Sejak masuk dan duduk di meja makan apartment milik Jun, Minghao perlahan menyadari bahwa hari itu Jun tidak seperti biasanya – setidaknya pagi hari di cafe jauh lebih baik. Karenanya, Minghao sengaja tidak menutup rapat pintu apartment. Jaga-jaga saja, jadi ia tidak perlu menebak asal melewati key security system pintu ketika hal yang ia pikirkan benar terjadi. Lihatlah, ini sangat membantu.
Minghao berada beberapa meter jauhnya dari pintu apartment. Cukup dekat untuk menyadari bahwa kondisi pintu masih sama persis dengan beberapa saat lalu ketika ia keluar. Sudah mendapatkan pesan berisi nomor Jun, Minghao segera menulisnya di keyboard phone dan melakukan panggilan telepon.
Dari posisi ini ia mampu mendengar nada dering ponsel milik Jun. Namun, tidak diangkat. Minghao akhirnya menerobos masuk ke dalam apartment.
"Jun -" ucapnya terputus ketika melihat Jun –masih duduk di meja makan, menoleh bingung kearah Minghao.
"Hm?" tanya Jun sembari mengangkat satu alisnya.
"Eum... sepertinya barangku ada yang ketinggalan disini." Ucap Minghao segera melangkah menuju meja makan yang tadi, bingung akan apa yang ia lakukan.
"Barang apa?"
"Note? Semacam itulah. Kau bantu cari." Jawab Minghao beralasan agar ia tidak terlihat bodoh dihadapan Wen Junhui yang kembali diam, enggan membantu Minghao tentu saja.
"Baiklah, tidak ada. Sepertinya aku salah. Kau. Kalau temukan note itu, berikan padaku." Ujar Minghao berlagak ketus. Sejujurnya ia curi-curi pandang memperhatikan Junhui. 'kenapa ia berkeringat?' 'wajahnya sedikit pucat' dan monolog lain yang hanya bisa didenger oleh dirinya seorang.
"Hm" jawab Junhui singkat, mengiyakan.
Menyadari satu hal, tentang bagaimana ia bisa tiba-tiba kesini lagi, juga dirinya yang bagai orang bodoh mencari-cari alasan, Minghao memutuskan utnuk segera berbalik, kembali ke rumahnya.
"Minghao, tolong tutup rapat pintunya." Perintah Jun.
Suara Jun yang lebih terdengar seperti cicitan di telinga Minghao itu membuatnya kembali membalikkan badan ketika tangannya baru saja memegang gagang daun pintu.
"Tolong??" Minghao sedikit aneh dengan kata tolong yang Jun ucapkan. Menutup pintu apartment dengan benar, bukan seperti sebelumnya. Bukannya apa, jika Jun berkata demikian malah membuat Minghao bergidik ngeri, sangat berbeda dengan sifat Wen Junhui si manusia jadi-jadian yang dirinya dan semua orang tau.
"Jika si CEO sebelah itu mati terkurung atau apalah itu, jangan sampai tuan Wen tahu aku mengunjunginya." Ucap Minghao kesal.
.
.
Mendengar suara dari pintu yang telah tertutup sempurna, juga Minghao yang telah pulang, Junhui kembali menenggelamkan wajah kedalam kedua lengannya di meja sebagai tumpuan. Beberapa saat kemudian Jun meninggalkan ruang makan menuju ke dalam kamar, membuka satu persatu laci kecil disamping tempat tidur.
Setelah membuka laci kedua, terlihat sebotol tempat obat yang kemudian Jun tuang di tangan, meminumnya.
Jun membenci hal ini. Rupanya ini menjadi kali ketiga bagi dirinya untuk menyentuh kembali obat ini. Ia tidak tahu ini apa, malas mengingat lebih tepatnya. Ia melakukannya hanya ketika ia tidak tidur ditambah pola makan dengan intensitas minim, juga konsumsi kafeinnya yang meningkat dari biasanya. Setidaknya dengan ini ia merasa sedikit lebih baik.
Ia merebahkan tubuh, tak henti memijat kepalanya yang masih pening.
"Minghao sialan!" umpatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Break My Trust [Junhao]
Fanfiction[JUNHAO Story] "Trusting someone is something that I rarely or never do. But i tried it for you, I did. Only at the end did it make me think that it was a mistake."