🕸 Sake of Friendship

3.3K 765 66
                                    

Mencoba peruntungan, Arjuna mendatangi kafe lagi. Kali ini di malam hari. Doi celigukan di depan pintu kafe. Sejujurnya Arjuna skeptis akan bertemu dengan Yoga, terlebih sekarang sudah jam sebelas lewat dan di depan pintu sudah tertera label tutup.

Arjuna jadi bermonolog pelan, "Coba besok aja kali ya?"

"Lo ngapain sih ngintip-ngintip mulu dari kemaren?"

Degup jantung Arjuna rasanya hendak berhenti. Cowok itu spontan membalikkan badan. Bertemu tatap dengan manik Yoga dan raut datarnya.

"S-sory..."

Yoga berderap menghampiri Arjuna. Tangannya memegang kenop pintu, secara otomatis membuat Arjuna bergeser dari posisi sebelumnya, "Kalau mau masuk ya ayo, kalau kaga ya sono."

Arjuna bergeming. Kepalanya menunduk. Sungkan. Baru selangkah Yoga berjalan ke bibir pintu, pemuda itu menoleh pada Arjuna.

"Jadi, masuk apa enggak?"

"... iya."

Iya. Karena itu disinilah Arjuna sekarang. Duduk pada salah satu bangku tepat di depan meja bar. Tak lama Yoga ikut menempati kursi di seberangnya. Sambil meletakkan dua gelas cappucino di atas meja mereka.

Setelah itu hening melingkupi. Arjuna sibuk mengusap kedua lutut, berusaha merangkai diksi di kepalanya. Sementara Yoga mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Menunggu Arjuna lebih dulu bersuara.

Untungnya keinginan Yoga bersambut, Arjuna menarik napas pelan sebelum memulai basa-basi, "Gue pikir lo udah pulang."

"Tadinya emang udah. Tapi balik lagi, ada yang ketinggalan," Yoga menunjukkan ponselnya. Arjuna mangut-mangut mengerti.

"Gimana lo sama Shasa?"

"We're good."

Balasan Yoga betulan hanya seringkas itu. Membuat Arjuna tambah merasa asing dengan lawan bicaranya. Positif thinking, mungkin Yoga memang belum mendapat pencerahan perkara kisah asmaranya, jadi Arjuna memilih urung untuk mengulik soal itu lebih jauh.

Alhasil dia menyambut dengan sewajarnya, "Glad to know. Btw, Lia juga udah balik ke Jakarta lagi."

"Oh, syukurlah," tanggap Yoga, "gue udah baca postingan lo di forum kampus. Grateful that was a happy ending."

"Ya..."

Lalu hening lagi.

Jika Jendra ada disana bisa dipastikan dia akan gregetan sendiri melihat betapa canggungnya dua manusia ini.

Arjuna berdehem. Sepertinya ini saat yang tepat supaya dia membawa obrolan ke arah inti.

"Hm, gue mau minta maaf, Yog. Kayanya waktu itu gue nggak sempet minta maaf karna lo keliatan marah banget," Arjuna mengusap tengkuknya ragu, "gue tau lo pasti syok. Gue pernah mikir juga buat nyembunyiin soal ini dari lo selamanya. Tapi susah. Gue takut lo bakal lebih kecewa kalau denger ini dari orang lain."

Yoga menghela napas, "Jujur, timing confess lo emang kampret banget sih. Kepala gue rasanya mau pecah."

Arjuna tak membalas. Posturnya semakin tertunduk dalam.

"Maaf."

"Tapi gue sadar, gue juga salah. Nggak seharusnya gue ngomong sekasar itu sama lo. Jadi gue juga minta maaf ya," Yoga menempelkan punggungnya pada sandaran bangku, "dan maaf lagi, gue nggak bisa nerima perasaan lo."

Arjuna mengangguk memaklumi.

"Instead, I'll help you to back on straight again. If you don't mind?" lanjut Yoga menawarkan.

[✔️] LabyrinthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang