⚠Warning : dapat memicu trauma untuk sebagian orang⚠
10. Her Protector
DE-PRESS-ED
Garda melaju memasuki komplek perumahan besar, dia mengikuti petunjuk navigasi yang ditampilkan pada layar ponselnya. Matanya melirik kanan-kiri mencari keberadaan Delora, entah pergi kemana gadis itu dari rumah jam segini. Satu hal yang pasti, di malam yang dingin ini keadaannya sedang tidak baik-baik saja.
Motornya melaju secara perlahan, dia berhenti di depan rumah besar yang gerbangnya terbuka sedikit. Garda kembali melajukan motornya, gadis itu pasti sudah pergi dari rumahnya. Dia melewati rumah-rumah besar yang sepi.
Motornya berhenti ketika melihat seseorang berjongkok memeluk dirinya sendiri di pinggir trotoar jalanan komplek. Garda memarkirkan motornya, dia mengambil kantung plastik yang dia taruh di stang motor. Langkah kakinya mendekati gadis itu yang menangis seraya duduk meringkuk, kedua tangannya menarik rambutnya sendiri.
"Gue haram, a-anak haram," gumam Delora, tangannya yang bergetar sesekali memukul kepalanya sendiri.
"Hey, lo baik-baik aja?" tanya Garda, pertanyaan yang sudah bisa dia jawab sendiri. Laki-laki itu berjongkok di depan Delora yang terus menunduk.
Delora langsung menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya, "Pergi!"
Delora merasa tidak nyaman dengan kehadiran Garda yang selalu melihat titik terendah dirinya. Mata Garda melirik ponsel yang ada di sebelah gadis itu, layar ponsel itu terdapat bercak darah.
"Butuh benda ini?"
Delora langsung mengangkat wajahnya, dengan cepat dia ambil benda itu dari tangan Garda. Dia sangat membutuhkannya, benda candu yang bisa menenangkannya.
Garda merebut benda itu saat Delora ingin mengeluarkan isinya lebih dari satu.
"Satu, engga boleh lebih," Garda memberi satu pil, benda itu kembali dia kantongi. Lalu memberinya air minum dari kantung plastik yang dia bawa.
Gadis itu menelan pil yang diberikan padanya dengan cepat. Dia sama sekali tidak menatap lawan bicaranya. Garda menahan diri untuk tidak meraih tangan Delora, padahal dia ingin melihat luka pada telapak tangannya.
Hingga akhirnya Delora mulai kembali bisa tenang.
"Pergi tinggalin gue," seru Delora dengan suara seraknya, dia mengalihkan wajahnya ke arah lain karena matanya sembab.
"Kenapa? Gue mau nemenin lo"
"Lo engga ngerti," jawab Delora cepat. Rasanya sial sekali kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit.
"Kasih tau gue, biar gue ngerti," pinta Garda menatap surai panjang Delora karena gadis itu mengalihkan pandangannya.
"Lo tetap engga akan ngerti!" gertak gadis itu. Kedua tangannya mengepal. Dia malu dengan keadaan dirinya. Dia yang terkadang bertingkah tidak seperti biasa, dia yang memiliki banyak kekurangan.
Delora menutupi diri dari orang lain untuk menutupi kekurangan yang dia punya. Dia takut akan semakin dikucilkan jika orang-orang tau bahwa dirinya terkena depresi dan menganggapnya gila. Dia yang tidak berharga itu terlalu kotor berada diantara manusia yang memiliki cita-cita tinggi.
"Gue bakal cari cara apapun biar gue ngerti," jawab Garda. Dia ingin membantunya, menemaninya, apapun yang berhubungan dengannya. Agar gadis itu tidak merasa sendiri.
Dia benar-benar ingin menolong Delora dari lubang gelap karena tidak sepantasnya gadis itu berada di sana.
Dua manusia dengan pikiran bertolak belakang, berada di atmosfer yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESSED [NEW]
Teen FictionApakah Tuhan Menghukumku? Itu yang selalu Delora tanyakan. Kisahnya bukan kisah hidup menyenangkan seperti novel romansa. Melainkan kenyataan kehidupan yang sesungguhnya, masa-masa yang sulit, masalah yang semakin memuncak, masa di mana setiap r...