Pukul sepuluh lewat empat puluh empat menit waktu Indonesia bagian barat, Arjuna melirik jam di dinding kafe. Dalam hati menghitung sekon yang bergerak, hingga jarum panjang itu berhenti tepat di angka sembilan. 10.45 WIB.
Bersamaan dengan itu seseorang baru saja mendorong pintu kafe. Seorang gadis yang tampak memeluk notebook di tangan kanannya dan tote bag menggantung di pangkal bahu kirinya.
Ekor mata Arjuna masih mengikuti gadis itu. Yang sekarang sudah berdiri di depan meja kasir. Senyuman si gadis mengukir, menyapa Yoga yang menjadi lawan bicaranya.
"Halo, mau pesan apa?" sapa Yoga.
Seolah sudah hapal, Arjuna ikut menggumamkan jawaban gadis itu tanpa suara,
"Espresso ya, satu."
Bahkan format kalimatnya juga selalu sama.
Yoga menoleh pada Arjuna, menyampaikan pesanan customer yang lantas dibalas dengan anggukan singkat dari sang barista. Kalau mau jujur, bahkan sebelum Yoga berkata padanya, Arjuna sudah lebih dulu menyeduh biji kopi dan tinggal menuangkannya ke gelas plastik itu.
Karena gadis itu bukan hanya datang sekali dua kali saja. Tetapi sudah berkali-kali. Di jam yang sama, dengan menu yang sama dan tatapannya yang tertuju pada satu titik. Prayoga Ganuardi.
That girl like Yoga. Arjuna knew it so damn well.
Hal yang membuat Arjuna semakin merasa cemas. Mengapa harus Yoga?!
"Ini pesenannya, Mbak—"
"Rulia." sambut si gadis sambil menerima uluran gelas dari Arjuna, "Nama gue Rulia. Panggil aja Lia."
"Ok."
"Lo Juna kan?"
Arjuna kembali menaikkan pandangannya. Lalu sekilas menyapu sekeliling, dan menemukan Yoga sedang berada cukup jauh untuk mencatat pesanan di meja pengunjung dari sudut sana.
"Beres kerja jam berapa? Boleh gue ajak ketemuan nggak? Ada yang mau gue omongin. Soal Yoga."
Tatapan Arjuna terpaksa balik lagi ke Rulia. Desahan napasnya menguar. Seolah dapat menebak arah intensi gadis itu. Apalagi kalau bukan permintaan perjodohan?
"Sorry. Tapi gue gak minat jadi mak comblang lo ke Yoga." balas Arjuna.
Tawa Rulia menguar tiba-tiba, "Serius nih?"
"Apanya?"
"Enggak, enggak. Anyway, mending nanti kita ketemuan dulu." Rulia menuliskan nomornya pada kertas struck lalu mendorong benda itu ke arah Arjuna, "Call me when your work hours are over."
Setelahnya gadis itu langsung pergi dari sana. Arjuna mengernyit. Tangannya meraih kertas itu dan tak lama sebuah sikutan di lengan mendarat dari sebelahnya.
"Ciye yang diajakin ngedate. Selamat ya." cengir Yoga.
Arjuna hanya bisa meringis. Entah mengapa ia enggan membenarkan deduksi Yoga. Selain itu, apa pula maksud dari ucapan Rulia? Arjuna jadi merasa agak tidak tenang.
Sampai beberapa saat kemudian jam pulang pun tiba. Arjuna benar-benar menghubungi Rulia. Lalu mereka sepakat untuk bertemu di taman kampus. Sebuah kebetulan yang menarik, ternyata mereka satu kampus. Jika Rulia juga sejurusan dengannya, Arjuna mungkin akan sangat merinding.
"Jadi, apa yang mau lo bicarain?" tanya Arjuna tepat setelah ia sudah duduk disebelah Rulia. Hari ini Arjuna tidak ada jadwal masuk kelas, jadi dia bisa seharian kerja di kafe.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Labyrinthine
FanfictionSemesta Arjuna sudah cukup rumit dan tambah rumit lagi begitu dia mengenal Rulia. written on: March 1, 2021 - Jan 23, 2022. ©RoxyRough