"Takdir memang selalu punya cara yang tak terduga agar selalu tampak mengejutkan." - Agus Noor
• • •Pagi yang cerah. Siulan burung terdengar melewati rumah - rumah. Aileen berencana ingin membuat kue pagi ini. Setelah selesai sholat subuh, Aileen langsung menuju dapur.
"Ah, akhirnya niat yang sekian lama terpendam, terlampiaskan juga." ucapnya. Ia membuka kulkas dan lemari makanan untuk mengambil bahan - bahan. Ia kemudian mengambil wadah dan memasukkan telur kedalamnya. Ia pun memulai membuat kue yang sudah sekian lama ia rencanakan. Rencana itu sudah sekian lama ada namun tak kunjung terlaksana, karena Aileen terlalu sibuk dengan urusan kuliahannya.
"Duar!!" teriak Ari seraya menepuk pundak Aileen.
Plakk! Satu tamparan melayang ke pipi kiri Ari. Aileen terkejut bukan main.
"Sakit goblok!" umpat Ari.
"Maaf aku gak sengaja, lagian kamu ngapain pake ngagetin segala?"
"Niat gua cuma bercanda kali, lu nampolnya kuat banget lagi, dendam pribadi lo ama gua?" tanya Ari.
"Emang iya." ujar Aileen.
"Lah, apa lagi salah gua?"
"Banyak,"
"Sebutin," titah Ari.
"Kamu nyebelin, ngeselin, tukang bohong, suka ngomong kasar, orangnya kasar," ujar Aileen.
"Lah, apa iya?"
"Ya iyalah, kamu aja yang gak sadar."
"Lo aja yang terlalu baperan."
"Siapa sih yang mau jadi orang baperan?" tanya Aileen kesal.
"Kalian apaan sih, pagi - pagi udah ribut." sahut Ian yang hendak mencuci tangannya di wastafel.
"Ini Ari, Pa, bikin mood jadi jelek aja pagi - pagi." jelas Aileen.
"Lo duluan yang nampol gua." ujar Ari tak mau kalah.
"Siapa suruh kamu ngagetin?"
"Udah - udah, jangan berantem. Kamu lagi bikin apa, Leen?" tanya Ian.
"Bikin kue, Pa, Aileen udah lama pingin bikin kue tapi baru sekarang bisa kesampean."
"Wih, kayaknya bakalan enak tuh, Papa tungguin ya hasilnya,"
"Sip!"
• • •
Aileen membuat kue yang cukup banyak tadi. Jadi ia berencana untuk membaginya pada Aisyah temannya. Hari sudah sore, rumah yang cukup dekat dengan rumah Aileen adalah rumah Aisyah dan Aska. Sebenarnya Aileen ingin membaginya juga pada Giselle dan Alif, tapi rumah mereka cukup jauh.
"Lo mau kemana?" tanya Ari saat Aileen hendak menjalankan motornya.
"Kepo!" jawab Aileen langsung pergi meninggalkan Ari. Ia melajukan motornya menjauh dari pekarangan rumah.
Dua puluh menit kemudian sampailah Aileen di rumah Aisyah. Aileen menekan bel yang ada di dekat gerbang rumah. Saat melihat Aisyah menghampirinya, Aileen mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam, Aileen? Yuk masuk yuk," ucap Aisyah menyambut Aileen.
"Gak usah aku bentaran aja kok, aku mau kasih ini." ujar Aileen seraya memberikan sekotak kue pada Aisyah.
"Wah, apa ini?"
"Nanti aja bukanya pas di dalem, eh iya, Aska mana?" tanya Aileen.
"Ada di dalem, lagi sholat Ashar." ujar Aisyah.
"Oh, yaudah kalo gitu aku langsung balik ya, udah sore soalnya." ujar Aileen kembali menaiki motornya.
"Iya, hati - hati ya, jangan ngebut!"
"Iya, Assalammualaikum."
"Wa'alaikumsalam." jawab Aisyah sembari tersenyum. Aileen melambaikan tangannya kemudian pergi. Di perjalanan pulang, Aileen teringat bahwa ia menghabiskan gula yang ada di rumah saat membuat kue tadi. Ia pun singgah ke minimarket yang ada di dekat taman. Setelah membeli gula dan sebotol minuman dingin, Aileen kembali ke motornya dan memasukkan gula ke bagasi motor.
Saat hendak menyalakan motor, Aileen mendengar sesuatu. Sesuatu yang sangat pelan namun ia masih bisa mendengarnya. Aileen kira itu mungkin hanya perasaannya saja, karena ia berada di taman, jadi apa saja bisa bersuara seperti itu. Tapi taman ini nampak sepi karena hampir menuju waktu maghrib.
Namun suara itu tak kunjung berhenti. Seakan - akan memanggil Aileen untuk menghampirinya. Karena penasaran, ia pun menghampiri suara yang mengusiknya itu. Makin mendekat suara itu makin kencang. Aileen makin mempercepat langkahnya. Aileen pun tiba di sumber suara namun tanpa sosok. Suara itu sudah sangat jelas bersumber dari semak - semak yang ada di depan Aileen. Aileen membuka semak itu dengan perlahan.
Dan benar saja, ada bayi di dalam kardus yang di baluti selimut. Aileen mengambil kotak itu sekaligus bayi itu dengan hati - hati. Aileen menggendongnya dan mengayunya agar ia berhenti menangis. Aileen berjalan mencari orang tua bayi itu. Tapi tak mungkin orang tua menaruh bayinya di kardus seperti itu. Pasti bayi ini dibuang.
Aileen bertanya pada siapa saja yang berlalu - lalang di tempat itu. Namun tak ada satu pun orang yang melihat siapa yang menaruh bayi itu disana. Orang - orang malah menyuruh Aileen untuk melaporkannya ke polisi atau menaruhnya di panti asuhan, dan ada juga yang menyarankanya untuk meletakkan bayi itu kembali ke tempatnya. Aileen sungguh tak tega. Aileen tak mungkin meletakkan bayi itu kembali ke tempat seperti itu.
Karena hari sudah mulai gelap dan adzan maghrib sudah berkumandang, Aileen pun memutuskan untuk membawanya pulang. Di perjalanan pulang, bayi itu diam didalam pelukan Aileen. Saat di lampu merah, Aileen menatap bayi itu haru. Orang tua mana yang tega membuang bayi selucu ini. Bayi itu cukup gemuk, berkulit tak terlalu putih dan berambut tipis. Ia mengelus pipi gembul bayi itu yang masih terasa bulu halus dipipinya.
Tbc!
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah Bobrok! 2 (second generation) [END]
Teen FictionDisarankan membaca 'Muslimah Bobrok!' terlebih dahulu. . . . Ari dan Aileen tengah membincangkan suatu pendapat dari seseorang yang katanya: "Persahabatan antara cewek dan cowok gak akan bertahan lama, ujung - ujungnya pasti jadi cinta." Mereka se...