22. Derana
"Manusia memiliki banyak harapan tetapi dunia memiliki kenyataan"
DE-PRESS-ED
Langit mulai menggelap, awan mulai tidak terlihat. Keempat motor yang berada di depan rumah Garda siap untuk melaju. Mesin motor mereka sudah menyala di atas jalanan yang basah dihujam rintik hujan yang kini sudah mereda.
"Garda aja yang anter dia pulang," seru Garda saat pamannya berjalan mendekat. Sekalian dia ingin mencari angin menghilangkan rasa sesak di dadanya.
"Ya udah hati-hati dijalan," balas Padma sambil melirik Delora. "Terima kasih udah datang, ya."
Delora mengangguk sambil tersenyum.
"Om pamit pulang dulu, ya," seru Aji yang sudah berada di atas motornya.
"Iya, jangan ngebut-ngebut," balas Padma sambil menoleh ke arah Aji.
"Pamit pulang, Om," seru Kalila, dia tidak tau pulang diantar siapa.
Padma mengangguk sambil tersenyum. Setidaknya ponakannya memiliki teman-teman di sisinya.
"Helmnya," Garda memberikan helm pada Delora. "Mau pake jaket lagi engga?"
Gadis itu menerima helm dan memakaikannya. Delora menggelengkan kepalanya, "Engga usah, engga apa-apa."
"Udah? Naik," balas Garda setelah Delora sudah memakai helm.
Delora mulai menaiki motor Garda dengan hati-hati karena dirinya menggunakan rok.
"Gue sama siapa?" tanya Kalila bingung, dia melirik Delora yang sudah mulai menaiki motor Garda.
"Sini, Kal"
"Sama gue aja, Ay"
"Ini jadinya gue sama siapa?" Kalila semakin bingung menatap Faraz dan Aji secara bergantian.
"Gue aja, si Aji bau belum mandi," balas Faraz sambil terkekeh.
"Enak aja! Gue udah mandi pake kembang tujuh rupa gini, engga ada tau-taunya," balas Aji dengan ketus. "Sama gue aja sini."
Padma hanya tersenyum melihat pertengkaran dua anak muda.
Garda mendengus, sepertinya akan lama. Aji dan Faraz sama-sama tidak akan mau mengalah.
"Engga ada, Kalila sama gue!" ujar Faraz sambil memukul pelan Aji yang berada di sampingnya.
"Ributlah kita!" sambung Aji memukul balik Faraz yang berada di samping kirinya. Motor mereka sejajar.
"Ih kok malah ribut," ujar Kalila membuka suara. Dia semakin bingung pulang dengan siapa.
"SAMA GUE AYO KAL, KITA PULANG"
"ENGGA! SAMA GUE!"
"DIH, LO ENGGA PUNYA HELM LAGI. AYO SAMA GUE KAL PAKE HELM"
Alden menghela nafas gusar mencoba bersabar melihat kedua temannya yang bertengkar masalah kecil.
Garda melepas helmnya lagi, lalu menaruhnya di atas motor. Laki-laki itu merogoh saku jaketnya, dia mengeluarkan sebuah permen gagang. Dia membuka bungkusnya dan memasukkan ke dalam mulutnya. Laki-laki itu kembali mengambil permen lagi di saku jaketnya, dia membuka bungkusnya. Tangan kanannya kembali memegang stang motor, tangan kirinya terulur ke belakang sambil menoleh ke arah Delora.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Teen FictionApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...