i n k a . 16

828 157 44
                                    

•••🦋•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••🦋•••

H a p p y  R e a d i n g

"UDAH GILA YA LO?!"

Jepit rambut itu terjatuh di atas tanah, ketika sebuah tangan kokoh menepis tangannya yang digunakan Inka untuk menusuk kulit jarinya. Inka mendongak melihat wajah marah kakaknya. Seketika perasaan lega itu kembali menjadi gemuruh amarah. Selalu seperti ini, Davi datang disaat ia sudah terlanjur tersakiti oleh kemarahan Mahesa. Menghempaskan tangan Davi dari jarinya, Inka menatap nyalang dengan mata penuh kilatan amarah. Ia berdiri, berhadapan dengan tubuh tinggi kakaknya.

"Kenapa? Mau marah? Iya?"

Nada rendah penuh tekanan di setiap kata yang keluar dari mulut Inka terasa menyesakkan. "MARAH AJA KAK! AYO MARAHIN GUE!"

Bukannya menjawab atau membalikkan kata, tangan Davi terulur hendak menyentuh air mata Inka yang membasahi pipinya. Inka nggak boleh nangis, apalagi hanya karena ayahnya. Inka adalah miliknya, apapun yang terjadi dengan Inka harus berurusan dengan dirinya. Tetapi dirinya tak ada artinya bila berhadapan dengan Mahesa.

"Ka, gue nggak akan marahin lo,"ujarnya ingin menghapus air mata dari pipi adiknya.

Belum sempat menyentuh pipinya, Inka sudah menepis tangan Davi. Menjauhkan tangan itu dari wajahnya. Dengan tawa tertahan yang terlihat menyakitkan gadis itu mengepalkan tangannya. "GAK USAH SOK PEDULI!"

Tubuh Inka berbalik berlari meninggalkan Davi dengan amarah menggebu di dadanya. Tangan cowok itu terkepal,hingga urat-urat nya terlihat. Senyum miris terpatri di bibirnya. "Gue emang nggak peduli sama lo."

•••

Sebenarnya ia masih ingin menangis, tetapi tugas seni budaya belum ia kerjakan. Dengan sedikit malas,Inka beranjak dari ranjangnya yang mana bantal gadis itu sudah banjir air mata. Kalau diingat lagi, tugas itu masih minggu depan waktu pengumpulannya. Tetapi poin tambahan bila menyelesaikan tugas itu dalam waktu satu hari dari hari pemberian tugas akan meringankan tugas bulan lalu yang belum memasuki KKM, terdengar menggiurkan.

Fyi, tugas bulan lalu itu adalah seni tari dan saat praktek Inka sama sekali belum luwes ataupun menguasai penjiwaannya, sehingga dirinya hanya mendapat 70 dan jika tugas seni melukis ini ia selesaikan segera akan mendapatkan tambahan poin 10. Bukannya lumayan?

Membasuh muka dan menyemprotkan penyegar wajah dua kali,ia serasa lebih fresh. Sepertinya pemandangan malam view nya lebih menarik. Inka mengambil kanvas dan cat air untuk dibawa ke balkon. Mengatur segala posisi yang pas, agar nyaman. Inka mendudukkan dirinya di kursi rias yang ia bawa dari kamar, apadaya di balkon hanya ada meja kecil dan sofa.

Tangannya terangkat menyentuh kanvas dengan kuas yang ia pegang. Memperkirakan sudut pandang yang pas untuk ia lukis, arah matanya bergantian menatap langit malam dan kanvasnya. Merasa sudah cocok dengan bayangannya ia mulai menggoreskan kuas yang sudah ia celupkan ke cat air dengan lihai.

Fokus Inka terbagi antara kanvas dan langit malam yang tak banyak bintang, hanya ada beberapa dan bulan sabit yang menghiasi. Senyumnya melengkung menatap hasil lukisannya. Tak terlalu bagus tapi indah. Untuk dirinya yang baru tiga kali melukis ini sudah lebih dari bagus dari sebelum-sebelumnya.

Ponsel yang ia taruh di meja belakangnya bergetar. Dengan kuas yang masih ia pegang, dirinya melangkah mengambil benda yang bergetar tanpa henti. Nomor dengan nama Aunty Bella tertera disana. Ah semoga kabar baik segera datang. Dengan perasaan membuncah penasaran ia sampai menjatuhkan kuasnya. Menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya di telinga.

"Hallo, Aunty!"

Terdengar nada panik dari seberang sebelum kenyataan menampar dirinya. Tubuh Inka merosot ke lantai bersamaan dengan ponselnya yang jatuh. Pikirannya blank, hanya air mata yang merembes keluar dari kelopak matanya. "Alera kritis."

"Bertahan, aku mohon!"lirihnya menundukkan kepala.

🥀🥀🥀

# I N K A #

See you ♡

☘LUKA YANG BERAKHIR DUKA☘

INKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang