7: Date with Diggory?

262 56 16
                                    

Aku baru merutuki kebodohanku tadi siang. Mengapa aku harus se-drama itu sampai melempar tongkat sihirku pada kelas pertahanan terhadap ilmu hitam? Ini sudah hampir jam 12 malam dan aku masih dikelas untuk mencari tongkat sihirku. 

"Aku harap Mr. Filch dan kucing seramnya tak akan menemukanku," Aku menunduk keseluruh ruangan untuk mencari tongkat sihirku.

"Ada orang di dalam? Aku akan memotong poin asramamu," 

Sial, prefek datang. Tapi suara itu seperti Cedric.

"Halo? Ada orang?" tanyanya lagi.

"Pssst, Cedric!" panggilku pelan.

"Janice? Kau sedang apa disini? Apa kau menunggu larut malam untuk ke asrama agar tak diganggu para slytherin?" tanya Cedric menghampiriku.

"Jangan bicara keras-keras, aku tak mau kena masalah. Tadi siang aku tak sengaja melempar tongkat sihirku dan sekarang aku sedang mencarinya," kataku pelan.

"Kau sudah mencarinya berapa lama?" tanya Cedric lagi.

"Entahlah, aku mencarinya disini, di lorong, dan di danau hitam, lalu kembali lagi mencari kesini. Tak kerasa sudah tengah malam," jawabku.

Cedric menatapku kasihan. Ia mengajakku berdiri.

"Besok pagi saja kau lanjut cari. Perlu aku bantu?" tanya Cedric.

"Ah tidak usah. Aku tidak mau merepotkanmu dan menganggu jam tidurmu," kataku.

"Tidak apa-apa, Janice. Lagipula aku suka berolahaga pada pagi hari. Kau mau kan menemaniku jalan pagi?" Ia tersenyum manis kepadaku.

"Baiklah, mau jam berapa?" aku menerima ajakannya.

Lagipula siapa yang tidak mau melihat pangeran hufflepuff berolahraga.

"Bagaimana kalau jam 7? Pastikan kau pakai baju hangat," jawabnya, aku hanya mengangguk.

"Kalau begitu, mari aku antar ke asrama," Cedric merangkulku dan mengajakku jalan keluar kelas.

kami hanya terdiam sepanjang perjalanan. Entah mengapa suasana kami terasa canggung.

"Janice," panggil Cedric memecah keheningan.

"Iya?" jawabku.

"Jadi itu benar? Boggartmu berbentuk orang-orang di Hogwarts, termasuk aku?" tanyanya.

Serius deh, aku sangat ingin melupakan hal memalukan ini.

"Ya, begitulah. Pasti semua orang sedang membicarakanku, ya?" tanyaku lagi.

Cedric hanya mengangguk pelan.

"Great, sekarang orang-orang akan berpikir aku orang aneh!" kataku dengan kesal.

"No, mereka tak berpikir kau aneh kok. Lagipula, untuk apa memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita?" kata Cedric dengan suaranya yang menenangkan.

"Aku tidak suka orang-orang menganggapku aneh," jawabku lagi.

"Sebenarnya orang-orang tak memandangmu seperti apa yang kamu pikirkan. Can I give you advice? Aku pikir kau terlalu berpikiran negatif tentang orang-orang disekitarmu. Kau tak perlu memedulikan pandangan mereka dan Kau juga tak perlu berperilaku seperti apa yang di ekspetasikan orang-orang," aku hanya mengangguk mendengar kata-kata Cedric.

"You're right. You know, hidup sebagai public figure di dunia muggle membuatku terus menerus memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentangku. Aku juga berperilaku mengikuti ekspetasi orang-orang tentangku," curhatku.

"Then, be yourself, Jane," jawab Cedric, membelai suraiku lembut.

Tak terasa kami sudah sampai di asrama slytherin. Cedric memelukku sebelum aku masuk ke dalam asrama.

"Aku juga berteman denganmu bukan untuk sekedar popularitas, Jane," kata Cedric sembari mendekapku dalam pelukannya.

"Dan aku juga ingin bilang," Cedric memegang bahuku sambil menatap mataku lamat-lamat. Ia menelan ludahnya kasar.

"Aku juga tak ingin sekedar berteman denganmu. I like You, Janice," Sekarang aku yang gugup, tak berani menatap mata Cedric.

"Cedric, aku-"

"Bagaimana kalau kencan denganku?" Cedric memotong omonganku.

Sial.

Cedric memang seperti pangeran. Aku memang mengaguminya tapi bukan berarti aku mau menjadi pacarnya.

Aku hanya menatapnya bingung.

"Aku akan menjawab itu besok. Sampai bertemu besok, Cedric," aku langsung buru-buru masuk ke dalam asramaku dan duduk di sofa Common Room.

Tidak ada siapa-siapa di Common Room selain aku.

"Kau habis dari mana saja?"

Sial ternyata ada Draco. Dia tiba-tiba muncul dari balik selimut dengan suaranya yang serak basah sehabis bangun tidur. Matanya juga tak bisa melek sepenuhnya.

"Kau tertidur disini? Apa kau diusir dari kamarmu?" tanyaku.

"Aku menunggumu. Aku lupa kalau tongkat sihirmu ada padaku," Ia mengeluarkan tongkat dari sakunya dan memberinya padaku.

Aku sedikit terharu dia mau menungguku sampai pagi buta untuk memberiku ini. Tapi aku juga kesal kenapa dia tak memberikanku lebih awal?

Aku hanya mengulas senyum, "Terima kasih, Draco. Maaf kalau aku membuatmu menunggu. Sekarang kau bisa tidur di kamar," ucapku.

"Kau tidak ke kamar?" tanya dia.

"Aku masih ingin disini, ada hal yang sedang aku pikirkan," kataku sambil bersandar di sofa.

Draco malah mendekat ke arahku dan memperhatikanku dengan mata yang setengah terbuka. Ia bahkan menyodorkan selimutnya untuk aku pakai.

"Mau cerita?" tawarnya.

Aku menatap perapian sendu. Menghela nafas berat mulutku terbuka untuk bercerita.

"Draco, kalau seseorang yang kau kagumi mengajakmu kencan. Apa kau akan menerimanya?" tanyaku.

"Eum, mungkin iya? Aku mengaguminya kan?" jawab Draco.

Aku hanya menghela nafas.

"Tunggu! Ada seseorang yang mengajakmu kencan?! Siapa?!" Draco terkejut.

"Tidak perlu kaget seperti itu. Cedric mengajakku kencan. Kami sudah bertukar surat dari tahun kedua. Tapi entahlah, aku mengaguminya tapi aku rasa aku hanya ingin berteman dengan dia," jawabku panjang lebar.

"Kalau gitu tidak usah diterima. Dan kau juga tak perlu memikirkan Diggory jelek itu. Sini tidur," Malfoy mengarahkan kepalaku untuk tidur di dadanya.

Entah bodoh atau lelah. Aku malah menurut dan bersandar dalam pelukan Draco. Tubuh Draco terasa hangat dalam Common Room slytherin yang gelap dan dingin. Wangi badannya berbau mint, membuat semua beban pikiranku hilang.

Tidak sadar aku malah terlelap di dada Draco. Lebih tepatnya kami berdua tertidur di Common Room slytherin, saling memeluk. Kupikir dalam situasi ini aku sudah benar-benar bodoh.

-------

August 12, 2021

how we become friend, (𝘥𝘳𝘢𝘤𝘰 𝘮𝘢𝘭𝘧𝘰𝘺 x oc) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang