04. Again And Again
"Tidak ada seorangpun yang hidup di dunia dengan mudah"
DE-PRESS-ED
Drttt ... drttt ...
Delora terganggu dengan suara alarm dari hpnya. Dia menghembuskan nafas panjang, sudah waktunya untuk bangun. Dia baru saja bisa tertidur pukul dua dini hari, jam lima pagi dia harus bangun untuk membersihkan rumah sebelum pergi ke sekolah. Itu sudah kesehariannya, susah tidur di malam hari tetapi harus bangun pagi dini hari. Gadis itu membuka matanya perlahan, dia selalu merasa lelah jika bangun tidur. Badannya semakin sakit setelah kejadian semalam, pukulan itu meninggalkan luka pada tubuhnya.
Delora selalu berpikir bahwa tumbuh atau memasuki dewasa nanti adalah hal menyenangkan karena adanya kebebasan. Namun ternyata tetap saja sulit. Mau bagaimana lagi, kehidupan hanya sebatas menendang orang-orang berjiwa lemah.
Dia mencoba mendudukkan dirinya secara perlahan, mengerjapkan matanya agar menyadarkan dirinya. Badannya benar-benar lemas, tangannya bergerak menggulung rambutnya. Matanya menatap kedua lengannya yang begitu dihiasi banyak luka, luka goresan maupun pukulan. Kakinya bergerak turun ke atas lantai, dia siap untuk berdiri.
"Sstt ...," Delora meringis pada bagian pinggang kirinya. Dia melanjutkan berjalan dengan tertatih menuju kamar mandi mengambil hoodie dan seragam untuk dibawa ke lantai bawah. Setelah mengambil baju yang ada di keranjang, dia berjalan menuju keluar kamarnya. Sunyi dan dingin menyambutnya saat sudah berada di luar kamar, beberapa ruangan terang karena cahaya masuk dari luar. Gadis itu melanjutkan berjalan menuruni tangga, perih saat anggota tubuhnya digerakan tetapi dia harus melakukannya.
Langkahnya membawa menuju dapur, memasukan bajunya ke dalam mesin cuci, memasukkan sabun cuci dan mengisi air ke dalam mesin cuci itu. Setelah itu, dia memutarkan pengendali waktu berapa lama mesin cuci itu berjalan. Menyuci baju menggunakan mesin cuci tidak benar-benar bersih menurutnya, mesin itu hanya memutar bolak-balik saja. Sambil menunggu, dia mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai satu rumahnya. Mengepelnya dan beralih ke lantai dua.
Walau seseorang tidak ingin melakukannya, tapi ujungnya dia tetap melakukannya. Hanya memikirkannya tanpa tindakan, maka masalah itu sampai kapan pun tidak akan terselesaikan.
DE-PRESS-ED
Hidup tidak lebih dari permainan yang menyenangkan. Jika kita tidak hebat ikut bermain di dalamnya, maka dengan mudah dipermainkan oleh kehidupan. Dikecoh dengan kebahagian, dijatuhkan dengan kenyataan, jika kitalah memang payah dalam permainan kehidupan. Delora tidak pernah mencintai dirinya sendiri, itu mengapa hidupnya penuh penderitaan tanpa akhir. Terlalu banyak yang Delora pikirkan, semakin bingung dan ragu dalam memilih jalan. Hidup itu pasti ada saja cobaannya, tapi ini kebanyakan baginya.
Mengapa Delora sangat sulit membiarkan orang masuk ke dalam hidupnya? Baginya, jika seseorang itu tidak berhasil memberikan warna dalam hidupnya, setidaknya jangan merusak monokrom yang dia punya sekarang. Menyendiri adalah self healing yang paling nyaman.
Andai saja dia tau, Tuhan sengaja menitipkan kepedihan agar tau seberapa lembutnya hati diciptakan.
Lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi, Delora sudah menginjakkan kakinya di area sekolah. Dia mencoba melangkah senormal mungkin menahan sakit di lututnya. Gadis itu menggunakan seragam yang dilapisi cardigan berwarna mocca. Delora sejak awal masuk SMA setiap ke sekolah selalu menggunakan cardigan, dia beralasan pada guru-guru agar menjaga suhu tubuhnya tetap stabil tidak kedinginan. Tapi aslinya? Dia menyembunyikan lukanya. Jadi ke mana-mana dia selalu menggunakan baju lengan panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Teen FictionApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...