🕸 Gonna Be Okay

3.4K 828 121
                                    

Tiar membuka pintu rumahnya lalu terpaku di posisi itu dalam beberapa detik kedepan. Seolah tak percaya dengan sosok yang berdiri di depannya kini.

Sampai suara Jodi terdengar dari dalam rumah bersamaan langkah kakinya yang menghampiri sang istri, "Siapa tamunya, Ti?"

"Assalamu'alaikum, Bu, Pak," sapa Arjuna.

"Wa'alaikumsalam..."

Namun tentu bukan figur Arjuna yang membuat kedua orang itu kaget. Melainkan gadis di sebelah Arjuna.

"L-lia? Kamu udah pulang..?" suara Tiar terdengar bergetar. Perasaan senang bercampur takjub tersirat jelas dalam nada itu. Menyentuh karsa Rulia.

Sang gadis tersenyum tipis, "Iya. Hm, maaf udah bikin cemas."

"Nggak apa-apa. Saya senang kamu baik-baik aja."

Sejujurnya Tiar sangat ingin memberi afeksi pada Rulia. Sekedar mengusap lengannya atau memeluk, tapi dia tahu Rulia mungkin tak suka jika dia melakukan itu.

"Hm, masuk dulu yuk, Juna, Lia. Kita ngomong di dalem," ajak Jodi.

Sepakat. Masing-masing dari mereka pun beranjak duduk di sofa ruang tamu itu. Kemarin sore Arjuna dan Rulia baru sampai di Jakarta. Jadi, senin ini lah mereka menyempatkan diri mengunjungi rumah Tiar. Rulia tahu alamat rumahnya.

Dan sebenarnya Arjuna ada jadwal kuliah jam satu siang nanti. Tapi dia menawarkan diri menemani Rulia ke rumah Tiar pagi ini. Rulia sudah memperingatkannya untuk jangan bolos, Arjuna bilang iya.

Iya, liat nanti. Kalo gak mager dan lagi gak pengen ndusel.

Arjuna mungkin perlu disambit pakai ekor Ruby karena terlampau bucin ke Rulia, belakangan ini.

"Saya udah denger ceritanya dari Juna. Makanya saya kesini buat makasih sekaligus minta maaf," Rulia menundukkan kepalanya, "Maaf karena selama ini sikap saya pernah bikin om sama tante tersinggung atau sakit hati. Terutama tante Tiar, saya benar-benar minta maaf."

"Nggak, Lia. Saya ngerti kenapa kamu bersikap gitu. Mungkin karena kehadiran saya ngingetin kamu sama almarhum papa mama kamu ya?"

Rulia mengangguk, "Tapi itu tetep aja nggak bisa membenarkan sikap saya. Apalagi setelah saya tau ternyata om sama tante ngebantuin Juna nyelesein masalah saya sampai segitunya. Saya jadi ngerasa bersalah karna udah ngerepotin."

"Kami nggak ngerasa direpotin kok. Ya kan, Mas?" Tiar menoleh pada Jodi. Pria itu tersenyum dalam anggukan yakin.

"Dan kami juga senang masalah itu bisa selesai dengan baik. Berkat kerja keras Juna sih lebih tepatnya. Dia yang paling sibuk mencari bukti kemana-mana," lanjut Jodi.

Arjuna menggelengkan kepala dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Enggan menerima pujian seperti itu. Toh menurut Arjuna Tiar dan Jodi juga sangat berperan penting disana.

Tiar mengulas senyum tulus, "Saya beneran bersyukur Lia punya pacar sebaik Juna. Semoga kalian awetnya lama ya."

Dalam hati Arjuna mengaminkan. Meski suasana tidak secair percakapan orang biasa karena ini adalah pertama kalinya Rulia bersedia berkonversasi dengan Tiar maupun Jodi.

Tapi begini saja sudah cukup bagi Tiar pribadi. Dia sama sekali tak menaruh harapan tinggi Rulia akan menerimanya menjadi orang tua angkat. Selama mereka bisa berinteraksi seperti ini, tidak apa-apa.

"Aamiin. Makasih banyak..." Rulia memberi jeda sebentar. Ada gumpalan keraguan di benaknya walau akhirnya sirna hingga ia bisa melanjutkan dengan, "Bunda, Ayah."

[✔️] LabyrinthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang