Di suatu siang terang yang tenang, matahari menyorotkan sinar paripurnanya pada sosok yang sedang merebahkan badan di atas kursi. Sejak memasuki jam pelajaran kedua yang memang kosong, Bintang memutuskan untuk kembali ke ruang kelas. Hal itu juga didukung oleh situasi di mana Mat sudah dipanggil Kak Melvin ke ruang OSIS bersama rekan yang lainnya. Pasti membahas Persatas Day. Pelaksanaannya memang esok hari.
Bintang merasa porsi rebahannya kurang tercukupi hari ini. Karena itulah, Bintang mengusir Kiano yang sedang asyik berbincang bersama Ken, kakak kelasnya, seperti tante-tante girang di depan gang.
"Itu sungguhan, Bro Ki! Sejak hadir pelakor itu, Bu Ruhyani resmi jadi janda beranak empat!" Lelaki dengan name tag Ken Alvaro itu tak merasa malu atau risih karena seenaknya bicara gaduh di kelas orang.
Benar-benar definisi dari kakak kelas yang memalukan. Bintang yang melihatnya kala itu, hanya bisa mendelik sambil menahan nyinyir dalam hati. Kakak kelas yang baik memang hanya bisa diperankan Kak Melvin. Tenang, bijak, dan berwibawa.
Tak peduli dengan tatapan Bintang, Ken malah semakin heboh menggebrak meja, dramatis. "Single parent! Menurutmu, apa lagi motivasi Bu Ruhyani menjual roti ke kelas-kelas, jika bukan untuk menghidupi anak-anaknya, setelah kepergian sang suami?"
Kiano balas menggebrak meja, tak kalah semangat. "Ow, make sense!" Tangan Kiano sibuk mengelus-elus dagu, seolah keduanya sedang sibuk merumuskan dasar negara di suatu konferensi rahasia. "Bagaimana dengan rumor soal Pak Momon yang memiliki indra keenam? Lalu, itu! Mang Muh yang katanya punya siluman ...."
"Ki!" sambar Bintang, tak tahan lagi dengan perbincangan kedua spesies rabies itu yang semakin melebar ke sana-sini. "Jangan berbuat kerusuhan di sini, tidak ada uang receh. Coba di alun-alun, sana! Aku mau tidur!"
Mendapati Bintang yang mulai mendorong-dorong punggung Kiano untuk menyingkir dari posisi duduknya, Ken pun langsung berinisiatif. "Ah, Bro Ki! Ayo kita lanjutkan di Mang Dod saja. Perutku lapar!"
Demi mendengar nama itu, Kiano langsung membelalakkan matanya, menatap Ken dengan sorot kengerian tak terperi. "Tidak ... tidak bisa! Aku baru saja berhasil meloloskan diri dari jeratan buku hitamnya Mang Dod, Bro Ken. Aku tidak mau cari mati!"
Ken mendesis meremehkan. "Kau kurang pro, Bro Ki. Ayo, ikut saja!"
Binar-binar yang tidak estetik mulai bermunculan memenuhi bola mata Kiano. Tampang memelasnya sungguh membuat Bintang ingin menjejalkan Kiano ke Palung Mariana. Kiano menatap Ken penuh harap. "Aw, Bro Ken ... kau mau mentraktirku?"
"Tentu saja tidak!" Ken merangkul bahu Kiano, erat. "Aku ini legenda di buku hitam Mang Dod. Sebagai sesama agen paling melek informasi di Persatas, kita harus loyal dan bersolidaritas tinggi! Mari, Bro Ki. Biar aku ajarkan, tips and trick untuk terus berlangganan dengan Mang Dod, meskipun dicap sebagai tukang utang dan diburu setiap hari."
"Senpai!" Kiano tampak terharu sampai menyedot ingusnya yang menciptakan bunyi-bunyi menjijikkan. "Proud of you! Kau memang panutan, Bro Ken!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MaFiKiBi Society✓
Fiksi RemajaSekumpulan geng motor yang punya pamor? Pasukan bad boy cap badak yang punya penggemar membludak? Bukan. Ini kisah tentang Perserikatan MaFiKiBi Society, yang tak pernah lelah atau menyerah untuk terus ciptakan langkah. Mat hanya ingin memenangkan o...