Esok harinya tepat pukul 09.00 Dokter pun masuk ke ruangan Lauren.
"Selamat pagi, Lauren! Wahh udah sehat yaa. Hari ini kamu sudah bisa pulang." Ucap Dokter yang membuat Lauren senang.
"Saya udah terasa lebih sehat. Terimakasih yaa, Dok." Jawab Lauren.
"Tapi jika kamu merasakan gejala seperti yang kemarin dokter bilang tolong segera ke Rumah Sakit yaa." Perintah sang Dokter yang membuat Lauren teringat lagi penyakitnya.
"Ingat pesan saya kamu jangan terlalu banyak pikiran terutama jangan kecapean. Jalani saja kalo kamu yakin untuk sembuh pasti ada jalannya. Semangatt!" Ucap sang Dokter menyemangati.
Lauren hanya mengangguk karena 2 hari ini dia sudah lupa akan sakitnya tapi sekarang dia teringat lagi. Dia senang bisa pulang tapi tidak pulang membawa penyakit seperti itu. Batinnya.
"Bu, sebelum pulang jangan lupa ambil obat untuk Lauren di ruangan farmasi. Ini resepnya." Ucap sang Dokter sembari memberikan beberapa resep obat.
"Baik, Dok. Terimakasih." Ucap Mama Lauren.
Setelah semuanya selesai, akhirnya mereka pun pulang. Kak Bianca menuntun Lauren, sedangkan Mama membawa tas berisikan baju. Di lobi depan terlihat ada Papah yang sudah menunggu.
***
POV Lauren.
Malam pun tiba.
"Akhirnya udah di rumah lagi. Bete gue di rumah sakit mulu susah gerak." Ucap Lauren lega.
Dia menyandarkan badannya ke kasur. Saat sedang berbaring dia melihat ke arah obat tadi, dia langsung kepikiran lagi.
"Kok bisa yaa gue kebablasan sakit itu? Dulu pusing yang gue rasain gue anggap hal biasa aja ternyata malah jadi gini." Sesalnya.
Dia membayangkan apa jadinya jika dia gak sembuh-sembuh atau sakitnya lebih parah. Apa jadinya kalo Kevin dan sahabatnya dikasih tau soal ini? Pasti mereka semua sedih.
"Gue gak mau mereka jadi sedih dan khawatir sama gue. Biarlah nanti mereka tau sendiri karena gue gak sanggup ngasih tau ke mereka." Batin Lauren.
Ngomong-ngomong soal Kevin dan sahabatnya dia lupa apakah dia sudah memberi tahu mereka kalo dia sudah pulang?
"Gue udah kasih tau ke mereka gak ya kalo gue udah pulang?" Lauren berbicara sendiri.
Dia melihat handphone nya dalam keadaan mati, berarti dia belum memberi tahu Kevin dan sahabatnya kalo dia sudah di rumah.
"Yahh mati segala lagi. Sambil nunggu gue cas dulu deh." Ucap Lauren.
Ketika dia sedang terbaring sambil menonton tv, tiba-tiba ada Kakak dan Petter yang masuk sambil terlihat membawakan sepiring nasi.
"Widih lagi nonton gak ajak-ajak. Nih Kakak bawain makan buat kamu." Ucap Kak Bianca menyodorkan sepiring nasi itu.
Bukannya keluar lagi mereka malah duduk di kursi samping kasur.
"Terus kalian ngapain masih disini?" Tanya Lauren bingung.
"Kita kasian kak liat kamu makan sendiri di kamar yaudah kita berdua temenin kakak." Jawab Petter datar.
"Iyaa cepet makan! Sebagai kakak dan adik yang baik kita temenin kamu." Sambung Kak Bianca.
'Gini amat punya sodara mau tenang sambil nonton malah digangguin. Tapi asik juga sih makan bareng mereka.' Ucap Lauren dalam hati.
"Petter kamu udah kepikiran gak SMA mau daftar kemana?" Tanya Lauren.
"Udah dong. Aku mau di SMA bekas kakak aja deh biar gak terlalu jauh." Jawab Petter simple.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Dimensi
Teen FictionIni adalah sebuah kisah cinta antara 2 makhluk yang berbeda alam. Kisah seorang wanita cantik bernama Lauren Danniela Pamungkas yang mempunyai seorang kekasih bernama Kevin Domani Erlangga. Hubungan mereka sangat harmonis hingga suatu masalah pun te...