18. Celebrated
"Pencapaian sekecil apapun harus dirayakan, itu bentuk rasa terima kasih sama diri sendiri karena telah berhasil"
DE-PRESS-ED
Ketiga laki-laki turun dari motornya masing-masing. Mereka berjalan memasuki rumah bernuansa modern. Garda melangkah masuk ke dalam rumahnya yang sepi, matanya mencari keberadaan sang oma. Dia berjalan melewati ruang tamu.
"Oma mana, Gar?" tanya Faraz sambil melirik sekitarnya.
"Di kamar mungkin," jawab Garda yang masih melangkahkan kakinya.
Mata mereka tertuju pada sebuah pintu yang terbuka dari dalam.
"Oma, Faraz pulang," seru Faraz sambil tersenyum. Dia berjalan mendekati oma Garda yang keluar dari kamarnya bersama bibi yang bekerja menjaganya.
"Selamat datang di rumah," jawab Oma Wati dengan pelan. Senyuman terlihat jelas di wajahnya.
"Saya pamit ke dapur dulu," pamit pengasuh itu, dia akan menyiapkan minum dan cemilan.
Faraz mengangguk sambil tersenyum.
"Oma," sapa Alden sambil tersenyum kecil.
Oma Wati tersenyum, "Sehat, Den? Mamamu sehat?"
"Sehat Oma," balas Alden sambil berjalan mendekati oma Wati. "Oma sehat?"
"Baguslah, Oma juga sehat"
Tangan wanita renta itu menepuk punggung Faraz pelan, "Udah makan belum?"
"Udah, Oma. Tenang aja, kalo soal makan engga akan pernah lewat," Faraz terkekeh, dia senang walau hanya ditanya sudah makan atau belum. Perhatian kecil seperti itu yang tidak dia dapatkan di rumah. "Oma ayo kita duduk di sofa."
Faraz membantu menuntun oma Wati agar duduk di sofa karena tahu tidak bisa berdiri terlalu lama. Garda hanya memperhatikan, Faraz memang sering mendadak menjadi cucu omanya juga jika bermain ke rumahnya.
"Oma udah makan belum? Udah minum obat?" tanya Faraz, dia duduk di samping oma Garda.
"Udah, Oma udah makan"
Faraz melirik kedua temannya yang masih berdiri, "Duduk aja, anggap aja rumah sendiri."
"Emang rumah sendiri," jawab Garda, dia meletakkan tasnya di meja, lalu duduk di sofa yang masih kosong.
Faraz dan oma Wati tertawa berdua.
"Aji kerja hari ini?" tanya Oma Wati, dia jarang melihat Aji. Sesekali Aji datang ke rumahnya saat libur kerja.
"Kerja, Oma, pulang sekolah dia langsung kerja," jawab Garda, dia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.
"Bapaknya sudah membaik?" Wati menatap ketiga laki-laki itu secara bergantian.
"Katanya lumayan membaik, udah pulang ke rumah lagi kemarin," seru Faraz sambil menoleh pada oma Wati. Dia datang ke rumah Garda untuk bermain playstation milik Aji yang mereka sewa.
"Syukurlah," balas oma Wati sambil tersenyum. "Bagaimana sekolah hari ini?"
"Seperti biasa, Oma. Kadang-kadang pusing sama pelajarannya, kadang-kadang ngantuk, kadang-kadang ketiduran," jelas Faraz, dia menjelaskan apa yang dia rasakan saat belajar. Matanya melirik foto keluarga yang terpanjang di dinding ruang keluarga Garda.
Padahal hanya sebuah foto, tapi dia merasa iri. Tidak ada fotonya yang terpanjang di rumah, mungkin jika ada tamu datang mereka akan menganggap jika ibunya hanya memiliki satu anak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Teen FictionApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...