05. Beautiful is Not Always Profitable

96 10 9
                                    

Kalo suka chapternya vote, kalo engga ya sudah. Simple, engga akan maksa. Happy reading!!!

Sharing sini!
1. Apa yang mau disampaikan ke orang tua kalian? Luapin di sini, ayo gapapa.
2. Apa yang mau disampaikan pada Tuhan?
3. Apa masalah paling terberat yang udah dilalui?

Kalian semua hebat, apapun masalahnya, apapun kesulitannya tapi tetep bisa kuat.

Tag temen ajak baca biar rame! Kita bangun keluarga kecil di sini!

05. Beautiful is not always profitable

"Sering merasa iri dengan orang sekitar dan lupa bahwa kita seseorang yang mereka irikan juga"

DE-PRESS-ED

Manusia itu hebat, terutama dalam kebohongan. Mungkin memang itu salah satu cara mereka untuk bertahan dari kerasnya kepura-puraan orang lain. Tidak, manusia memang sangat kuat dalam hal apa pun. Coba saja menengok ke belakang, sudah berapa banyak gunung tinggi yang dilalui dan berhasil? Sudah berapa kali melewati sulitnya mendaki gunung itu.

Terbukti sudah banyak yang dilewati, apakah ada banyak masalah lagi beberapa hari terakhir ini? Apakah gunung di depan begitu tinggi dan ragu mendakinya? Ayolah, lihat ke belakang! Terakhir kali sudah hebat, sudah banyak yang dilalui sampai titik ini dan pasti kali ini bisa sama halnya yang sudah dilakuin. Mungkin banyak air mata lagi yang keluar, tapi tidak apa-apa. Mungkin itu salah satu proses untuk melewati semuanya.

Setelah kegaduhan di kantin tadi, Delora dibawa ke UKS untuk segera ditangani. Dua hari berturut-turut kehadiran Delora ke kantin menimbulkan kehebohan. Setelah jam istirahat sampai pulang, Kalila menemani Delora di UKS. Kondisi Delora membaik setelah diberi obat sakit kepala, mimisannya pun sudah berhenti menyisakan badannya yang lemas saja. Kasan sudah pamit pergi tadi, menyisakan mereka berdua. Delora berpindah dari kursi ke brankar.

"Hari ini lo engga usah kerja dulu, Ra," ujar Kalila seraya melirik Delora.

"Gue baik-baik aja," balas Delora meyakinkan Kalila.

"Tapi kalo nanti sakit lagi gimana?" tanya Kalila yang ragu, dia merasa kasihan pada Delora.

Delora menggelengkan kepalanya, "Gue lebih sakit kalo berada di rumah."

"Lo engga boleh merasa sendiri, lo udah gue anggap keluarga sendiri," Kalila berdiri dari bangku dan memeluk Delora perlahan dari samping.

Delora mengangguk dengan mata berkaca-kaca, setidaknya masih ada yang memperhatikannya dan tidak meninggalkannya.

"Makasih ya, La," ujar Delora. Berterima kasih karena tetap menemaninya walau sering dia tolak.

"Engga perlu makasih, lo engga bikin gue khawatir terus itu udah cukup," Kalila melepaskan pelukannya.

Bel sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, lima menit yang lalu Kalila kembali ke kelas mengambil tasnya dan juga tas Delora. Tapi ada untungnya juga diperbolehkan menemani Delora di UKS, jika tidak dia bisa mati kutu di kelas dengan pelajaran sejarah.

Kalila membalikkan badan, saat itu juga Delora memiliki kesempatan menurunkan kakinya. Delora cepat-cepat menyibakkan selimutnya dan menuruni kakinya dari brankar. Dia berusaha agar Kalila tidak melihat kakinya yang luka dan memar-memar.

DEPRESSED [NEW] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang