i n k a . 36

307 19 0
                                    

🌹Happy Reading🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹Happy Reading🌹

Hari ini kepulangan mereka ke Indonesia kembali, dengan harapan sesampainya di tempat kelahirannya Inka bisa menerima semua kenyataan yang ada. Sore harinya mereka telah mendarat dengan selamat, rencananya ia besok masih libur dan akan kembali sekolah hari senin.

Sesuai janjinya kemarin Mahesa membawa Inka ke tempat peristirahatan mama kandungnya; Amara. Di tanah luas itu ibunya telah tidur selamanya bersama Juan; ayah yang tega meninggalkan ibunya. Entah alasan apa sampai-sampai papanya tega memilih pergi. Mungkin memang ini takdir yang digariskan Tuhan untuknya.

Sore yang mendung Inka disini hanya ditemani Mahesa, Alera masih harus beristirahat di rumah sedangkan Davian menemui orang kantor untuk membicarakan masalah perusahaan. Suasananya terasa amat canggung antara mereka berdua, tak ada yang memulai obrolan hanya ada hembusan angin yang menerpa. Dulu Mahesa akan selalu menangis jika berkunjung ke makam sahabatnya, tetapi kini ia telah lega sudah memberitahu Inka tentang sebenarnya. Mahesa sudah ikhlas.

"Bunda, ini Inka, maaf jika Inka membuat Bunda kesakitan, maaf Inka memang seharusnya tak hadir dihidup Bunda, maaf Inka menghancurkan segala impian Bunda,"

Tangisan Inka diiringi gemerisik angin sore, Mahesa memeluk tubuh ringkih anak gadisnya dengan lembut, menyalurkan kekuatan. "Ini bukan salah kamu sayang,"ujar Mahesa sedih.

Inka balas memeluk tubuh Mahesa, menyandarkan kepalanya di bahu sang papa, "Pa, makasih ya udah mau rawat Inka seperti anak Papa sendiri. Maafin Inka jika selalu buat kecewa Papa,"

"Jangan ngomong gitu Inka tetep anak gadis papa,"tegas Mahesa tidak suka dengan perkataan yang keluar dari bibir Inka.

"Makasih udah jadi papa buat anak gak tau diri seperti Inka, makasih ya Pa. Inka sayang Papa,"

"Iya sayang, papa juga minta maaf udah lampiasin rasa kecewa papa sama kamu, maaf ya sayang." Inka mengangguk di pelukan Mahesa.

Mau bagaimana pun juga jahatnya Mahesa selama ini akan selalu Inka maafkan. Inka juga sangat berterima kasih jika bukan Mahesa mungkin ia akan jadi anak yang dititipkan di panti. Inka hanya bisa mendoakan orang tua kandungnya bahagia di sana. Inka juga tidak pernah menyesal telah lahir ke dunia, sekarang ia lebih bersyukur dan bisa menerima kenyataan bahwa ia bukan anak kandung Mahesa.

"Sekarang kita pulang ya,"

"Iya, Pa."

🍁

"Ma, adek dimana?" Davian melemparkan jas kerjanya ke sofa secara asal.

"Sampai rumah bukannya salam sama mama malah cari adek," Alera mendengus sebal melihat tingkah putranya.

"Iya deh, mamaku sayang," Davian mengecup pipi Mamanya dengan sayang.

"Apa sih kamu cium-cium Mama, nanti Papa cemburu baru tau rasa kamu,"

"Yaudah deh, Davi mau ke kamar dulu."pamitnya menyambar jas yang tadi ia lempar asal.

"Nanti turun, makan dulu. Eh sekalian panggil adek ya, tadi habis dari makam belum makan."

Davi mengangguk paham, "Iya, mama. Udah ya Davi naik dulu,"

Menaiki tangga menuju lantai atas, Davian melirik sekilas pintu kamar Inka yang tertutup rapat." Apa ketiduran kali ya?"gumamnya. "Udahlah nanti aja mau mandi dulu lah,"

Setengah jam kemudian ia mengetuk pintu kamar adiknya, "Inka kakak masuk ya," izinnya.

"Iyaa.."

"Ngapain kamu?" Bingung Davian melihat foto Alan dan adiknya dimasukin ke dalam kardus.

Melihat sebentar ke arah kakaknya, ia menyahuti, "Oh ini mau aku buang,"

"Why?" Davian merebahkan tubuhnya di ranjang Inka, melihat adiknya yang masih sibuk menata benda-benda yang ia tau pemberian dari Alan.

"Besok rencananya mau aku putusin," ujarnya santai tanpa beban.

"Bagus deh,"

Davian tersenyum di dalam hati, akhirnya adiknya itu sadar juga kalau Alan tidak sebaik itu.

"Loh, kakak gak nyegah aku gitu?" Inka melotot tak percaya.

"Ngapain juga, mending sama kakak aja udah serasi banget," ujarnya pede.

"Yaelah, kak mana bisa kita kan saudara,"elak Inka merasa tak suka dengan ucapan Davian.

"Saudara tiri, kalau kamu lupa," ujar Davian mengingatkan.

Inka merenggut sebal, "Ngapain sih ke sini ganggu aja,"

"Disuruh mama makan dulu,"

"Iya iya bentar,"cibirnya sebal melihat Davian mengacak-acak rambutnya.

"Ayo sekarang gak ada bentar-bentar, barang antik tinggal dulu aja," Tangan kekarnya menarik Inka berdiri dan menendang kardus itu hingga berantakan kembali.

"KAKAK BERANTAKAN LAGI KAN!!" teriak Inka melengking mengejar Davian yang berlari menuruni tangga.

" Hahaha..Maaf deh maaf,"

🍒🍒🍒

# I N K A #

See you

☘LUKA YANG BERAKHIR DUKA

INKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang