29

3.1K 431 13
                                    

Tepat saat Evan memberikan perintah itu, pasukan dari Rosemord dengan cepat membawa Kedua pria itu Ke tempat yang jauh dari markas mereka.

Kuda yang mereka bawa telah mati akibat serangan pasukan Rosemord, yang telah memanah tubuh kuda itu.

Dan kini disebuah rumah yang tidak layak pakai, Evan duduk disebuah kursi dengan mata yang menatap tajam ke arah depan.

"Jadi kau tidak mau buka mulut?" tanya Evan lagi.

Kedua mata pria itu telah ditutup untuk menjaga identitas dari Evan dan juga pasukan yang dia bawa, sebuah darah segar menetas jatuh ke lantai, mulut pria itu sudah berdarah karena menahan sakit yang luar biasa.

"Kau benar-benar keras kepala ya?" tanya Evan kesal.

"Potong lagi!"

Dengan patuh prajurit itu menganggukkan kepalanya, dengan tampang datar prajurit itu langsung memotong jari pria itu dengan sebuah belati yang mereka bawa.

"AGH!!!"

Sebuah teriakan terdengar memenuhi ruangan, Evan menatap puas saat jari pria itu telah dipotong.

"Bunuh saja SAYA!" teriaknya kesakitan.

"Membunuh mu? Untuk apa? Jika aku membunuh mu, sudah pasti aku tidak akan bisa menemukan apa yang ku cari," ucap Evan tersenyum.

"Ku tanya sekali lagi... Dimana wanita milik Rosemord kalian sembunyikan?" tekan Evan menatap tajam pria itu.

"SA... SAYA TAU DIMANA!"

Deg.

"Hey! Bodoh kenapa kau memberitahu mereka rahasia Tuan!" sahut temannya.

"Maafkan aku, lebih baik kita memberitahu mereka, dari pada kita mati disini," ucapnya lirih.

"Apa?"

"Maaf... Aku masih punya kelurga yang sedang menunggu ku di rumah."

"DASAR BODOH! Apa kau tidak bisa berpikir, apa akibatnya jika kau memberitahu rahasia Tuan pada mereka!" teriaknya.

"Aku tidak peduli! Lebih baik aku mati bersama kelurga ku, dibanding aku harus mati sendirian, tanpa kelurga ku tau aku telah mati disini."

"Dasar Gila!"

"Hahaha, bagus, bagus akhirnya salah satu dari kalian ada yang mau membuka mulut, jadi... Ada di mana wanita itu?" tanya Evan.

Dengan susah payah pria yang sekarat itu menelan ludahnya sebelum dirinya mengeluarkan sebuah suara.

"Dia ada didalam rumah Tuan kami," ucapnya.

Evan langsung tersenyum saat mendengar ucapan dari pria itu, sebuah senyum licik terbit dibibirnya, dirinya dengan cepat beranjak dari tempat dia duduk.

"Bunuh mereka."

"Apa?" tanya kedua pria itu.

Tas

~*~

Disaat matahari mulai terik suhu di Zahwa mulai meningkat, Hana yang saat itu sedang duduk dengan mata menatap ke arah para penari Zahwa mulai merasa bosan dengan hiburan seperti ini.

Kira-kira surat yang ku tulis itu sudah sampai tidak ya?

"Hana!"

Hana kembali Mengedipkan matanya saat Rahmad tiba-tiba saja memanggil dirinya, dengan cepat Hana langsung menolehkan wajahnya ke arah Rahmad.

Cinta Untuk Kaisar "Tamat"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang