•••🦋•••
H a p p y R e a d i n g
Aroma obat-obatan menyeruak indra penciuman Davian. Pemuda itu dengan pakaian steril memasuki ruangan ICU. Di mana Alera dirawat. Sudah dua minggu wanita paruh baya yang terlihat kuyu itu terbaring lemah. Sebenarnya Davian juga kaget sewaktu tahu mamanya dibawa ke Amerika.
Flashback on
Senin pagi tepatnya, ia ada meeting penting menggantikan sang ayah, karena Mahesa ada kepentingan di luar negeri. Semalam Mahesa bilang dirinya harus menggambil flashdisk di meja kerja pria paruh baya itu. Flashdisk berisikan file perusahaan yang akan digunakan untuk menandatangani kontrak dengan perusahaan lain.
Langkah pemuda itu terhenti di meja kerja ayahnya, membuka laci dan menggambil benda kecil di dalamnya.
Brak.
Lembaran rekam medis terjatuh dan berserakan di bawah kakinya. Davian berjongkok memunguti berkas milik ayahnya. Tangan pemuda itu berhenti di sebuah lembar kertas putih bertuliskan nama mamanya. Mata pemuda itu membaca dengan seksama dan bertapa terkejutnya dia sewaktu melihat persetujuan atas nama Alera Algantara untuk menjalani operasi di Amerika. Di pojok kanan bawah terdapat tandatangan Mahesa sebagai keluarga terkait.
Memotret kertas putih itu ia mengirim kepada ayahnya tentang kebenaran berkas tersebut. Lima menit kemudian ceklis berubah warna biru dan panggilan dari ayahnya terpampang nyata. Dengan segera ia menekan tombol hijau.
"Pa! Maksudnya apa?!"
Terdengar hela nafas berat, "Alera, Papa bawa ke Amerika,"
"Pa?! Jangan bercanda!" Masih memegang berkas itu Davian menggertak ayahnya. Dirinya terlalu terkejut, yang ia tau Mahesa enggan perduli dengan istrinya. Sejak hari itu Mahesa kasar dengan siapapun kecuali dirinya, pria itu menjadi dingin enggan disenggol sedikitpun. Mahesa menjadi mudah emosi dan main tangan.
"Papa nggak bercanda!"
Sambungan terputus.
Flashback off.
"Ma, hari ini mama operasi. Davi nggak siap,"ujarnya menggenggam erat tangan Alera, memandang wajah tirus wanita yang dulu penuh kebahagiaan dan tawa sekarang terbaring lemah tak berdaya.
Di ruangan sunyi yang hanya terdengar bunyi mesin EKG. Davian mengusap lembut pipi putih Alera, memandang lekat wajah mamanya. Selama lima menit ia hanya menatap wajah itu penuh kesedihan, lalu keluar begitu saja setelah mengecup dahi mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INKA
Teen Fiction🦋 FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!🦋 Sudah hal biasa bagi Velinka Putri mendapat pukulan dari Mahesa-papanya- saat nilai yang ia dapatkan tidak sesuai keinginan pria itu. Bahkan kehadirannya hanya dijadikan ajang pamer keluarganya di dunia bisnis yang me...