Rulia si manusia tanpa empati, namun belakangan ini mendapati dirinya terus-terusan memperhatikan gerak-gerik Yoga. Rulia penasaran tentang Yoga. Tentang masa lalu dan patah hatinya. Orang sebaik Yoga sepatutnya mendapatkan kebahagiaan yang sebanding pula.
"Lo naksir sama Yoga?"
Sampai deduksi tanpa dasar dilafalkan Arjuna pada hari itu, membuat Rulia tersentak dari lamunannya. Dan balas memandang Arjuna dengan raut bingung.
"Gimana?"
"Dari kemaren lo ngeliatin dia mulu. Jujur aja deh, terlalu jelas buat seseorang yang lagi naksir orang lain, ya kan?"
"Mohon maap tapi gue bukan lo."
Arjuna melirik sangsi. Ia berjalan mendekati Rulia di meja counter. Lalu berdiri dari posisi itu dengan sebelah tangan menumpu etalase atas.
"Jadi, kenapa merhatiin Yoga mulu?"
"Jealous?" Rulia menggerling kecil, "Kalau gue bilang Yoga bakal punya pacar sebentar lagi, lo gapapa?"
"Siapa orangnya?"
"Menurut lo siapa?"
Arjuna bergumam sembari mengambil pose berpikir, "Gak kebayang. Dia gak lagi deket sama siapa-siapa kan."
"Shasa?"
"Gak mungkin sih," balas Arjuna dalam hitungan detik, "Mereka tuh gak akan bisa. Positif negatif."
Istilah yang sama. Rulia hanya mangut-mangut mendengar itu. Tiba-tiba ponselnya berdering, Rulia mengeluarkannya. Nama kontak Mr. Flyn menyadarkan Rulia tentang satu hal.
Tak perlu repot-repot berpikir untuk membantu Yoga jika masalah Rulia sendiri pun belum terselesaikan. Jadi gadis itu membulatkan tekat. Berniat menjawab panggilan itu tapi Arjuna lebih dulu menahan lengannya.
"Jangan di jawab. Lo bilang lo udah gak berhubungan lagi sama Mr. Flyn?"
Rulia tak membalas. Ia berganti tangan dan tetap menjawab panggilan itu di depan Arjuna. Kesal lantaran titahnya diabaikan, Arjuna lantas menarik pinggang Rulia ke arahnya, lalu ikut menempelkan rungunya pada sisi telinga sang gadis. Ingin mendengarkan konversasi mereka yang tengah berlangsung.
"Ya, Pak?"
"Lia, istri saya sedang keluar kota hari ini. Why don't you come over here? Hotel yang biasanya. Ah, for the pay, Saya kasih dua kali lipat."
"Saya tolak."
"Why?" suara lelaki di seberang terdengar kecewa, "Okay, tiga kali lipat. But, this time, you must allow me to go far. Deal?"
Arjuna menyipitkan pandangan. Kepalanya terangkat dan perlahan menggeleng pada Rulia. Meminta gadis itu menolak, namun lagi-lagi, bukannya menurut Rulia tanpa ragu justru membalas.
"Deal. Be there in ten."
Lalu Rulia menutup sambungan itu. Menyimpan ponselnya di saku jeans kemudian melepas apron dalam sekali waktu.
"I've done work now. Jadi gue cabut dulu ya."
Arjuna tentu saja tak membiarkan. Tangannya kembali menahan pergelangan tangan Rulia. Kali ini raut Arjuna terlihat amat serius, "I'm not dumb to understand. He definitely asking you for sex, Lia. Dan walaupun dia nawarin tiga kali lipat tapi astagfirullah no, you can't."
"I must go."
Arjuna menyugar rambutnya resah, "Gue bayar empat kali lipat. Sekarang dengerin gue, ok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Labyrinthine
FanfictionSemesta Arjuna sudah cukup rumit dan tambah rumit lagi begitu dia mengenal Rulia. written on: March 1, 2021 - Jan 23, 2022. ©RoxyRough