"Eum? Ah jadi begitu... gagal ya?" seseorang bercakap dengan seseorang yang lain di seberang sana.
"Ah tidak tidak... sejujurnya ini bukan tugas yang harus selesai saat ini juga. "Chill bro" sahutnya lagi masih dengan orang yang sama di posisi yang sama pula. Terlihat ia memutus panggilan tersebut kemudian menyesap teh hijau manis di cangkir kesayangannya.
"Sudah kuduga, kau cukup sulit untuk mati, Wen.Jun. Hui. Ahahahaha" ucapnya terdengar gembira sekaligus menakutkan? dengan penuh penekanan ketika menyebutkan nama tersebut.
...
.....
Shenzhen Central Library
Hari ini Xu Minghao pergi ke perpustakaan pusat kota Shenzhen sekedar untuk menikmati waktu luangnya lantaran cukup bosan selama ini hanya berdiam diri di rumah atau kantor.
Berjalan santai ia menuju ke rak-rak tinggi yang memuat banyak buku dengan berbagai judul dan penulis serta penerbit. Ada salah satu alasan mengapa ia merasa lebih menyukai perpustakaan ini dibanding dengan perpustakaan di kotanya sendiri, ialah karena terdapat ruang khusus yang diperuntukkan untuk mereka yang 'sibuk' dengan privacy yang lebih terjaga dibanding dengan ruang umum lainnya. Dan ada satu lagi...
BRUKK
"Ah maaf" ucap Minghao begitu menyadari bahwa ia menabrak seseorang yang tengah asik membaca buku pilihannya di pinggir furniture rak
'Junhui'
Orang ini mungkin akan menjadi salah satu dari beberapa alasan Minghao untuk mengunjungi dan menyukai perpustakaan ini. Dan saat ini, ia bertemu dengan sang empunya nama, tidak lain dan tidak bukan ialah orang yang ditabraknya.
"Ah ya, its fine" respon Junhui singkat, kembali mengalihkan perhatiannya kearah buku yang dibaca dan melengang pergi. Mungkin mencari tempat duduk.
'menarik' ucap Minghao dalam hati. Baru saja ia akan melanjutkan kegiatan mencari bukunya, tiba-tiba ia teringat kejadian semalam – pertemuannya dengan Junhui. Yah, meskipun hal itu tidak layak untuk disebut pertemuan karena hanya Minghao yang melihat Jun. Maka, Minghao memutuskan untuk menyusul orang tersebut.
"Xu Minghao" ucapnya pasti sambil menjulurkan tangan, isyarat untuk memperkenalkan diri.
Jun hanya menaikkan sebelah alisnya tanda meminta penjelasan dari orang di depannya ini.
Minghao kembali menggerakkan tangannya yang terbuka, seakan meminta Jun untuk membalas perkenalan dirinya jika memang jun minta penjelasan – seperti siapa dirinya ini, dll.
Dengan hembusan nafas pelan, Jun membalas jabat tangan tersebut
"Wen Junhui" ucapnya singkat
"Ya, aku tahu. Siapa yang tidak tahu huh?" balas Minghao menggerutu sekaligus merasa kesal dengan dirinya yang seakan menjadi orang baik di depan Wen Junhui, orang yang dibencinya.
Berbeda dengan Minghao yang terlihat bersungut-sungut, Jun kembali meneruskan kegiatan membacanya dengan tenang. Menganggap tidak ada orang lain di hadapannya. Minghao tidak tahu harus bicara apa, seperti apa, dan bagaimana untuk membuat 'manusia' ini setidaknya berpikir untuk tidak menganggapnya sebagai udara yang berhembus.
"Ah ya, kau orang yang semalam kan?" tanya Jun secara tiba – tiba sambil menutup buku yang masih belum habis dibacanya – hanya beberapa halaman lagi, sejujurnya.
"E... semalam?" jawab Minghao dengan ekspresi bingung. Lebih tepatnya kaget mengetahui fakta bahwa ternyata Jun tahu ia mengikutinya. Yang ia pikirkan saat ini ialah mengarang alasan mengapa kemarin ia melakukan hal itu.
"Orang yang melempar kaleng sembarangan"
"Ah, kaleng ya? Sepertinya aku hanya lewat" Jawab Minghao asal sambil menggaruk tengkuknya perlahan yang tidak gatal.
"Begitu..." jawab Jun sepenuhnya melepaskan buku yang dibaca dan mengarahkan pandangannya pada Minghao. Tentu tidak semudah itu untuk membuatnya percaya.
"Baiklah" ucap Jun kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Sementara Minghao bernafas lega mengetahui Jun tidak membahasnya lebih lanjut. Ia tidak mau Jun tahu – meskipun ia yakin pertanyaan yang Jun lontarkan hanya basa-basi karena Minghao juga yakin bahwa tidak mungkin orang seperti Jun dengan mudahnya percaya perkataannya barusan yang terlihat jelas bahwa ia sedang berbohong.
Membiarkan keduanya dalam kegiatan masing-masing, Minghao kemudian mendapatkan satu pertanyaan terkait dengan hal yang menjadi bahasan dirinya dengan Jun, yaitu 'Tunggu, kenapa aku tidak mau Jun tahu? Jika dipikir-pikir ini dapat menjadi hal yang menguntungkan.'
"Ah ya Jun-ge?" ucap Minghao tiba-tiba sembari memberikan kerutan di kening, terlihat bingung sendiri dengan sapaan yang tiba-tiba ia gunakan.
"Sebelumnya, boleh kupanggil gege?" tanya Minghao kemudian dengan tidak yakin.
"Tidak" Jawab Jun singkat – tidak meninggalkan matanya dari buku yang ia baca.
"Baiklah. Ngomong-ngomong kemarin ketika saya lewat, ada orang yang mengejar anda bukan?"
"Tidak terlalu ku perhatikan." Jawab Jun santai
"Sepertinya seseorang menyuruhnya" ungkap Minghao ikut santai dengan tangannya yang menyilang.
"Hm?" respon Jun terlihat tidak tertarik sama sekali.
Mendapati respon yang jauh dari yang diharapkan, CEO muda ini memiilih tidak menyuarakan hal tersebut. Sebetulnya ia juga tidak terlalu peduli.
Entah apa yang Minghao pikirkan, saat ini ia tengah menatap lurus Wen Junhui selama 5 menit, tidak kurang tidak lebih. Di dalam hatinya timbul rasa aneh? Ia mengakui Junhui merupakan seseorang yang sempurna, setidaknya dari seluruh orang yang pernah ia temui sampai saat ini.
'Aish lihatlah kulitnya. Ia pria namun memliki kulit layaknya wanita. Hidung yang sempurna, wajahnya juga indah. Lalu tubuhnya? Tinggi dengan berat dan postur yang ideal. Kemudian karier dan prestasinya?'
"Huh sungguh tidak adil." Ucap Minghao kemudian dengan volume lumayan keras hingga membuat Jun mengalihkan pandangannya dari buku – mendongak kearah Minghao yang terlihat kesal.
Minghao berdiri dari tempat duduk lantas pergi dari ruangan tanpa mengucapkan kalimat selamat tinggal, semoga bertemu lagi, atau kalimat basa-basi lainnya.
Melihat kepergian Xu Minghao yang tiba-tiba, Jun pun memberikan smirknya ditambah gelengan kecil sebelum kembali membaca buku tebal di tangannya itu.
"Memperhatikanku huh?"
.......................
To be Continued
...............
KAMU SEDANG MEMBACA
You Break My Trust [Junhao]
Fanfiction[JUNHAO Story] "Trusting someone is something that I rarely or never do. But i tried it for you, I did. Only at the end did it make me think that it was a mistake."