HAPPY READING
[Jangan Lupa Vote yaa]
[Budayakan saling menghargai karya orang lain]☆
☆
☆Jevan terbangun dari tidurnya dia melihat Harvan yang masih tidur di sampingnya.
Dia menatap wajah Harvan yang masih terlelap.
'Apa lo baik-baik aja?' Gumam Jevan dalam hati.
Jevan turun dari tempat tidurnya dengan hati-hati, dia tidak ingin membangunkan Harvan.
Namun, ketika Jevan turun dan akan melangkah ke arah pintu tiba-tiba Harvan terbangun dan membuka kedua matanya.
"Kok lo gak bangunin gue sih?" Tanya Harvan.
Jevan terkejut dan berbalik melihat Harvan.
"Tadi lo nyenyak banget kayanya kak. Gue gak tega mau bangunin lo. Lagian semalem lo tidur jam berapa? Gue tungguin lo yang ke kamar mandi lama banget." Jawab Jevan.
Harvan hanya diam dan tersenyum kemudian turun dari tempat tidurnya.
"Mandi gih lo! Gue juga mau mandi." Kata Harvan sambil mengusap acak rambut Jevan.
Jevan pergi ke kamarnya untuk mandi, begitu pun Harvan.
Setelah selesai bersiap mereka pun duduk di meja makan untuk sarapan.
Gania tersenyum menyambut dua putra tampannya.
"Kakak ... ade ... ayo sarapan. Nanti kalian terlambat ke sekolah loh!" Kata Gania.
Harvan dan Jevan duduk berdampingan di meja makan. Mereka menikmati sarapan pagi yang Gania buat.
"Harvan... semalam papa menelepon, katanya hari ini jadwal kamu check up ke dokter. Jadi kita pergi sepulang sekolah nanti ya." Kata Gania.
Harvan mengangguk menuruti apa kata ibunya.
"Aku ikut ya ma.." Seru Jevan.
"Ade kan hari ini jadwal latihan vokal." Jawab Gania.
Jevan mengerutkan bibirnya. Dia terlihat gemas, membuat ibu dan saudaranya tertawa.
"Ini kunci mobil kalian. Mulai hari ini kalian berangkat sekolah bawa mobil aja." Kata Gania sambil menyerahkan kunci.
"Beneran?" Tanya Jevan.
"Iya. Tapi, biar kakak kamu yang nyetir. Mama tau kalo kamu yang nyetir pasti kamu ngebut de." Kata Gania.
Harvan dan Jevan sangat senang dan merasa beruntung, walaupun orangtua mereka sudah tidak bersama. Namun, mereka selalu bersikap selayaknya sebuah keluarga utuh.
☆☆☆
Sesampainya di sekolah, Harvan dan Jevan turun dari mobil dan berjalan menuju kelas mereka.
"Jevan, tadi ada cewek nyariin lo. Kayanya adik kelas deh." Kata Daffa.
"Hah siapa? Mau ngapain?" Tanya Jevan terkejut.
"Katanya sih mau balikin hoodie lo. Oh ya kalau gak salah namanya ... emmmm.... Yera. Iya namanya Yera." Jawab Daffa.
Jevan hanya mengangguk seolah dia tau siapa itu Yera.
"Oh pasti anak itu." Gumam Jevan.
Jevan pamit meninggalkan Harvan.
"Kak, gue ke sana bentar ya ada urusan. Tar gue balik lagi ke kelas kok." Kata Jevan sambil pergi meninggalkan Harvan dan Daffa.
☆☆☆
Di depan kelas XI.IPA-2
Jevan terlihat bingung mencari seseorang di kelas itu.
"Eh lo kenal Yera gak?" Tanya Jevan pada salah satu siswa.
"Oh Yera? Ada tuh ka duduk di dalam. Masuk aja kak." Jawab siswa itu.
Jevan masuk ke kelas itu.
Dia menghampiri Yera yang sedang duduk bersama teman-temannya.
"Yera. Lo yang tadi nyariin gue?" Tanya Jevan gugup.
"Eh kak Jevan? Iya ini kak aku mau balikin hoodie kakak yang kemarin. Makasih ya kak." Jawab Yera sambil memberikan paper bag berisi Hoodie.
Jevan hanya mengangguk dan tersenyum kemudian pergi meninggalkan kelas Yera.
Semua siswa perempuan di kelas itu memandang yera.
Bagaimana bisa dia kenal dengan kakak kelas yang tampan itu.
Yera menjadi perbincangan di kalangan siswa sekolah itu.
☆☆☆
》》》Hello.. aku kembali nulis lanjutannya nih《《《
Jangan lupa vote!!!💜
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
General Fiction"BAGAIMANA JADINYA JIKA DUA ANAK KEMBAR HIDUP TERPISAH? DAN BAGAIMANA JIKA PADA AKHIRNYA MEREKA TAU TENTANG SEBUAH KEBENARAN?" ● Cerita ini 100% fiksi ● Jangan lupa vote sebelum membaca (Budayakan untuk saling menghargai)