21. Exhausted
"Sepasang mata bahkan lebih banyak bercerita, dibanding mulut itu sendiri"
DE-PRESS-ED
Suara kicauan burung yang terbang di langit yang cerah terdengar samar-samar. Terdengar juga suara kendaraan berlalu-lalang dari samping gadis itu. Delora menatap sekolahnya yang mulai terlihat di depan matanya, dia terus melangkahkan kakinya.
Gadis itu merapikan rambutnya yang sedikit terhembus angin. Dia berjalan memasuki ke dalam area sekolah. Matanya menatap lurus tidak memperdulikan sekitar yang menatapnya seperti biasanya.
"Itu Delora!"
Delora mencari seseorang yang menyebut namanya.
"Deloraaa!"
"Delora, di sini!"
Gadis itu melihat Kalila, Aji dan Faraz yang memanggil sambil melambaikan tangan padanya dengan semangat. Tapi tidak hanya mereka bertiga, ada Alden dan Garda juga di sana. Sepertinya mereka sengaja menunggunya datang ke sekolah.
Delora membalas melambaikan tangan sambil tersenyum. Langkah kakinya berjalan semakin cepat ke arah orang-orang yang sudah menunggu kedatangannya. Dia ingin mulai mengubah kehidupannya perlahan. Dimulai dengan memiliki teman dan tersenyum. Entah benar-benar tersenyum atau hanya berpura-pura, dia lakukan saja dulu. Jika senyumannya hanya berpura-pura, dia akan terus melakukannya hingga lupa jika dirinya sedang berpura-pura.
Setiap manusia yang dibentuk, pasti akan mengalami rasa sakit. Ibarat dipahat, pasti tersayat. Terkadang manusia hanya fokus dengan masa depan hingga lupa jika dirinya berada di tengah-tengah apa yang dulu selalu manusia itu doakan.
Jadi, bagaimana cara menerima kenyataan tanpa membenci kehidupan?
Gadis itu masih mencari jawabannya.
"Pagi Deloraaa!" sapa Kalila dengan suara yang gembira.
"Pagi," balas Delora, dia memberikan paper bag yang berada di tangan kanannya. "Selamat ulang tahun."
"Aaaa ... makasih banyak," Kalila menerima hadiah yang diberikan Delora, lalu memeluk sahabatnya itu sebentar.
Kalila melepas pelukannya.
"Selamat ulang tahun, Kal," sambung Garda sambil memberikan hadiah yang dia beli kemarin.
"Makasih, Gar. Engga perlu repot-repot padahal," jawab Kalila sambil menerima paper bag berukuran sedang dari Garda.
"Buat gue aja kalo engga mau, Ay," seru Aji sambil terkekeh.
"Enak aja!" tukas Kalila dengan judes pada Aji.
"Iyalah enak"
"Cie yang ulang tahun, cie," goda Faraz, dia mengetahui hari ini ulang tahun Kalila dari Garda. Tapi dia dan yang lainnya tetap diam hingga Delora terlebih dahulu yang mengucapkannya pada Kalila.
"Selamat ulang tahun, Kalila cantik. Semoga cita-citanya tercapai, kalo bingung mau jadi apa jadi belahan jiwaku aja," seru Aji sambil terkekeh.
Kalila terkekeh geli.
"Dih, dih," cibir Faraz.
"Sirik mulu lo, Paras," balas Aji sambil memutar bola matanya.
"Inget udah makin tua, Kal, jangan sia-siain waktu. Maka dari itu menualah dengan saya, CUAKS," lanjut Faraz yang ikut menggoda.
"Dih, dih, ngikutin," Aji membalas mencibir.
"Serah gue lah," jawab Faraz. Aji mendengus.
"Semoga panjang umur, sehat selalu, makin cantik, dapet jodoh yang terbaik ..., " Aji merapikan kerah seragamnya. "... ya contohnya saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Fiksi RemajaApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...