HAPPY READING
[Jangan Lupa Vote yaa]
[Budayakan saling menghargai karya orang lain]☆
☆
☆Kriiiing ...
Bel penanda masuk sekolah pun berbunyi.
"Yera lo masuk kelas gih! Gue masih mau disini." Kata Jevan.
"Tapi, kakak mau ngapain? Aku temenin kakak aja ya?" Jawab Yera.
Jevan menatap Yera.
"Lo harus masuk kelas! Katanya mau jadi pacar gue? Tapi kok gak mau nurutin kata pacarnya." Kata Jevan.
Yera mengerutkan bibirnya.
"Yaudah deh iya. Aku ke kelas dulu ya. Kakak jangan nakal-nakal! Awas kalau kakak genit sama cewek lain." Kata Yera.
Jevan tersenyum dan mengusap rambut Yera menyuruhnya agar segera pergi ke kelasnya.
☆☆☆
Jevan duduk sendiri menatap langit biru dengan awan putih yang indah.
Jevan Pov
Bahagia dalam hidupku adalah ketika bertemu saudara kembar dan ayahku.
Tuhan ... bolehkah aku memohon padamu?
Jangan biarkan Harvan pergi meninggalkanku.
Bahkan jika aku harus mengorbankan seribu kebahagiaanku demi satu kebahagiaannya...
Aku rela ...
Aku akan melakukannya ...
Tuhan ...
Aku hanya memiliki dia ...
☆☆☆
Jevan merebahkan diri di atas kursi panjang itu.
Memejamkan kedua matanya.
Namun, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekatinya.
"Ngapain? Gue tunggu lo di gak ke kelas." Kata Harvan.
Jevan terkejut mendengar suara Harvan.
Dia terbangun dan duduk menatap Harvan."Kok lo ke sini kak? Disini panas. Lo ke kelas kak." Kata Jevan.
Haruto duduk di samping Jevan.
"Lo tau? Dulu waktu umur gue tujuh tahun, gue pernah di buly di sekolah hanya karena gue gak punya ibu. Gue malu sampai nangis gak mau sekolah. Sampai papa mutusin gue buat home schooling. Lo tau? Dulu gue gak pernah punya temen walaupun buat sekedar cerita. Tapi, gue berdo'a setiap hari. Gue minta sama Tuhan supaya gue punya mama. Dan sekarang Tuhan menjawab semua do'a gue. Gue punya mama bahkan gue punya lo. De... kalau suatu hari gue pergi lo jangan sedih ya! Lo harus jaga mama sama papa. Gue ngerti kalian sayang banget kan sama gue. Tapi, gue pergi karena Tuhan juga sangat sayang sama gue. De .. lo tau gak dulu gue pernah jatuh dari tangga. Dan gue gak bisa jalan seminggu. Rasanya itu berat banget. Tapi, sekarang di saat gue bener-bener diberi penyakit yang berat.. gue ngerasa apa yang menjadi beban di punggung gue berkurang sedikit demi sedikit." Kata Harvan sambil menatap langit.
Jevan menatap dalam wajah Harvan. Kemudian beralih pandangan menatap langit.
"Kak sebenernya dulu gue juga pernah di buly hanya karena gue gak punya ayah. Dan soal lo bilang kalau lo pernah jatuh dari tangga, gue juga sama jatuh dari tangga di rumah mama yang dulu. Kak... lo jangan nyerah ya? Kak bagi sedih lo buat gue. Bagi rasa sakit lo buat gue. Kak.. bahkan kalau lo gak bisa jalan, gue siap jadi kaki buat lo. Kalau lo gak bisa lihat, gue juga siap jadi mata buat lo. Gue rela kak ngasih seribu kebahagiaan gue buat lo. Asal lo gak pernah sedih lo selalu bahagia kak." Lanjut Jevan sambil menahan tangis.
Harvan berbalik menatap Jevan.
"Jaga mama sama papa. Jaga Elsa juga." Lirih Harvan.
"Enggak! Gue gak mau! Gue gak mau jaga mereka sendiri. Gue mau kita bersama jaga mereka. Gue mohon kak. Lupain tentang sedih lo. Gue yakin lo pasti sembuh." Jevan menangis dihadapan Harvan
Harvan yang melihat adiknya menangis, dia menepuk pundak Jevan.
Mengusap acak rambut Jevan.
"Temenin gue sampai akhir waktu gue habis ya." Kata Harvan.
☆☆☆
》》》Sorry gaiis di part ini gue nulisnya nangis beneran《《《
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS
General Fiction"BAGAIMANA JADINYA JIKA DUA ANAK KEMBAR HIDUP TERPISAH? DAN BAGAIMANA JIKA PADA AKHIRNYA MEREKA TAU TENTANG SEBUAH KEBENARAN?" ● Cerita ini 100% fiksi ● Jangan lupa vote sebelum membaca (Budayakan untuk saling menghargai)