Dua Dimensi #7

9 7 0
                                    

Betapa terkejutnya Papah Lauren dengan apa yang dikatakan oleh sang Dokter terkait anak kesayangannya itu. Dia tidak percaya mengapa Lauren bisa mengidap penyakit seperti itu.

"Pak, tolong jangan beritahukan ini dulu kepada Lauren. Karena jika dia tau saya yakin dia akan semakin banyak pikiran dan bisa mengakibatkan sistem kekebalan otak dan tubuhnya semakin menurun." Jelas sang Dokter.

"Tapi dok jika Lauren bertanya apa penyakitnya, apa yang harus saya katakan? Karena dia pasti penasaran." Jawab Papah, terlihat raut wajah sedih tergambar di mukanya.

"Biar nanti saya yang jelaskan pada dia. Sekarang kita tunggu dulu sampai kondisinya agak membaik." Jawab Dokter.

"Tapi penyakit seperti itu bisa disembuhkan kan, Pak Dokter?" Tanya Papah cemas dia sangat khawatir kepada kesehatan anaknya itu.

"Dari hasil analisis, sejauh ini penyakit seperti ini bisa disembuhkan tapi maaf jarang juga ada orang yang sembuh ketika sudah mengidap penyakit ini." Jawab sang Dokter dengan nada menurun.

"Saya mohon usahakan pengobatan apapun, pengobatan yang terbaik agar anak saya bisa sembuh lagi." Pinta Papah memohon pada dokter.

"Baik, Pak. Akan kami usahakan yang terbaik untuk kesembuhan Lauren tapi kami tidak bisa janji. Bapak tenang sabar semua pasti ada jalannya." Jawab sang Dokter berusaha menenangkan Papah.

"Yaudah dok terimakasih sebelumnya. Saya permisi dulu." Ucap Papah lemas mendengar hal itu.

Seperti disambar petir, Papah tak percaya jika anaknya menderita penyakit berbahaya seperti ini sampai dokter pun bilang jarang ada orang yang sembuh. 'Bagaimana ini? Apa yang akan terjadi pada Lauren jika dia sudah tahu tentang ini?' (Ucap Papah dalam hati).

Di Ruang Rawat terlihat Lauren sedang tertidur, lalu Papah langsung mengajak Mama untuk keluar dan memberitahu apa yang dibicarakan Dokter tadi.

"Gimana, Pah? Tadi Papah sudah ngobrol sama Dokter kan? Apa yang dikatakan Dokter itu?" Tanya Mamah penasaran sekaligus khawatir.

"Tapi Mama harus sabar dulu yaa. Tadi Dokter bilang Lauren terkena penyakit radang otak, Ma." Jelas Papah terlihat lemas mengatakannya.

"Apa Pah? Radang otak? Kenapa Lauren bisa jadi mengidap penyakit bahaya seperti itu, Pah?" Mama tidak bisa menahan air matanya, meskipun dia tidak begitu dekat dengan Lauren tapi perasaan hati seorang Ibu tidak bisa dibohongi, dia pasti sangat menyayangi putrinya itu.

"Dokter tadi menjelaskan akhir akhir ini Lauren suka kejang, pusing kepala yang terus menerus dan selalu muntah itu adalah ciri-ciri dari penyakit radang otak. Ditambah lagi tadi setelah melakukan CT Scan hasilnya benar membuktikan kalo Lauren terkena penyakit itu." Jelas Papah.

"Tapi Lauren bisa sehat lagi kan, Pah?" Tanya Mama yang terlihat masih menangis.

"Dokter bilang penyakit ini bisa disembuhkan tapi..." Perkataan Papah terpotong karena dia tak sanggup memberitahukan ini kepada istrinya.

"Tapi kenapa Pah? Ayoo bilang!" Desak Mama.

"Tapi jarang ada orang yang benar benar sembuh jika sudah menderita penyakit ini."

Banjir air mata menyelimuti Mama Lauren, dia tak menyangka anaknya akan mengidap penyakit seperti itu.

"Ma, kita harus sabar harus kuat. Sekarang yang terpenting doa kita semua yang paling dibutuhkan oleh Lauren. Mama jangan terlihat rapuh depan Lauren, kasian dia jika melihat kita begini." Ucap Papah yang berusaha menenangkan Mama yang masih menangis.

Tidak disangka rupanya dari tadi Kak Bianca sudah datang dan mendengar percakapan kedua orang tuanya itu. Dia bersedih memikirkan adiknya dengan kondisi dan penyakit seperti itu. Sesekali dia menyesal karena sering terlalu acuh kepada salah satu adiknya itu. Lalu Kak Bianca langsung menghampiri Papah dan Mamanya.

Dua DimensiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang