Dua Dimensi #8

9 5 0
                                    

Malam harinya Petter datang bersama dengan Kak Bianca. Mereka bermaksud untuk mengantarkan baju Lauren dan ingin melihat keadaan Lauren.

"Hai my pretty sister! Betah banget sih di Rumah Sakit." Ledek Petter sambil menyimpan tas berisi baju di kursi.

"Hai adik reseh. Kenapa kangen ya sama kakak?" Tanya Lauren kembali meledek.

"Iyaa nih 3 hari gak ada yang bisa diajak usil. Haha." Jawab Petter cengengesan.

"Tenang beberapa hari lagi juga aku pulang. Kalo berani usilin tuh Kakak pertama kamu!" Jawab Lauren sambil matanya melirik ke arah Kak Bianca.

"Gak berani. Dia galak. Liat aja tuh belum diapa-apain udah jutek duluan. Cepet tua lu!" Lagi-lagi Petter meledek Kakak pertamanya. Tapi hanya dibalas tatapan tajam oleh sang Kakak.

Malam itu Petter bercanda dengan Lauren sambil menghiburnya. Lauren merasa senang ada yang menemaninya mengobrol, dia tidak merasa kesepian lagi.

***

Sudah 5 hari berlalu Lauren masih tetap dirawat di Rumah Sakit. Dia sangat bosan dia ingin sekali untuk pulang dan masuk sekolah lagi. Dan semenjak pemeriksaan kemarin lusa dia masih belum mengetahui bagaimana hasil dari pemeriksaannya tersebut.

"Ma, kenapa hasil pemeriksaan Lauren belum keluar?" Tanya Lauren pada Mama, dia sangat penasaran.

"Hmm.. Mama juga kurang tau, Dokter gak bilang apapa sama Mama." Jawab Mama yang tidak sanggup menatap mata Lauren karena dia menutupi ini dari anaknya.

"Ma, Pah. Kalian nutupin sesuatu kan dari aku?" Tanya Lauren curiga.

"Engga kok, nak. Nanti juga pasti Dokter bilang sama kamu kalo kamu udah baikan." Jawab Papah.

"Aku udah baikan kok, Pah. Buktinya aku gak lemes lagi." Ucap Lauren semangat.

Dan di hari ke-6 Dokter baru memberitahukan semuanya pada Lauren, setelah melihat Lauren lumayan membaik. Karena tidak mungkin semuanya akan terus disembunyikan seperti ini pasien perlu tahu apa penyakitnya.

Rumah Sakit Pelita pukul 09.00

Dokter masuk ke ruangan Lauren dan menyuruh Mama untuk keluar sebentar.

"Halo Lauren! Gimana kabarnya sekarang? Sudah agak baikan?" Tanya sang Dokter.

"Halo dok! Sejauh ini saya sudah agak mendingan dok." Jawab Lauren tersenyum.

"Syukurlah kalo begitu. Saya menunggu hal ini tiba, karena saya ingin memberi tahu sesuatu pada kamu." Jelas sang Dokter yang membuat Lauren langsung penasaran.

"Tentang apa itu dok?" Tanya Lauren penasaran.

"Tentang hasil pemeriksaan kamu saat itu. Tapi saya pesan kamu harus tetap semangat dan jangan sampe ini buat kamu drop yaa!" Ucap sang Dokter memperingati.

"Baik, dok. Tapi emangnya saya kenapa?" Tanya Lauren heran.

"Lauren, dari awal kamu kejang muntah dan merasa selalu pusing segala macem saya menyarankan untuk segera melakukan ST Scan karena saya khawatir kamu kenapa-kenapa. Dan setelah melakukan pemeriksaan dugaan saya benar, maaf Lauren menurut hasil pemeriksaan kamu mengidap penyakit radang otak."

Lauren syok dia hanya terdiam beribu ribu pertanyaan ada dalam benakknya. Mengapa dia bisa mengidap penyakit itu? Sejak kapan? Apa dia bisa sembuh lagi? Apa Mama dan Papah sudah tahu tentang ini terlebih dahulu? Entahlah mungkin seperti itu yang dia pikirkan.

Dokter menepuk bahu Lauren untuk menyadarkan lamunannya.

"Lauren? Saya tau kamu pasti syok, tapi saya peringatkan kalo kamu terus berlarut kepikiran seperti ini penyakit kamu susah untuk disembuhkan. Tapi sebaliknya kalo kamu yakin dan optimis untuk sembuh pasti semua akan ada jalannya." Sang Dokter berusaha menyemangati Lauren.

Dua DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang