13

20.4K 1.9K 46
                                    

Semua keadaan baik hari ini adalah berkat Arsyad. Icha yang kembali menjalani kesehariannya sebagai mahasiswi juga ibu rumah tangga. Keinginan belajar memasak masih dijalani gadis itu. 

Sosok Arsyad adalah suami idaman, begitu yang terlihat namun tidak bagi Icha. Gadis itu tidak melihat seperti itu. Sikap Arsyad selama ini adalah hal wajar. Semua orang harusnya bersikap baik terhadap sesama.

"Siang nanti aku ke kampusmu." Arsyad memberitahu Icha ketika mereka sarapan.

"Untuk?"

"Kerja."

"Emang ada hubungan tambang dengan kampusku?" tanya Icha serius, dan Arsyad memberikan jawaban yang mudah untuk dipahami Icha. "Uang, itu asal hubungannya."

Icha mengerti. Lantas dia bertanya. "Siapa yang punya tambang emas di kampus?" 

Apa?

"Lupakan," kata Icha saat melihat layar ponselnya menyala. Sebuah chat masuk dari Fei. Icha ingat sesuatu. "Mas kalau kalau lagi keluar ingat enggak ada istri di rumah?"

Arsyad mengangguk. "Pasti. Kenapa?"

Icha tersenyum, lalu dia bertanya lagi. "Kalau ada cewek suka sama Mas, Mas senang?" 

"Suka gimana?"

"Ya suka. Kagum sampai memuji seolah Mas itu dewa padahal dia enggak tahu jika Mas sudah punya istri."

Arsyad berpikir sejenak, kemudian memberikan jawaban. "Selama wanita itu meletakkan rasanya itu dengan baik ya enggak salah. Salahnya kalau dia masuk sedang dia tahu si lelaki sudah punya keluarga."

Jawaban yang cukup bijak. 

"Mas malu punya istri sepertiku?"

Arsyad menggeleng.

"Tapi Mas belum suka kan?"

"Kalau kamu gimana? Malu enggak bersuamikan aku? Suka belum sam aku?" tanya Arsyad balik.

"Malu enggak, tapi aneh saja kalau teman-teman tahu aku sudah menikah. Apalagi umur kita berbeda jauh." Icha memberikan jawaban yang jujur. "Kalau suka sudah."

Arsyad tidak yakin.

"Aku suka karena Mas enggak pernah marah. Ngertiin walaupun sudah ku-kode. Apalagi ya?" Icha melihat lelaki di depannya. "Kalau ganteng sih, standar saja."

Arsyad tidak ambil pusing pada jawaban Icha. Banyak kok gadis seperti Icha. Melihat laki dengan penampilan rambut acak atau berponi, wajah mulus tak berbulu lebih parahnya warna bibir yang hampir sama dengan kaum hawa. Sedikitnya ciri-ciri tersebut ada pada Ben, adiknya.

"Aku berangkat."

Icha mengangguk dan mengantar Arsyad ke depan. Ini kali pertama gadis itu mencium tangan Arsyad selama tinggal bersamanya. "Makasih sudah menjadi orang baik." icha mengulas senyumnya.

Arsyad tidak diam saja, pria itu mencium kening Icha dan berhasil membuat Icha tertegun. Mencium wanita dikening artinya lelaki itu sudah meletakkan hati pada si wanita. Icha menatap wajah datar Arsyad. "Terimakasih mau bertahan bersamaku." kemudian Arsyad menghilang dari hadapan Icha.

Yang pertama kali dicari Icha saat masuk adalah bi Sum. "Bini yakin mas Arsyad enggak punya pacar?"

Ditanya lagi tentang itu, tentu bi Sum memberikan jawaban yang sama. "Setahu Bibi tidak ada." 

"Kalimatnya tadi manis banget, Bi."

Bi Sum terkekeh. "Orang bapak mah selalu menjaga bahasa." pertama kali melihat Icha di rumah tersebut, bi Sum sudah yakin jika Icha adalah jodoh yang tepat untuk Arsyad. 

Karena memang Arsyad seperti itu, Icha pamit pada bibi masuk ke kamar bersiap berangkat kuliah. Logika saja, jika memang laki-laki itu tidak pernah pacaran, setidaknya pernah naksir seseorang kan?

Au ah. Gelap. Icha mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Kalau Arsyad menyukai seorang wanita, kira-kira seperti apa tipenya? Di depan wastafel kamar mandi, sambil menggosok gigi Icha membayangkan tipikal wanita yang bisa membuat Arsyad jatuh hati. Kenapa memikirkan hal itu? Icha menggeleng dan mengguyur tubuhnya dengan air.

******

Karena jam kuliah siang terisi, Icha tidak melihat Arsyad. Namun tidak dengan Key Sahabatnya cukup heboh saat masuk ke kelas usai dari kamar mandi.

"Lo mau tahu gue ketemu siapa, Cha?"

"Enggak." Icha cuek saja. Tugas yang diberikan dosen lebih menyita perhatiannya. 

"Lo ingat dewa Yunani kan?"

"Enggak," jawab Icha lagi. Gadis itu masih menulis tugas di buku catatannya.

"Sumpah Cha. Gue rela kegadisan gue direnggut." Fei melayang dengan bayangannya. Yeni yang duduk di belakang Key sadar. "Maksud lo si telapak tangan besar itu?"

Key mengangguk. Seketika Yeni siap keluar dari kelas. "Lo lihat di mana?" Key menyebutkan ruangan rektor.

Barulah Icha sadar jika yang dimaksud oleh Key adalah Arsyad yang tak lain adalah suaminya.

Reflek Icha ikut lari mengejar Yeni dan di belakang Key juga menyusul. Sekali lihat sepertinya tidak cukup. Syukurnya dosen Tidak ada di ruangan.

Mereka bertiga mengitari kantin dan tempat parkir hingga tiba di kantor rektor. Melalui jendela kaca ketiganya mengintip. Yeni hampir berteriak memanggil si lelaki di dalam sana. Mereka berlari lagi ketika tamu si rektor berjalan ke arah pintu keluar. Yeni bertekad ingin melakukan sesuatu dan rencana itu tidak diketahui kedua sahabatnya.

Diantara mereka bertiga Yeni berlari paling depan begitu langkahnya hampir mendekati si tamu tersebut, insting Icha mulai awas. Mengejar langkah Yeni, Icha berhasil mendahului dan menabrak punggung Arsyad. Tak lupa ia menempelkan lidahnya yang terdapat permen karet di punggung kemeja sang suami. Alhasil rektor dan seorang dosen melihat ke arah Icha kemudian Yeni dan Key. Ketiganya takut, tapi Yeni mengambil kesempatan itu dengan baik. "Maafkan teman saya Pak. Saya akan mencuci kemeja Bapak dengan sangat bersih.

Arsyad yang tadinya terkejut, kini melihat aneh pada mereka bertiga dan tatapannya bertahan pada Yeni. Tentu saja Yeni senang, sebentar lagi si telapak tangan besar itu pasti akan mengucapkan kata terharunya.

"Terimakasih. Istri saya bisa mencucinya. Tenang saja."

Hidung Icha gatal, saat mendengar jawaban Arsyad. Setelah permintaan maaf itu diterima, Arsyad dan dua orang penting di kampus itu pergi. 

Dia enggak lihat aku. Icha sedikit kesal

 

Dihalalkan Calon Kakak Ipar (Cerita Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang