37

3.3K 460 9
                                    

1 Tahun Kemudian.

Hana terdiam di kamarnya, bukan kamar pelayan ataupun tempat biasanya para pelayan tinggal, kali ini dia tetapkan ditempat yang nyaman dengan lingkungan yang bersih, tempat ini adalah kamar Hana Rosemord, kamar yang dulu pernah dia pakai.

Tok

Tok

Tok

"Nyonya, Yang Mulia Putri ingin bertemu dengan anda."

"Putri? Erin? Izinkan dia masuk," jawab Hana dari dalam.

"Baik Nyonya."

Tak lama kemudian pintu kamar pun terbuka Erin masuk kedalam kamar dengan mata yang menatap tajam wajah Hana.

"Selamat siang putri, tak ku sangka anda akan datang ke tempat saya," ucap Hana tersenyum.

"Silahkan duduk," ajak Hana pada Erin.

Erin dengan anggun langsung duduk disofa yang ada disana, Hana dengan wajah tersenyum memohon pada pelayan disana untuk segera menyiapkan kudapan untuk dirinya serta Erin.

"Apa Anda tau Putri bahwa saya sangat senang bisa tau anda ke sini," ucap Hana tersenyum.

Erin hanya diam dengan matanya yang masih menatap tajam wajah Hana.

Temui ibu mu disana, Kau tau kan dia sangat berduka saat ini, hanya kau saja yang bisa menghibur ya.

Melihat wajah Hana yang sedang tersenyum ke arahnya membuat dia merasa muak, entah kenapa dirinya masih tidak terima bahwa wanita yang ada dihadapannya ini akan menjadi ibunya sebentar lagi.

"Aku hanya kebetulan lewat," ucap Erin acuh.

Wajah Hana kembali sedih saat mendengar ucapan dari Erin, tergambar jelas diwajah Erin bahwa dia masih tidak terima dengan kehadiran dirinya disini.

"Tidak apa putri, anda mau berkunjung pun saya sudah senang," jawab Hana.

Tak lama dari itu pintu kamar Hana kembali terbuka seorang pelayan datang membawakan Kudapan untuk Erin dan Hana.

"Terima kasih," ucap Hana pada pelayan itu.

Pelayan itu hanya diam dengan mata yang menatap sinis wajah Hana, mungkin mereka masih tidak terima dengan fakta bahwa sebentar lagi permaisuri yang baru akan muncul dan calon permaisuri itu tidak lain berasal dari rakyat biasa yang pernah bekerja di istana.

"Tidak usah bersikap baik, semua penghuni di istana tidak ada yang suka dengan dirimu."

Mendengar ucapan Erin barusan senyum Hana kembali memudar, "Saya tau putri, bahwa usaha saya akan sia-sia, tapi tidak ada salahnya kan kita bersikap ramah pada orang?"

"Terserah," jawab Erin yang langsung mengambil cangkir tehnya dimeja.

Hana hanya tersenyum mendengar balasan dari Erin, "Putri bolehkan saya bercerita?" tanya Hana.

Mata Erin kembali menatap wajah Hana, melihat senyum Hana yang begitu lebar membuat Erin merasa lega akan itu.

Akhirnya aku bisa keluar dari tempat ini.

"Silahkan," ucap Erin dengan tenang.

Dengan tersenyum Hana langsung membetulkan posisi duduknya, matanya nampak berbinar untuk bisa mengungkapkan kerinduannya pada Erin.

"Jadi Putri, dulu saya seorang guru, dan saya juga memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyaingi saya," ucap Hana.

"Tapi... Saat usia saya menginjak 20th kakak saya menghilang," ucap Hana dengan nada yang begitu pelan.

Cinta Untuk Kaisar "Tamat"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang