#24

609 64 0
                                    

HAPPY READING
[Jangan Lupa Vote yaa]
[Budayakan saling menghargai karya orang lain]



Adi baru saja pulang dari tugasnya di luar kota.

Dia benar-benar merindukan kedua putranya.
Dia memutuskan untuk mengunjungi Gania, ya benar karena selama dia pergi kedua putranya tinggal bersama Gania.

"Dimana kedua anak tampanku? Ahhh ... aku rindu mereka." Tanya Adi.

Gania tersenyum menyambut kedatangan Adi.

"Kamu gak lihat ini jam berapa? Ya mereka sekolah lah." Jawab Gania sambil tersenyum.

Adi yang mendengar ucapan Gania pun tertawa, mengingat dia baru saja menyadari bahwa ini masih cukup pagi.

"Gania, apa kita bisa kembali seperti dulu? Aku tahu ini  gak mudah. Mungkin kebencianmu padaku itu terlalu dalam. Tapi, bisa kita memulai semua dari awal demi putra kita? Tanya Adi.

Gania terdiam. Dia terkejut mendengar ucapan Adi.
Ya, dia tahu betul bagaimana sifat Adi. Namun, mengapa rasanya kali ini Gania merasa jika Adi berbicara dengan penuh ketulusan.

"Aku gak bisa jawab sekarang. Ini terlalu mengejutkan. Aku harus tanya pada anak-anak."  Jawab Gania.

"Ya. Kamu benar. Maaf Gania kalau kata-kataku membuatmu tidak nyaman." Kata Adi dengan halus.

"Adi, ada sesuatu yang lebih penting dari itu. Ini tentang Harvan." Kata Gania.

Adi terkejut mendengar Gania menyebut tentang Harvan.

"Apa? Harvan kenapa?" Adi khawatir.

Gajia diam menunduk lalu menjelaskan dengan pelan.

"Beberapa waktu lalu aku membawa Harvan Chechk Up. Dan kamu tau apa kata dokter? Kata Dokter kanker yang di derita Harvan memasuki stadium tiga." Jelas Gania.

Adi benar-benar terkejut mendengar penjelasan Gania.

"Akhir-akhir ini Harvan sering terlihat pucat. Dan aku menemukan banyak tisu dengan bercak darah di tempat sampah yang ada di kamar Harvan. Aku takut. Aku takut Harvan...." Lanjut Gania dan mulai menangis.

Adi yang merasa terpukul, dan sedih melihat Gania menangispun menarik Gania kedalam pelukannya.

Adi memeluk Gania dengan lembut. Berusaha menenangkan ibu dari anak-anaknya itu.

"Harvan kita anak kuat. Harvan kita anak hebat. Bahkan dia sudah berjuang untuk bertahan sejauh ini. Aku yakin Harvan kita akan sembuh." Kata Adi yang tak kuasa menahan air matanya.

Gania terdiam di pelukan Adi.

Untuk pertama kalinya Adi memeluk Gania dengan tulus dan hangat.

Mengingat saat dulu mereka berumah tangga, tidak pernah ada kehangatan dalam rumah tangga mereka. Bahkan Adi jarang sekali berbicara padanya.

Yang dia ingat saat itu Adi hanya berbicara banyak saat dia memutuskan ingin bercerai dari Gania.

Namun, saat ini ... orang yang paling membuatnya sakit hati di masalalu justru menjadi orang yang membuatnya nyaman.

Gania mulai memikirkan permintaan rujuk yang di berikan oleh Adi.

☆☆☆

》》》GAIIIS KIRA-KIRA MENDING RUJUK APA ENGGAK YA?《《《

TWINS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang