Menghitung laba-rugi perusahaan adalah hobi Arjuna. Meskipun kafe sebenarnya milik Yoga, tapi sebagai anak Management, Arjuna memang gemar mengelola bisnis seperti itu. Yoga sampai pernah menawarkan Arjuna untuk membuka kedai kopi sendiri saja, tapi Arjuna terlalu malas berkontribusi sebanyak itu. Jiwa rebahannya masih dominan.
"Lia nggak balik?" tanya Yoga.
Di hari biasa kafe selalu tutup jam delapan. Dan melihat arloji yang kini sudah berada di titik yang tepat, tambah lagi beberapa staff memang sudah pulang. Wajar kalau Yoga akhirnya bertanya pada gadis dibalik mesin counter itu.
Rulia justru membalas dengan dagu ke arah Arjuna yang masih terlihat sibuk dengan kalkulator dan buku tulis di atas meja pengunjung itu.
"Nungguin Juna?" simpul Yoga. Rulia mengangguk membenarkan, "Apa mau gue anter pulang aja, maybe?"
"Nah tuh bagus!" sela Arjuna tiba-tiba. Ikut melirik pada Yoga dan Rulia, "Lo pulang sama Yoga aja dah. Gue masih lama."
"Gitu? Ya udah. Ayo Ga, btw ntar ijin meluk ya. Soalnya gue suka kedinginan gitu motoran malem. Lupa bawa jaket sih. Lo juga nggak ada jaket kan?"
Arjuna langsung mengangkat kepalanya lagi. Sontak menoleh dengan kedua netra sedikit melebar. Rulia sengaja, Arjuna tahu. Sebagai gantinya sekarang lelaki itu harus menunggu dengan cemas jawaban dari Yoga.
"Iya sih," tanggap Yoga, "Oke—"
"Nggak ada ya, Rulia. Lo pulang sama gue aja." sela Arjuna serta merta.
Terpaksa. Karena Arjuna tidak menduga Yoga akan mengiyakan permintaan Rulia. Gadis itu mengulum senyum melihat respon Arjuna. Menyenangkan menyaksikan bagaimana Arjuna tanpa sadar bersikap seprotektif itu pada Yoga.
"Yaelah Jun, cemburu lo gak elit banget. Gue gak akan nikung cewek lo, tenang aja dah." gelak Yoga.
Arjuna tak membalas. Sedang Rulia hanya meringis dalam hati, "Yoga, Juna gak akan takut lo nikung gue kok. Yang ada justru sebaliknya, dia takut gue yang nikung lo."
Kening Yoga mengernyit instan. Arjuna baru akan menyela lagi, tiba-tiba ponsel lelaki itu berdering. Karena posisinya yang kebetulan berada di atas meja bar, Rulia langsung mengangkat panggilan itu tanpa seizin si empu.
"Ya, Halo?" sapa Rulia.
Jeda mengisi sebentar dari seberang, sebelum ia melanjutkan dengan nada yang terdengar ragu, "Hm, ini nomor Arjuna?"
"Bener kok ini nomor Juna. Dia lagi sibuk ngitung cuan kafe. Ada apa ya?"
"Well, boleh bilangin ke Juna nggak, Shasa minta temenin ke Stars malem ini. Pura-pura jadi pacar. Nanti soal komisi gampang lah."
Apa-apaan? Kok Rulia kesal mendengarnya.
"Nggak Lia ijinin ya, Shasa. Maaf."
Gadis di sana tampaknya terkejut atas jawaban Rulia. Dia kembali bertanya, seolah hendak mengonfirmasi jawaban impulsif Rulia.
"Ini Rulia yang lagi ngomong. Pacar benerannya Juna hehe. Lia nggak mau Juna dikontrak jadi pacarnya Shasa walau cuma satu malem. Maaf ya."
Arjuna mengerjap di tempat. Sedang Yoga tertawa tanpa suara.
"Hng... Aduh maaf ya Lia, gue nggak tau. Ya udah nggak jadi deh. Sorry—"
"Kalau Shasa butuh cowok buat ngebantuin, mungkin Yoga bisa. Gimana?"
Kali ini giliran Yoga yang membulatkan pupil. Sembari menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya sendiri. Rulia mengangguk dalam senyum.
"Oh, he want?"
![](https://img.wattpad.com/cover/257987848-288-k217158.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Labyrinthine
Fiksi PenggemarSemesta Arjuna sudah cukup rumit dan tambah rumit lagi begitu dia mengenal Rulia. written on: March 1, 2021 - Jan 23, 2022. ©RoxyRough