"I got it! Hasilnya ³log⅓."Kalimat pernyataan Mat membuat tiga orang lainnya mendesah pasrah. Bintang membanting pensilnya ke atas meja bundar yang menjadi sentral di antara mereka. "Ih, sedikit lagi! Beri aku sedetik saja, aku bisa mengalahkan Mat!"
Setiap sendi tubuh Kiano seolah terlepas. Lelaki itu sudah menggelepar. Kepalanya hanya ditopang dagu di atas tepian meja. Kedua mata Kiano terpejam, penat. "Mat masternya, sih. Jelas. Puja kecepatan menghitung Mat .... Puja!"
Bintang ikut-ikutan berseru tanpa semangat, "Puja."
Melihat itu, Mat hanya terkikik geli. "Sudahlah. Ayo, next. Fisika, 'kan?"
"Ow, shit. Here we go again." Kiano melirik Alfis di sampingnya. "Jelas saja kita tahu ini wilayah kepemimpinannya siapa, 'kan? Tapi, hei! Jangan sombong dulu, Tuan Alfis. Aku akan menambah poin dengan mengalahkan sumber utama kekuatanmu."
Diintimidasi oleh bualan omong kosong itu hanya membuat Alfis memutar bola matanya, malas. "Well, waktu pengerjaan satu menit. Status soal, tingkatan easy-peasy. Ini bersangkutan dengan astrofisika. Perbandingan magnitudo bintang. Three, two, one. Go."
"Oi, wait! Soal macam apa ini?" Kiano heboh sendiri, mengacak-acak rambutnya, frustrasi. "Oke, mA dikurangi mB sama dengan -2.5 log dikali perbandingan fluks kedua bintang .... Hei! Fluks itu rumusnya ... konstanta Boltzmann dikali suhu pangkat empat, 'kan? Aku tidak ingat! Konstanta Boltzmann-nya berapa! Harusnya ada di tabel konstanta, 'kan? Alfis! Kau sengaja menghilangkannya karena kau adalah pakar dalam mengingat berjuta digit angka konstanta, huh? Ini pelanggaran! Aku tak terima!"
"Jawabannya, magnitudo bintang B adalah delapan, didapat dari magnitudo bintang A yang senilai empat, lalu dijumlahkan dengan hasil dari 2.5 dikali 1.632. Empat ditambah 4.08, lalu dibulatkan. Beres."
Alfis menoleh sejenak pada Kiano. Matanya yang sipit membuat Alfis selalu terlihat menyeramkan.
"Dan kau tidak perlu repot-repot mencari konstanta Boltzmann. Ingat? Seperti yang kau katakan, ada perbandingan fluks kedua bintang. EA dibagi EB. Karena sama-sama punya konstanta Boltzmann, kau tinggal coret saja. Sisanya, tinggal operasikan pembagian antara suhu bintang A pangkat empat, dengan suhu bintang B pangkat empat. Fine, siapa yang melanggar aturan? Lain kali, telitilah lebih dulu dalam menganalisis soal, bukan asal protes."
Alfis asyik mencoret beberapa hal di kertasnya. Tak begitu peduli dengan reaksi ketiga temannya yang hanya bisa melongo. Kiano bahkan mangap lebar. Bintang berdeham, tersadar lebih dulu. "Mat masih memimpin skor, dan Alfis hanya butuh satu poin lagi untuk menyusul, ya? Baiklah. Kurasa, aku tak akan pernah dapat poin selain dari latihan soal Biologi. Giliranku, 'kan? Aku suka ini! Anatomi manusia."
"Wait. Jangan terburu-buru, Bi." Mat bangkit berdiri dari posisi duduk silanya. "Semangat yang membara itu bagus, salah satu pilar dari berdirinya MaFiKiBi Society. Bersemangat dan punya kemauan penuh dalam menyelami ilmu pengetahuan, itu salah satu sila dari UUD KREMAS—Undang-Undang Dasar Kesatuan Republik MaFiKiBi Society. Namun, perlu kita ketahui juga di sila berikutnya, berbunyi, Menjaga keseimbangan sistem kehidupan masing-masing individu, demi perolehan otak yang optimal. Ujian Akhir Semester satu memang sudah di depan mata. Namun, istirahat juga penting. Aku akan ambilkan sesuatu dulu. Take a rest."
KAMU SEDANG MEMBACA
MaFiKiBi Society✓
Fiksi RemajaSekumpulan geng motor yang punya pamor? Pasukan bad boy cap badak yang punya penggemar membludak? Bukan. Ini kisah tentang Perserikatan MaFiKiBi Society, yang tak pernah lelah atau menyerah untuk terus ciptakan langkah. Mat hanya ingin memenangkan o...