Dua Dimensi #6

10 7 0
                                    

Rumah Sakit Pelita pukul 08.30.

Dokter masuk dan menyapa Lauren yang akan segera diperiksa kembali. Tapi disitu terlihat Lauren masih lemas, entah kenapa tidak biasanya dia selalu pusing seperti ini.

"Selamat Pagi. Gimana keadaan kamu hari ini? Sudah baikan?" Tanya Dokter dengan ramah.

"Hmm.. Saya masih pusing, Dok. Kepala saya terasa berat badan juga masih sedikit lemas." Jelas Lauren.

"Yasudah biar saya periksa dulu yaa, maaf sebentar." Ucap Dokter dengan senyumnya.

Tapi dari raut wajah sang Dokter terlihat sedikit kecemasan. Lalu Papah Lauren pun bertanya.

"Bagaimana dok keadaan anak saya?" Tanya Papah.

"Hmm.. denyut nadinya lemah, dia juga dari kemarin selalu pusing dan muntah." Jelas Dokter.

"Jadi anak saya sakit apa, Dok?" Tanya Papah khawatir.

"Sepertinya anak bapak bukan hanya terkena tifus saja. Besok pagi kita akan adakan CT Scan pada bagian belakang leher serta kepalanya." Jelas Dokter.

Mendengar hal itu Lauren sangat bersedih dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri 'sebenarnya aku ini kenapa? Aku cuma pusing biasa kan? Aku ingin sembuh.' Begitupun Mama dan Papah Lauren, mereka berdua juga sedih melihat anaknya terbaring lemas tapi mereka berusaha menyemangati Lauren.

"Ren, kamu gak akan kenapa-kenapa kok. Mamah yakin kamu sembuh." Ucap Mama menenangkan Lauren.

"Iyaa kamu gak usah banyak pikiran yaa. Kamu pasti sembuh, kamu anak Papah yang hebat." Ucap Papah sambil memeluk Lauren.

Sementara itu di Sekolah, Tifanny, Vivian dan Chelsea sedang membicarakan tentang acara kelulusan. Mereka berpikir apakah di kelulusan nanti Lauren bisa datang? Mereka sangat ingin berkumpul bersama di acara kelulusan nanti.

"Eh, Fan? Kira-kira pas kelulusan Lauren bakalan dateng gak ya? Dia kapan sembuh?" Tanya Chelsea pada Tifanny.

"Hmm.. Gue juga gak tau, Chel. Tapi gue berharap kita berempat bisa berkumpul diacara kelulusan nanti." Jawab Tifanny dengan nada sedih.

"Sekarang yang terpenting kita harus terus doain Lauren, terus kasih dia support supaya dia bisa semangat buat sembuh lagi. Kalo kita sedih kasian Lauren pasti ikut sedih." Jawab Vivian membangkitkan semangat kedua temannya.

Sepulang sekolah Kevin berniat untuk menjenguk lagi Lauren, tapi ketika dia ingin menghubungi Lauren nomornya tidak aktif.

"Ah mungkin Lauren lagi tidur gue langsung aja kesana." Ujar Kevin sambil berangkat untuk ke Rumah Sakit lagi.

Sementara di Rumah Sakit Lauren sedang tertidur, dia tidak tahu bahwa Kevin datang lagi untuk menjenguknya.

"Laurennya lagi tidur. Sebentar yaa Tante bangunkan dulu." Ucap Mama sambil berjalan ke kasur untuk membangunkan Lauren.

"Tidak usah Tante kasian mungkin Lauren masih lemas." Jawab Kevin.

"Tidak apapa. Tante cuma kasian sama kamu, setiap kali kesini Lauren selalu lagi gak sadar kemarin pingsan sekarang tidur. Maaf yaa!"Jawab Mama Lauren dengan ramah.

Kevin hanya tersenyum sambil mengangguk.

Akhirnya setelah dibangunkan oleh Mamanya, Lauren pun bangun dan Mama meninggalkannya dulu agar Lauren mengobrol berdua dengan Kevin. Lauren sangat senang karena begitu dia bangun dia melihat Kevin ada disana.

"Haii cantik. Aku datang lagi, maaf yaa selalu ganggu waktu istirahat kamu." Ujar Kevin sambil mengelus lembut rambut Lauren.

"Ah tidak apa. Aku malah sangat senang kamu datang lagi kesini." Jawab Lauren sambil tersenyum dan memegang tangan Kevin.

"Gimana keadaan kamu? Udah mendingan atau masih sakit?" Tanya Kevin yang terus memegang tangan Lauren.

"Aku masih suka pusing, tadi malem aja aku muntah lagi." Jawab Lauren cemberut.

"Hmm.. Sabar yaa sayang! Oiyaa tadi gimana kata dokter hasil pemeriksaannya?" Tanya Kevin penasaran.

"Dokter bilang aku besok harus di periksa lagi. Tadi denyut nadiku lemah." Lauren berkata sambil terlihat bersedih.

"Ya Allah perlu pemeriksaan lanjutan sayang? Tapi aku berharap kamu gak kenapa-kenapa yaa cantikk." Jawab Kevin terlihat cemas.

Lauren hanya mengangguk dengan raut wajah sedih.

"Hey cantik jangan sedih, aku gak suka kalo pacar aku sedih gini. Ayoo senyum kan ada aku." Ucap Kevin sambil melebarkan senyuman di bibir Lauren.

Lauren pun kembali tersenyum dengan tingkah manisnya Kevin.

"Nah gitu dong gak boleh sedih yaa. Mending sekarang kamu makan, sini aku yang suapin!"Bujuk Kevin agar Lauren mau makan.

Setelah cukup lama mengobrol akhirnya Kevin pamit untuk pulang karena dia gak mau kalo waktu istirahat Lauren terganggu karena dirinya.

"Yaudah aku pamit pulang dulu yaa. Besok kabari aku lagi. Cepat sehat yaa sayang. Love u." Ucap Kevin sambil tersenyum lalu dia mencium jidat Lauren sambil berharap agar Lauren cepat sembuh.

"Love u more, Vin. Hati-hati dijalan." Balas Lauren sambil mengelus pipi Kevin dan melambaikan tangan.

Diluar Kevin berpamitan pada Mama Lauren. Dia juga berpesan jika ada sesuatu pada Lauren segera hubungi Kevin.

"Tante saya permisi pamit pulang dulu. Jika ada sesuatu pada Lauren tolong segera beritahu saya yaa." Ujar Kevin.

"Baiklah, Tante bakalan selalu kasih tau kamu perkembangan Lauren. Yaudah kamu hati-hati yaa." Jawab Mama Lauren.

"Iyaa terimakasih, Tante." Jawab Kevin menjabat tangan Mama Lauren.

Tepat pukul 8 malam ketika Lauren sedang tidur, dia tiba-tiba kejang kejang dan mukanya sangat pucat. Mama panik lalu segera memanggil dokter. Dokter pun segera menangani Lauren dan menyuruh Mama serta Papahnya untuk tenang.

"Pak, bu. Jika Lauren terus mengalami pusing, kejang dan muntah seperti ini besok kita akan segera adakan pemeriksan lanjutan." Tegas dokter, dan mau tidak mau mereka harus menyetujui pesan Dokter ini. Sekarang mereka hanya berharap kalau Lauren tidak kena penyakit serius.

SKIPP!!

Keesokan harinya pukul 10.00 Lauren bersiap untuk pergi ke Ruang CT Scan. Dia dibawa menggunakan kursi roda oleh seorang suster.

"Pasien atas nama Lauren, pemeriksaan kamu sudah selesai, silahkan kembali ke Ruang Rawat dan jika hasilnya sudah keluar saya akan beritahu kamu lagi yaa!" Jelas Dokter itu pada Lauren.

Lalu sang suster membawa kembali Lauren ke Ruang Rawatnya. Disana Lauren dan kedua orang tuanya was-was menunggu hasil cek tersebut.

Setelah lama menunggu kira-kira pukul 2 siang hasil pemeriksaan pun sudah keluar. Lalu Dokter meminta kepada Papah Lauren untuk datang ke ruangan Dokter tersebut untuk diberi penjelasan.





Hmm.. Kira-kira Lauren sakit apa yaa? Apakah dia bisa cepat sembuh atau bahkan lebih parah? Cek chapter selanjutnya supaya kalian tau kelanjutan ceritanya. Happy reading!!🤍✨

* Jangan lupa vote dan komen sebanyaknya! Dan masukkan cerita ini ke list perpustakaan kalian karena chapter-chapter selanjutnya akan lebih menarik, jangan sampe ketinggalan!

Dua DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang