🕸 Truth and Pain

3.3K 790 215
                                    

Arjuna meraba tengkuknya yang pegal. Sudah tiga jam dia duduk menunggu di meja resepsionis setelah kelas terakhir, sembari pura-pura mengeluarkan laptop. Sejatinya dia sedang mengawasi ruangan dekan fakultas dari sana. Sekarang pukul 7 malam, hampir semua civitas kampus sudah pulang. Namun Flyn masih belum ada niatan untuk pulang juga kala itu. Arjuna baru tahu jika Flyn adalah tipikal dosen yang pekerja keras. Atau, tidak?

Karena sedetik kemudian anggapan Arjuna berubah. Flyn akhirnya keluar dari ruangannya. Arjuna bergegas menunduk ke belakang kursi. Menyembunyikan dirinya. Lalu secara gerilya mengikuti Flyn sampai ke parkiran.

Tidak ada yang aneh. Flyn terlihat seperti bapak-bapak dosen umum yang baru pulang kerja. Ia masuk ke dalam mobilnya, menyalakan mesin dan menjalankannya. Lebih dari lima hari melakukan ini, Arjuna masih belum menangkap hal-hal yang mencurigakan dari Flyn. Dia bermain dengan rapi.

Tapi Arjuna tidak menyerah. Kali ini dia bertekat mengawasi sang dosen seharian. Berhubung besok adalah hari minggu. Dugaan Arjuna kuat jika Flyn akan melakukan sesuatu hari ini. Jadi Arjuna kembali menunggu—untuk kesekian kalinya—di luar gerbang rumah Flyn. Berharap lelaki itu akan keluar lagi malam ini.

Untunglah harapan Arjuna bersambut. Satu jam kemudian mobil Flyn keluar dari gerbang rumahnya. Arjuna mengikuti. Sampai tiba-tiba mobil itu berhenti di simpang jalan raya. Seorang wanita tampak singgah ke sisi jendela penumpang. Netra Arjuna menyipit. Wanita itu terlihat cukup dewasa dan memakai seragam putih.

"Istrinya?" monolog Arjuna. Tapi seingat Arjuna Mega bukanlah tipe wanita yang mau berpakaian sederhana seperti itu, "Oh? Snap!"

Motor Arjuna mendadak oleng. Perkara sang pengendara terlalu fokus memotret kejadian di depannya, ia jadi tidak memperhatikan stang motor yang tahu-tahu sudah membelok. Hampir saja Arjuna jatuh. Segera ia membenarkan letak stang motor lalu kembali merekam hal-hal yang terasa mencurigakan.

Tepat pada saat itu Arjuna bisa melihat dengan jelas melalui kaca mobil yang transparan, bagaimana si wanita masuk dan duduk di jok penumpang lalu mereka berciuman sebentar sambil saling melempar senyum.

Jackpot. Arjuna menyeringai. Semuanya sudah terekam dengan baik. HRV putih itu berjalan lagi. Arjuna jelas masih mengikuti. Pada belokan menuju hotel, Arjuna seolah ingin bersorak. Tak tinggal diam ia kembali menghadapkan kamera ponsel sambil mengendarai motornya. Arjuna memotret plat mobil Flyn ketika mobil itu masuk ke dalam parkiran hotel.

Saat Arjuna hendak melewati portal hotel, tiba-tiba layar ponselnya berubah. Arjuna kaget. Ternyata ia mendapat panggilan suara. Umpatan Arjuna meluncur selagi netranya mengikuti sosok Flyn dan sang wanita yang memasuki ballroom sambil bergandengan tangan.

Deringan ponsel Arjuna kembali berbunyi. Memaksa lelaki itu untuk segera menjawabnya, "Oi, napa, Dra?"

"Sorry nih ganggu. Tapi kalau urusan spy-men-spy lo udah selesai, bisa kali ke kafe? Yoga lagi ada masalah."

Atensi Arjuna langsung teralih dari hotel akibat kalimat Jendra. Dilema antara ia harus melanjutkan aksi menyelidiki sang dosen ataukah segera pergi ke kafe. Namun karena ini tentang Yoga, Arjuna tak mungkin mengabaikannya.

Maka dalam hitungan sekon lelaki itu berkata final, "Gue otw ke kafe sekarang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔️] LabyrinthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang