HAPPY READING
[Jangan Lupa Vote yaa]
[Budayakan saling menghargai karya orang lain]☆
☆
☆Malam ini di rumah Gania merasa bahagia dengan kehadiran kedua putra kesayangannya.
Ddrrrrtttt.... ddrrrrttt....
Suara ponsel Gania berbunyi.
Gania yang saat ini sedang berada di kamarpun mengangkat panggilan masuk.
"Halo, Adi..." Kata Jenny.
Rupanya orang yang menghubunginya malam itu adalah Adi.
"Apa anak-anak udah tidur? Bisa tolong pastiin Harvan minum obat dengan benar ya." Kata Adi dari telepon.
"Kaya nya mereka udah tidur. Harvan udah minum obat kok." Jawab Gania.
Entah sejak kapan Gania dan Adi menjadi dekat.
Padahal dulu rumah tangga mereka tidak pernah sedekat ini.Bahkan untuk sekedar duduk dan berbincang bersama pun tidak pernah.
☆☆☆
Sementara itu Jevan yang sejak tadi tidak bisa tidurpun keluar dari kamarnya. Dia mengetuk pelan pintu kamar Harvan yang berada di samping kamarnya dan masuk.
"Kak, lo udah tidur?" Tanya Jevan.
"Belum. Gue baru kelar ngertain PR. Kenapa?" Tanya Harvan yang masih duduk di kursi meja belajarnya.
"Gak bisa tidur. Biasanya gue kalo gak bisa tidur suka di temenin mama. Tapi, kayanya mama udah tidur deh." Kata Jevan sambik duduk di atas tempat tidur.
"Yaudah lo tidur di sini aja bareng gue." Jawab Harvan.
Jevan pun senang mendengar ucapan Harvan.
Malam itu mereka banyak bercerita dan tertawa bersama-sama.
Sampai tiba-tiba Jevan melihat darah keluar dari hidung Harvan dan membuat dia panik.
"Kak .. i... i... itu darah kak. Itu darah di hidung lo." Kata Jevan panik sambil menunjuk Harvan.
Harvan hanya tenang dan menutup hidungnya sambil mengambil tisu dari meja samping tempat tidurnya.
"Issshh .. sial kenapa mimisan lagi sih." Kata Harvan.
Jevan yang mendengar ucapan Harvan pun terkejut.
"Apa kak? Lagi? Apa lo sering mimisan kak? Gue panggil mama ya. Bentar." Kata Jevan yang beranjak untuk memanggil ibunya.
Namun, belum sempat melangkah. Harvan menarik tangan Jevan dan membuat langkahnya terhenti.
"Jangan panggil mama! Gue gak apa-apa ko, de." Jawab Harvan.
Jevan terkejut lagi saat Harvan memanggilnya dengan pangilan 'de'.
Jevan duduk di samping Harvan memperhatikan Kakaknya itu yang sibuk membersihkan darah dihidungnya dengan tisu.
"Kak, lo gak apa-apa? Kak makasih lo udah panggil gue ade." Jawab Jevan sambil menatap Harvan.
"Gue gak apa-apa kok beneran. Kalau lo aja manggil gue kakak, kenapa gue gak manggil lo ade. Lagian lo ade gue kan? Walaupun perbedaan kita hanya tiga menit." Lanjur Harvan sambil tertawa kecil.
Entah apa yang di rasakan Jevan saat itu.
Rasanya sedih dan ingin menangis.
Tapi, dia tahu kalau Harvan tidak suka dia menangis.
"Lo tidur duluan. Gue mau ke kamar mandi bersihin dulu ini." Kata Harvan.
Jevab menurut apa yang dikatakan Kakaknya itu, dia naik dan tidur di tempat tidur Harvan.
Sementara itu Harvan pergi ke kamar mandi.
Tiba-tiba dia terduduk di bak kamar mandi.
Dia menyalakan kran shower di kamar mandi.Dia menangis sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.
Tubuhnya basah akibat air yang mengalir.Darah di hidungnya tak kunjung juga berhenti.
Dia sengaja menyalakan kran karena tidak ingin Jevan tau apa yang terjadi dengannya saat ini.
Harvan menagis ... benar-benar menangis.
Wajahnya berubah pucat.
"Tuhan... jangan sekarang. Aku mohon jangan sekarang.. aaaaarrrrgggghhh... kenapa kepalaku sakit..... jangan sekarang Tuhan aku gak mau mati sekarang... hiks.... hiks... hiks..." Harvan merintih kesakitan di dalam kamar mandi.
Sudah sekitar 45 menit.
Dia mematikan kran membuat air yang mengalir membasahinya berhenti.
Dia menghela nafas panjang, dadanya terasa sesak.
Kepalanya terasa masih sedikit sakit. Dia meraih handuk dan berjalan menuju wastafel.
Dia menatap dirinya dalam cermin.
"Gue belum boleh mati." Ucapnya sambil menatap cermin.
Harvan mengganti pakaian basahnya dan berjalan keluar dari kamar mandi.
Dia melihat adiknya sudah terlelap tidur.
Dia menarik selimut dan menyelimuti adiknya itu.
Kemudian dia berbaring dan tertidur di samping jevan.
'Tuhan ... biarkan aku hidup sedikit lebih lama. Biarkan aku terbangun di esok hari. Aku masih ingin menikmati kebersamaan ini.' Gumamnya dalam hati.
Kemudian Harvan memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur.
***
Hai semua .... Apa kabar??
Maaf cerita ini aku revisi yaaa.
Nama cast nya aku ganti jadi lokal
Dan ada beberapa part yang mungkin aku ubah, demi kenyamanan dan kepentingan bersama.
Terimakasi readersku sayang...
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
General Fiction"BAGAIMANA JADINYA JIKA DUA ANAK KEMBAR HIDUP TERPISAH? DAN BAGAIMANA JIKA PADA AKHIRNYA MEREKA TAU TENTANG SEBUAH KEBENARAN?" ● Cerita ini 100% fiksi ● Jangan lupa vote sebelum membaca (Budayakan untuk saling menghargai)