⚠Peringatan : dapat menimbulkan trauma untuk beberapa orang⚠
20. It Hurts
"Ketenangan seperti apa yang kau cari, jika orang mati saja masih di doakan agar tenang"
DE-PRESS-ED
Motor itu mulai memasuki perumahan-perumahan besar. Sunyi, rumah-rumah mewah berjajar dengan berbagai gaya dihuni oleh orang-orang besar. Delora menggigit bibir bagian bawahnya karena jam menunjukkan pukul setengah sebelas kurang.
"Di sini aja," seru Delora, meminta agar dia diturunkan.
Garda menghentikan laju motornya, "Di sini?"
"Iya"
Delora turun dari motor Garda, dia melepas jaket laki-laki itu lalu memberikannya. Garda memberi tas milik Delora yang dia taruh di bagian depan.
"Makasih," ucap Delora sambil memakai tas miliknya.
Garda mengangguk, "Beneran engga dianter sampe depan rumah?"
"Iya, besok gue libur kerja," balas Delora, dia melirik sepatunya sebentar. Dia baru teringat paper bag yang berisi sepatu lamanya tertinggal di loker café. Pantas saja dia merasa ada yang kurang.
"Bisa ketemu Oma gue?" tanya Garda, dia melirik sekitarnya yang sepi. Hanya lampu jalanan yang menerangi jalan yang kosong.
"Bisa, tapi mau beli kado buat Kalila dulu," balas Delora karena lusa adalah ulang tahun Kalila.
"Gue temenin besok, sekalian gue juga mau beli kado buat Kalila," jawab Garda membuat gadis itu tidak bisa menolak dan tidak bisa mengatakan ia bisa pergi sendiri.
Delora menghela nafas, "Duluan."
"Oke"
Delora berbalik badan dan mulai berlari agar sampai di rumah dengan cepat. Garda masih belum pergi, dia memperhatikan punggung gadis itu yang semakin menjauh.
Delora berlari kencang sambil menggenggam erat ponsel di sebelah tangannya. Rambutnya bergerak beterbangan tidak menentu terkena angin malam. Dia terus berlari melewati rumah-rumah. Kini kakinya tidak begitu terasa sakit, hanya saja sedikit sakit karena luka sebelumnya membekas. Deru nafas gadis itu semakin tidak teratur, detak jantung berdegup kencang seolah akan meledak. Gadis itu benar-benar berlari dengan kencang agar cepat sampai di rumah.
Dia terus melewati rumah demi rumah hingga dia sampai di depan rumahnya. Dia mematung saat melihat pagar yang menjulang tinggi di depan rumahnya terbuka sedikit, menandakan ada orang di rumahnya. Dia melewati pagar dan berlari memasuki halaman. Langkah kakinya terhenti di depan pintu rumah, tangan kanannya memegang knop pintu. Detak jantungnya semakin berdebar-debar, keringat bercucuran di dahinya. Habislah dia.
Delora ragu untuk masuk ke dalam rumah, dia takut. Dia mulai khawatir, pikiran negatif mulai muncul di kepalanya. Dia mendorong pintu dan mulai memasuki rumahnya. Langkah kakinya berjalan pelan memasuki ruang tengah. Nafasnya tercekat melihat seseorang berdiri tidak jauh darinya menunggu kedatangannya.
"KE SINI KAMU!"
Delora menundukkan kepalanya, dia berjalan mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Teen FictionApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...