Akhir

23.1K 1.3K 39
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalkan komen ya

🥰



Kedatangan pasangan suami istri yang pernah menggegerkan masyarakat di kampung halaman disambut hangat oleh Amir dan istrinya. Mereka akan menginap beberapa malam sekalian mengunjungi makam kedua orang tua Icha.

Sejak menikah dan di bawa oleh suami ini pertama kali Icha pulang. 

"Berapa bulan Ca?"

"Lima," jawab Icha mengusap lembut perutnya. Hamil kali ini, perutnya sama dengan kehamilan pertama dulu.

Tantenya yang dulu cerewet kini sangat perhatian. Icha sadar diri, selama orang tuanya meninggal ia diasuh oleh om Amir, mereka juga menyekolahkan wanita itu walaupun sering disindir oleh istri om-nya. Syukur, mama Keenan dinikahi oleh Arsyad selain mendapatkan suami baik dan mapan mantan kekasih Ben itu juga sudah lulus kuliah.

"Coba dulu kamu enggak jadi sama Arsyad, entah bagaimana hidupmu."

"Itulah takdir, Tan. Setiap langkah adalah misteri."

Tante Moli mengangguk. Wanita itu masih ingat  bagaimana adik Arsyad mempermainkan Icha, yang paling keterlaluan adalah di hari pernikahan yang seharusnya Ben menjabat tangan wali malah kakaknya yang melakukan tugas itu. Memang sebuah berkah tapi sikap laki-laki itu belum bisa dimaafkan.

"Sekarang dia cerai, Tante lihatnya seperti karma sih."

"Mungkin." dan Icha tidak ingin membahasnya.

"Sering ke rumahmu?"

"Enggak lagi." seandainya mama mertua tidak sembarang curhat, maka bisa dipastikan tak akan ada orang yang mengetahui keadaan Ben sekarang.

"Kasihan banget. Bayangin harus ngurus dua anak sekaligus, untung mapan." tante Moli punya cara pandang sendiri untuk mantan kekasih Icha. Jika memang ada wanita yang jatuh cinta pada lelaki itu, semoga mau menerima kedua anaknya, jika tidak ada ya sudah nasib pengkhianat mau bagaimana lagi?

"Eum." 

"Dia pasti menyesal sekarang, kalau ketemu pengen Tante sindir."

"Janganlah." Icha tersenyum. "Hari ini boleh dia yang begitu, mana tahu ke depan terjadi pada anak-anak kita, kan enggak lucu kalau dia nyindir balik."

"Amit-amit Gusti." 

Tawa Icha tidak keras, tapi Arsyad mendengarnya. Seperti biasa, laki-laki itu akan menatap penuh cinta pada istrinya.

"Ngomong apa sih, kayanya seru."

Tante Moli tersenyum, ia melirik Icha. "Manjanya Icha sama kamu, Arsyad. Dia yang cerita dia sendiri yang ketawa."

"Oh." Arsyad terkekeh. Kemudian melanjutkan obrolan dengan om Amir. 

Ruang tamu dan ruang keluarga tidak begitu jauh, tante Moli menjaga ucapannya.

"Kamu tahu bagaimana gegernya desa kita setelah kamu dibawa Arsyad?"

Icha ingin tahu, ia meminta tantenya mengecilkan volume.

"Ibu-ibu ingin anaknya bernasib sepertimu, bahkan mereka ke rumah tanpa sungkan bertanya kamu kenal Arsyad atau belum? Karena pernikahan kalian mudah di mata mereka. Enggak tahu saja, kami kehilangan muka hari itu."

Untung orang tua Arsyad baik, mereka merangkul bukan meninggalkan rasa malu pada keluarga Icha.

"Mertuamu itu loh, beneran orang baik. Salut Tante."

"Mereka memang orang baik." Ben juga baik, hanya saja laki-laki itu bernasib sial setelah meninggalkannya. "Tante pasti tidak percaya, kalau Ben sekarang juga sangat baik. Mama sering cerita dia sudah bangkit dan kembali bersemangat."

"Ya kalau enggak semangat, gimana kabar anak-anaknya!"

Mungkin bukan sekarang tapi kapan-kapan saja karena saat ini tante Moli masih kesal sama laki-laki itu.

"Di mata Tante, Arsyad lah yang terbaik."

"Makanya jadi suamiku." Icha tersenyum manis.

******

"Sekadar ngasih tahu ya Mas, jangan marah." wanita itu menggenggam tangan suaminya. Mereka berada di makam orang tua Icha.

"Ben pernah datang ke sini, meminta restu." mama Keenan tidak menangis. "Saat itu aku terharu dan tidak tahu tulus atau sekadar modus." suaranya jernih. Makam kedua orang tua Icha berdampingan.

"Diawal pernikahan kita, Mas selalu melihatku menangis kan?" sebelah tangan Icha mengusap batu nisan ibunya. "Aku merasa kecewa saat itu." Icha mencium batu nisan itu. "Bukan hanya aku, ternyata dia juga berbohong pada almarhum orang tuaku."

"Dia memang bodoh." Arsyad memeluk istrinya. "Aku beruntung mendapatkan putri Ayah dan Ibu yang cantik ini." laki-laki itu meyakinkan istrinya. "Ini kali pertama aku ke sini, tapi jauh sebelum hari ini sudah tertanam di hatiku sosok orang tuamu." 

Icha memeluk suaminya, ia menangis. Pernah berpikir akan hidup sendiri layaknya yatim piatu. Takdir berkata lain, Tuhan memberikan suami yang sangat baik untuknya.

"Jangan pernah menangis lagi. Jangan melukai hati dengan hal yang tidak berguna." 

Tangis Icha hari ini karena bahagia. Memiliki laki-laki baik, anak yang tampan dan mertua yang sangat perhatian. 

"Aku akan selalu bersamamu, jadi mari sama-sama berjanji akan setia sampai tua nanti."

Icha mengangguk. Air matanya tak berhenti. Rasa haru dan rindu datang bersamaan. Icha tahu rindu pada dua orang yang telah membuatnya lahir ke dunia dengan doa. Saat Arsyad memimpin doa, wanita itu mengaminkan dengan khusyuk. 

Pelangi sudah terbit enggan menunggu hujan musim mendatang. Langkah si yatim piatu kini sudah mantap bersama pangeran yang  memiliki cinta sepenuh hati. Tak lagi suram masa depannya, karena mereka saling menggenggam mengisi ruang dengan perasaan yang tulus.

Ibu, laki-laki ini awalnya berstatus calon kakak iparku.

 

Ayah, dia yang tak pernah kukenang wajahnya memiliki takdir hidup denganku.

 

Dunia ini bagai mimpi, sama seperti ibu dan ayah, aku ingin sehidup semati dengannya.

-Tamat-

Dihalalkan Calon Kakak Ipar (Cerita Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang