15. Ripple

30 8 2
                                    

15. Ripple

"Sabar, ini hanya dunia semata"

DE-PRESS-ED

Sepi menggambarkan dalam rumah mewah bergaya Eropa itu, hanya suara gemericik air terdengar. Gadis itu mencuci piring dan gelas kotor. Tidak ada siapapun di rumah itu selain dirinya, sepi menyelimuti hingga relung hatinya. Hatinya sedikit tenang dan membaik setelah bertemu orang-orang yang dia jumpai di taman kota dekat stasiun.

Kesendirian dan keheningan yang menenangkan ini, bisa menjadi berbahaya untuk beberapa orang. Bisa meningkatkan kecenderungan untuk mengakhiri hidupnya bagi orang-orang yang tidak sanggup menahan beban dalam hidupnya.  Pikiran membendung hingga tidak sanggup menahannya lagi. Sebab itu, manusia butuh mengeluarkannya dengan menceritakan beban isi kepalanya. Tidak semua orang punya teman cerita. Lalu bagaimana? Jawabannya adalah buku. Berceritalah dengan buku itu, tulislah semua hal yang membenani pikiran. Setidaknya buku itu akan membantu membendungnya.

Brak!

"DELORA ANAK SIALAN!"

"DELORA! SINI KAMU!"

Tiba-tiba suara teriakan menggema setelah suara pintu tertutup dengan keras. Gadis itu menoleh ke belakang sebentar, dia membersihkan tangannya lalu menutup kran air. Dia mengelap tangannya hingga kering. Oksigen mulai masuk perlahan ke paru-parunya, bergantian dengan karbon dioksida yang keluar dari hidungnya. Dia bisa menebak kenapa mamanya marah-marah, siapa lagi kalau bukan karena Chelsea.

"DELORA SINI KAMU!"

Delora merapikan lap yang dia pakai untuk mengeringkan tangannya. Dia berbalik dan berjalan menuju mamanya yang terus berteriak kesetanan memanggilnya. Mamanya menatap nyalang saat melihat dirinya yang muncul dari arah dapur. Gadis itu semakin melangkah mendekat, mamanya pun berjalan lebih cepat mendekati Delora.

Plak!

Plak!

Plak!

Delora memejamkan matanya, pipi kirinya terasa perih dan panas. Mamanya mencengkeram kedua pipinya dengan erat.

"MULAI BERANI KAMU DI SEKOLAH?!" Sofie menatap benci darah dagingnya, kuku jari tangan kanannya menusuk kulit wajah Delora.

Tangan kiri Sofie terangkat, di sela jarinya ada benda nikotin yang sedari tadi dia hisap. Wanita itu mengesap rokok, lalu menghembuskan asapnya di wajah Delora. Gadis itu menutup matanya seraya menahan nafas agar tidak menghirup asap rokok tersebut.

"JANGAN BANYAK TINGKAH! SAYA SUDAH PERNAH BILANG!" teriak Sofie dengan kencang. Matanya menatap benci di depan wajah yang mirip dengannya.

Delora menatap datar mamanya, kedua tangannya yang bergetar saling bertaut.

"KENAPA KAMU ENGGA MATI?!"

"KENAPA HARUS LAHIR? SIALAN!"

Sofie semakin mencengkeram wajah Delora. Gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya menahan sakit.

"KAMU SELALU MENYUSAHKAN HIDUP ORANG LAIN!"

"KAMU MENYUSAHKAN HIDUP SAYA!"

Sofie terus mengesap nikotin yang ada di sela jari tangan kirinya. Rokok itu bergerak turun. Delora meringis kesakitan saat rokok itu mengenai punggung tangannya. Tangannya yang disundut rokok itu terasa panas, sakit dan perih. Dia mencengkeram tangan kirinya dengan kuat.

"Lain kali saya hancurkan wajah ini! Pergi!" Sofie mendorong tangannya yang ada di wajah Delora.

Delora terhuyung ke belakang.

DEPRESSED [NEW] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang