14: Hogsmeade

160 35 14
                                    

Aku sedang bersama Millicent di Honeydukes. Kami sebenarnya tak sengaja bertemu disini dan kami akhirnya jadi berbelanja bersama.

Sedangkan Draco, katanya Ia pergi bersama Crabbe dan Goyle ke Shrieking Shack, entah mereka sedang apa disana. Lalu, anak slytherin lainnya menungguku di Three Broomstick.

"Janice, apa kau dan Goyle sering berbicara akhir-akhir ini? Dia teman Draco juga kan?" tanya Millicent.

"Tidak juga sih, kenapa memangnya?" tanyaku lagi.

Sejujurnya daripada teman, Goyle lebih mirip seperti pembantu dan bodyguard si Draco.

"Aku ingin menitip coklat ini untuknya. Aku tidak berani memberikannya secara langsung," kata Millicent.

Millicent memberiku coklat berbentuk hati dengan warna pink. Aku tak menyangka Millicent menyukai Goyle, mereka cocok sih. Wajah mereka berdua bahkan terlihat mirip.

"Wow, Kau menyukai Goyle? Baiklah, aku akan memberikannya pada Goyle nanti. Kau tidak mau mengirim Ia surat juga, mungkin? Aku tidak apa menjadi burung hantumu hari ini, Hahahaha!" kataku menggoda Millie.

"Terimakasih Janice! Kau yang terbaik. Mungkin kapan-kapan saja mungkin aku berikan Ia surat," kata Millicent terkekeh.

"Aku tak masalah kalau harus mengenalkan kalian berdua satu sama lain," jawabku.

"Hahaha, nanti kalau aku sudah siap berkenalan ya. Kalau gitu aku pergi dulu. Terimakasih Janice," Millie melambaikan tangan dan meninggalkanku di Honeydukes.

Aku hendak berjalan menuju Three Broomstick. Tapi ketika aku mengedarkan pandanganku, dari kejauhan aku melihat Draco, Crabbe, dan Goyle yang lari ketakutan. Aku langsung menghampiri mereka.

"Kalian kenapa sih?!" tanyaku sedikit keras sambil melihat wajah mereka.

"Shrieking Shack! Rumah itu benar-benar seram," jawab Crabbe.

"Ada makhluk tak kasat mata yang melempari kami dengan bola salju," tambah Goyle.

"Dia bahkan menyeretku, Jane!" teriak Draco.

"Dari sekian banyak toko yang ada di Hogsmeade, kenapa kalian pergi ke rumah seram itu? Jika ingin beli rumah baru, datanglah ke perusahaan properti Ayahku," kataku menggelengkan kepala.

Mereka masih sibuk mengatur nafas mereka.

"Kita ke Three Broomsticks saja. Teman-teman yang lain ada disitu," ajakku dan dibalas anggukan mereka.

Setelah kami memasuki Three Broomsticks, aku menghampiri meja yang sudah diduduki oleh Daphne, Pansy, Theo, dan Blaise.

"Janice! Aku telah memesan butter-Draco! Minuman itu untuk Janice!" Pansy berteriak ketika Draco meminum setengah dari butterbeer yang kata Pansy itu untukku.

Aku hanya terkekeh melihat Pansy menjitak kepala Draco. Draco pasti kehausan habis berlarian.

"Aku memiliki sesuatu untuk kalian," aku memberikan setiap dari mereka coklat edisi khusus yang dijual di Honeydukes. "Makan coklat membuat suasana hati kalian menjadi baik," lanjutku.

Sudah seperti kebiasaanku membelikan teman-teman makanan atau barang-barang. Tidak ada alasan sih kenapa aku melakukan itu. Aku hanya suka menghamburkan uang-uangku.

"Janice! Terimakasih!" ucap Theo semangat.

"Aku tadinya ingin membeli ini, tapi tak punya cukup uang. Dan Janice membeli banyak untuk semua orang," jawab Blaise menggelengkan kepala.

"Aku ini sudah berkerja Blaise," jawabku singkat.

Aku jarang meminta uang pada Dad dan Mom. Karena aku sudah memiliki karir sendiri sebagai penyanyi. Aku hanya perlu belajar untuk mengelola uangku.

"Kami sudah sering memakan semua cemilanmu di kamar. Dan kau masih memberi kami makanan," mata Daphne berbinar.

"Janice sudah seperti ibu kita," celetuk Pansy.

"Maksudmu aku seperti wanita tua?" candaku, mereka hanya tertawa.

"Goyle, ini ada satu lagi untukmu," aku memberikan coklat dari Millie untuk Goyle.

"Kau memberikan coklat berbentuk hati khusus untuk Goyle?!" seru Crabbe.

"Bloody hell?!" raut wajah Draco kesal.

"Tidak ini-"

"Aku pikir kau menyukai Draco, Padahal Draco juga menyukaimu!" omonganku dipotong oleh suara Pansy yang keras. Ia kemudian menutup mulutnya dan merutuki kebodohannya.

Draco menunduk dengan wajah yang merah padam. Aku juga. Suasana menjadi canggung karena mulut Pansy.

"Teman-teman, coklat ini untuk Goyle dari Millicent, roomate-ku. Astaga kalian kenapa sangat berlebihan," aku menghela nafasku.

"Tak kusangka Pansy membuka kartu Draco," Theo menggeleng.

"Janice." Disaat suasana sedang sangat canggung, aku mendengar ada suara yang memanggilku.

Itu adalah Cedric.

Sontak semua anak slytherin langsung beralih menatap Cedric dengan tidak suka.

"Mau apa kau disini Diggory? Di hajar oleh Janice? Hahaha," kata Theo menyindir Cedric.

"Boleh aku pinjam Janice sebentar?" tanya Cedric dengan ramah.

"Dia bukan barang, Diggory! Lagipula apa masalahmu dengan Janice? Kau ingin menganggunya lagi dengan teman-teman payahmu itu?" Draco menatap tajam Cedric.

"Guys, sudahlah. Aku akan berbicara sebentar dengan Cedric. Jangan bertengkar di tempat orang lain, kalian tidak ingin di blacklist dari Three Broomsticks, bukan?" aku menengahi mereka sebelum mereka mulai meninju satu sama lain.

Aku akhirnya pergi meninggalkan meja dan mengikuti Cedric keluar dari Three Broomsticks. Aku cukup merasa bersyukur Cedric datang dan menyelamatkanku dari situasi canggung ini.

Aku tak suka suasana canggung.

---

Cedric membawaku ke luar menuju tempat yang lebih sepi dan jauh dari kerumunan orang-orang. Hari semakin dingin karena salju turun semakin lebat.

"Pakai ini," Cedric memberikan syal yang Ia pakai padaku. Aku sangat heran, Mengapa orang ini masih baik saat aku telah menghajar temannya dan menendang tulang keringnya.

"Cedric, sebelumnya aku minta maaf tentang kejadian waktu itu. Tulang keringmu pasti sakit sekali," kataku.

Cedric terkekeh, "Tidak apa-apa. Aku mengajakmu berbicara hanya ingin memastikan kalau hubungan kita baik-baik saja, kan? Aku tak mau kita menjadi jauh atau merasa canggung ," kata Cedric.

"Okay, kita baik-baik saja kok. Kita masih berteman," ucapku tersenyum.

"Ya untuk saat ini, kita masih berteman," ucap Cedric.

"Huh?"

"I try my best to make you mine, Janice Morningstar," Cedric memegang punggung tanganku dan mengusapnya perlahan.

"Aku tau Kau sudah menolakku, Kau juga telah mempermalukanku di depan anak-anak Hogwarts, Kau juga telah menghajar teman-temanku. Semua orang pasti akan menganggap aku adalah orang sinting kalau masih mengejarmu,"

Aku hanya menganga mendengar omongan Cedric. Apakah orang ini serius?

"Tapi aku tetap menyukaimu, Janice. Aku tidak peduli kalau Kau dekat dengan si Malfoy itu. I'm gonna try everything to make you mine," kata Cedric menatap mataku dengan ambisius.

----

Hai hai hai!

Anyway, maaf ya kalau part ini cringey atau kurang greget. Jujur aja aku kurang puas sama part ini.

Aku update hari ini karena untuk besok besok aku bakal sibuk banget sama sekolah. capek bgt jujur, leher sama pinggang gue udah sakit sakit banget.

emang gue remaja rasa jompo.

kalian juga jangan lupa jaga kesehatan ya bestie.

September 8, 2021

<3

how we become friend, (𝘥𝘳𝘢𝘤𝘰 𝘮𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 x oc) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang