Chapter 5

186 18 0
                                    

Pagi ini Jun memutuskan untuk keluar apartement. Bukan. Bukan untuk pulang ke rumah aslinya. Melainkan hanya ingin menjalankan rutinitas yang dulu hampir setiap hari ia lakukan. Setidaknya dua hari sekali ia keluar rumah di pagi hari, dimana hanya sedikit orang yang telah bangun dari mimpi indah mereka. Waktu selalu menunjukkan pukul 5 pagi, langit kota masih berwarna rose quartz and serenitnya – sedikit terang dibanding saat malam.

Hanya menggunakan pakaian santai dengan sepatu sneakers, ia melajukan mobilnya santai, tidak berburu dengan waktu seperti saat dirinya ke kantor. Sejujurnya setiap kali ia melakukan hal ini, ia tidak tahu akan kemana dirinya pergi. Mungkin untuk membeli kopi, lagi.

Berbicara mengenai kopi, dalam satu minggu ini Jun telah mengonsumsi setidaknya 5 gelas dalam sehari, termasuk di waktu pagi sebelum berangkat, masih di pagi hari saat berada di kantor, siang, sore, hingga malam. Ditambah jika akhir pekan seperti sekarang. Semua orang bilang konsumsi kopi tidak baik dalam waktu yang sering – semua hal begitu. Tapi Jun tidak merasa demikian. Kafein dalam kopi akan membantu dalam mengerjakan setumpuk tugas kantor yang enggan usai, membuatnya tertidur jika memang ia sudah lelah, mengembalikan moodnya ketika ia merasa tak nyaman, dan menjadi temannya ketika ia harus berkutat dengan berbagai bacaan ringannya. Setidaknya ia hanya pernah sakit 2 kali, dulu dan belum pernah Ia alami lagi sekarang.

Begitupun pagi ini. Sedan berwarna hitam itu berhenti didepan coffe shop, tampak tidak ada kendaraan lain disana.

"Latte 1"

Usai memesan kopi miliknya, Jun segera duduk di tempat yang menurutnya nyaman – tidak terlalu tersorot dari arah jalanan.

Sibuk dengan ponselnya, ia tak menyadari bahwa kopi pesanannya telah tersaji tepat di depannya, entah sudah berapa lama.

"Ah, xiexie" ucapnya begitu menyadari hal tersebut, juga samar melihat seseorang yang duduk di depannya – ia kira pegawai yang mengantar.

"Bukeqi-ge" balas orang di depannya pelan sambil tersenyum kearah jun.

Menyadari ia salah mengira bahwa orang di depannya ini seorang pegawai caffe, Jun pun mengernyitkan kening. 'untuk apa dia kemari?'

"Jika aku tak salah ingat, umurmu lebih tua dariku."

"Um... kalau begitu kau yang panggil gege. Harusnya di situasi ini tidak perlu formal bukan?" Saut Minghao santai.

Jun tidak menanggapi perkataan Minghao. Baginya panggilan gege untuk dirinya atau dirinya kepada orang lain cukup menggelikan.

"Aku sering mampir disini, untuk minum teh panas. Oh iya, sepagi ini kau minum kopi?"

"Kupikir matamu masih baik-baik saja, tuan Xu." Ucap jun tak peduli

"Latte mu itu jika aku tidak salah tebak pasti sering kau konsumsi kan? Kau tentu tidak hanya minum latte. Pasti sekarang di dalam tubuhmu banyak bertumpuk kafein. Hei, kau sadar betapa buruknya kafein yang berlebihan terlebih di pagi hari saat kau belum makan?" cecar Minghao sembari mengarahkan wajahnya lebih dekat dengan Jun, yang beberapa saat kemudian ia tarik kembali. Ia hanya mendapat lirikan tak peduli dari orang di depannya.

"Tentu kau tidak iseng datang pagi ini, bukan begitu Xu Minghao?" tanya Jun mengabaikan kopi dan kafein yang dibahas Minghao.

Meminum sejenak teh hijau hangat di cangkir miliknya, Minghao bergumam kecil sebelum lanjut berbicara.

"Eum... bisa tidak, bisa iya. Akan ku singgung sedikit. Sepertinya kita bisa kerja sama, tunggu saja aku kesana. Selebihnya, hari ini memang untuk bersantai. Jadi menjawab pertanyaanmu, tentu aku iseng jalan-jalan saat ini."

You Break My Trust [Junhao]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang