i n k a . 10

1.1K 194 52
                                    

•••🦋•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••🦋•••

H a p p y  R e a d i n g

Kenapa sih akhir-akhir ini masalah selalu datang. Dari yang Alan marah nggak jelas, Papa yang semakin sering siksa dirinya, dan Davi yang tiba-tiba menyatakan cinta kepada dirinya. Kapan sih hidupnya bisa tenang dan dipenuhi kebahagiaan? Dirinya lelah jika harus mengalami masalah bertubi-tubi.

Lelah hati dan lelah fisik sudah menjadi makanan sehari-hari kehidupan. Tapi kenapa harus secara bersamaan kek gini. Kalau disini ada kamera Inka ingin melambaikan tangan sekarang juga.

Meremas rambutnya kesal Inka berteriak setelah menangis selama satu jam hingga matanya bengkak. "KENAPA HARUS GUE SIH?!"

Inka ingin lepas dari semua masalah ini dirinya cukup tertekan dengan keadaan ini. Inka penasaran dimana Davian berada? Biasanya tuh cowok selalu menghampiri kamarnya jika selepas bertengkar dengannya. Tapi malam ini nihil sama sekali.

Suara deru mobil menyala sejam yang lalu belum juga kembali. Sial dirinya disini sendirian. Papanya pasti lembur di kantor, Davi entah pergi kemana, Inka tak perduli. Memutuskan mematikan semua lampu hingga semua penerangan gelap seketika dan tak lupa mengunci pintu atau kakaknya dengan berani akan masuk ke kamarnya dan tidur seranjang dengannya. Kalau dia tau sejak dulu Davi memiliki rasa kepadanya, tak akan ia biarkan cowok itu seenak jidatnya tidur dengannya dan mendekapnya sampai pagi. Tapi nasi sudah jadi bubur tak akan bisa ia rubah kembali.

Enggan memikirkan itu lagi Inka meraih boneka kesayangannya yang diberikan oleh Alan saat cowok itu menyatakan cinta kepadanya. Mendekap erat bonekanya seolah ia memeluk tubuh Alan. Sebenarnya ia kangen sama pacar nggak pekanya itu, tapi apa daya panggilan yang selalu ia lakukan dimatikan oleh cowok itu. Mengangkat bonekanya menghadap mukanya, Inka seolah berkata kepada sang pemberi. "Mo, kenapa sih tuan lo itu marah sama gue? Salah gue apa coba?!"

Heran kenapa dirinya malah mirip orang gila gini. Bicara sama benda mati yang tak mungkin bisa menjawab segala pertanyaannya. "Dahlah gue makin sebel sama lo, Cimo!"

Brak.

Boneka kucing tak bersalah itu berakhir di keranjang baju kotor miliknya. Terlalu sebal apalagi mengingat kelakuan pacarnya sama medusa itu bikin Inka eneg.

Puas dengan lemparannya Inka berbaring menatap langit-langit kamarnya yang ia beri bintang kecil yang bisa menyala ketika lampu padam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puas dengan lemparannya Inka berbaring menatap langit-langit kamarnya yang ia beri bintang kecil yang bisa menyala ketika lampu padam. Terlihat indah namun hampa. Pikiran Inka semrawut. Memikirkan bagaimana caranya ia mengembalikan semua keadaan ini menjadi damai lagi. "Tuhan kapan ini berakhir?"

•••

Gelapnya temaram lampu jalanan tak menyurutkan pertengkaran kedua pemuda beda usia itu. Yang lebih tua seakan ingin memenangkan adu otot, sementara yang lebih muda juga sama tak ingin kalah. Alan cowok yang lebih banyak menerima pukulan dari kakaknya Inka terlihat kewalahan, nafas memburu terasa begitu kentara. Keringat dan darah segar menyatu hingga menimbulkan rasa perih tak terkira.

"SEBENARNYA ADA APA SIH HAH?! TIBA-TIBA MAIN PUKUL GUE!"teriak Alan menahan tangan Davi yang akan kembali memukul wajah tampannya.

"LO UDAH NYAKITIN ADIK GUE ANJING!"marahnya tak terkendali. Menghempaskan tangan Alan yang mencekal pergelangan tangannya Davi kembali melayangkan tinjunya.

Bugh.

Satu pukulan tepat mengenai perut Alan dengan kuat. Tangan cowok itu memegangi perutnya yang terasa sakit. Perlahan kepala cowok itu menatap mata tajam Davi. Dengan amarah menggebu Alan menjawab dengan lantang. "KATA SIAPA HAH?! GUE NGGAK PERNAH NYAKITIN INKA!"sentaknya tak terima.

Davi yang terlanjur diliputi amarah menendang lawannya hingga Alan yang tak siap tumbang, jatuh ke aspal jalanan. Belum sempat Alan bangkit, Davi sudah mendudukkan dirinya di perut pacar adiknya itu.

Bugh.

Bugh.

Satu tonjokan di pipi kanan dan kiri semakin membuat sakit wajah Alan. Tangan Davi mencekik leher cowok itu dengan kuat. Kilatan amarah berkumpul menjadi satu dengan tenaganya. Wajah memerah Alan tak di hiraukan olehnya.

"Le-lepas si-al-an!"dengan susah payah Alan berkata. Kedua tangan cowok itu mencoba melepaskan cekikan Davi.

Davi tersenyum remeh, seringaian muncul di bibirnya. "Oke gue lepasin dengan satu syarat.."ucapnya menggantung menunggu respon Alan.

"A-pa?"

"Putusin Inka!"

Jeda sebentar tangan cowok itu malah semakin mengencangkan cekikannya, hingga pasokan udara di pernafasan Alan seakan terhenti. Alan memelototkan matanya kala ia seperti dicabut nyawanya secara paksa. "atau nyawa lo melayang sekarang juga!"

 "atau nyawa lo melayang sekarang juga!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

C I M O 🐈

Gemes pengen beli tapi maunya di beliin🥺🥺

🐞🐞🐞

Gak gitu juga ganteng, kasian Alan😭😭

# I N K A #

See you ♡

☘LUKA YANG BERAKHIR DUKA☘

INKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang