampe, kamu bilang sama Mama ya?" titah Aileen.

"Bilang apa?"

"Kalo kamu mau nikah sama aku."

"Dih, cepet amat! Tunggu dulu dong."

"Berarti kamu gak serius sama aku?"

"Bu-bukan gitu,"

"Berarti dari tadi kamu cuma bercanda?"

"Eng-enggak kok, lo sabar dulu dong, gua belom siaplah kalo mau ngomong sama Mama, mau ngomong gini sama lo aja gua butuh waktu." ujar Ari.

Aileen tersenyum. "Bercanda kok, aku tau lah kalo kamu butuh waktu buat ngomong beginian."

Ari tertawa. "Sifat aslinya udah mulai muncul nih." ujar Ari.

"Maksudnya?"

"Sifat nyebelinnya udah balik nih kayaknya."

Aileen melirik Ari sinis kemudian mencubit pinggang Ari.

• • •

Sesampainya di rumah, Aileen langsung kembali ke kamar untuk mandi dan sholat ashar. Begitu juga dengan Ari, tetapi Ari lebih memilih untuk berbaring sebentar melepas penat. Ia menghela nafas dengan senyuman di bibirnya. Rasanya lega, senang, bahagia, dan puas dengan respon Aileen saat di mobil tadi. Walaupun Ari tau Aileen masih terlalu polos masalah cinta, tapi tentu itu tak akan jadi masalah untuk Ari. Kata orang, cinta itu bisa tumbuh seiring waktu dan cinta Ari yang tumbuh lebih dulu.

Setelah selesai mandi dan sholat ashar, Ari keluar dari kamar untuk menghirup udara segar. Saat Ari keluar rumah, ia melihat Aileen tengah menyiram tanaman. Ari menghampirinya.

"Lagi ngapain?" tanya Ari basa basi.

"Menurut kamu?" tanya Aileen balik. Ari terkekeh.

"Alvin mana ya? Dari tadi gak keliatan."

"Main bola sama temennya."

"Ooh," Ari mengangguk kemudian duduk di kursi yang tersedia.

"Gitar lo masih ada, Leen?" tanya Ari.

"Masih, ada tuh di kamar, ambil aja."

"Gua boleh masuk ke kamar lo?"

"Boleh kok, kan cuma mau ngambil gitar."

"Oke, gua ambil ya?"

Aileen mengangguk. Setelah mendapat izin dari Aileen, Ari pun masuk ke kamar Aileen untuk mengambil gitar. Kamar Aileen sudah banyak berubah. Dulu ruangan ini berwarna pink dan sekarang berwarna biru langit. Boneka - boneka yang di belikan Ari dulu masih terpajang di kamarnya. Kamarnya sangat rapi, berbeda dengan yang dulu saat Aileen masih remaja.

Ari mengambil gitar yang di letakkan di raknya. Saat Ari mengambilnya, sebuah buku jatuh dari balik gitar. Ari mengambil buku itu berniat mengembalikannya ke tempatnya. Tapi sesuatu menarik perhatiannya. Sesuatu yang membuatnya penasaran.

• • •

Tbc!

Chapter sengaja di bikin pendek, karena sebentar lagi bakalan tamat, yeayy!

Muslimah Bobrok! 2  (second generation) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang